KONTRASEPSI HORMONAL PADA PRIA

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS KONTRASEPSI HORMONAL PRIA YANG MENGGUNAKAN KOMBINASI TESTOSTERON UNDEKANOAT DAN NORETISTERON ENANTAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

PENGARUH PENYUNTIKAN KOMBINASI TESTOSTERON UNDEKANOAT DAN DEPOT MEDROKSI PROGESTERON ASETAT TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA TESTIS TIKUS (Rattus sp.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi (Sugiri, 2009), yakni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HUBUNGAN KELUHAN PESERTA KB SUNTIK DENGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DI DUSUN PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BABI PENDAHVLVAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan peningkatan produksi dan pemakaian pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR SUNTIK 3 BULAN DENGAN EFEK SAMPING KB SUNTIK DI BPS DINI MEILANI CONDONG CATUR, SLEMAN TAHUN 20013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

... karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (al-insyirah : 5) dengan penuh rasa kasih. kupersembahkan kepada ibu, bapak

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Transkripsi:

KONTRASEPSI HORMONAL PADA PRIA

Perkembangan kontrasepsi hormonal pada pria yaitu usaha penurunan kesuburan pria jauh terlambat dibandingkan kontrasepsi wanita. Pria merupakan 50% diantara peserta program keluarga berencana(kb) yang terlupakan ( Potts, 1986)

Penyebabnya : selain jauh lebih sulit dalam bidang teknologi Adanya faktor keengganan dari perusahaan farmasi, pemerintah, pelaksana kontrasepsi dan peneliti kontrasepsi yang umumnya pria.

Syarat-syarat kontrasepsi pria yang ideal : Aman Efektif Reversible Dapat diterima

Kontrasepsi hormon pada pria yang paling mendekati ideal dan cukup potensial adalah : androgen. Kombinasi androgen dan progestogen Analog GnRH, terbagi 2 : Agonis GnRH Antagonis GnRH

1. ANDROGEN Penggunaan Androgen terutama testosteron untuk penurunan kesuburan pria karena testosteron melalui umpan balik negatif menekan sekresi FSH dan LH. Sehingga testosteron intra testis berkurang bersamaan dengan penurunan produksi sperma.

Berbagai penelitian telah dilakukan sejak 1970-a untuk menekan produksi sperma ( spermatogenesis) dengan menggunakan testosteron. Namun pemberian testosteron memberikan hasil yang mengecewakan karena hanya sekitar 60% pria Kaukasia yang mencapai azoospermia.

Tahun 1990 WHO mempublikasikan hasil penelitian keampuhan Testosteron Enantat (TE) untuk kontrasepsi hormon pada pria. Penelitian dilakukan di sepuluh pusat andrologi di seluruh dunia dengan cara menyuntikkan 200mg TE tiap minggu pada 271 pria relawan. Pria fertil yang disuntik TE dan mencapai azoospermia pada 6 bulan dan selanjutnya tetap disuntik TE selama 1 tahun fase keampuhan.

Dari 137 pria azoospermia yang memasuki fase keampuhan ternyata hanya 1 orang ( 0.8% pasangan mereka yang hamil). Jika konsentrasi sperma < 5juta/ml fungsi sperma tersebut terganggu. Ini dibuktikan dengan uji fungsi sperma hamster oocyte penetration test ( hop test) (WU dan Aitken, 1989)

Pada penelitian multi center jika penyuntikan TE tiap minggu sekali menyebabkan konsentrasi sperma <5juta/ml Keampuhan kontrasepsi ini lebih < dibandingkan dengan kontrasepsi kondom. Dengan perincian kalau tercapai azoospermia kehamilan 0%, kalau konsentrasi sperma antara 0.1-2.9juta/ ml kehamilan sekitar 8.1% ( WHO, 1996)

Pada penelitian ini 90% relawan mencapai konsentrasi 3juta/ml. Sayangnya penyuntikan TE tiap minggu tidak praktis. Untuk itu perlu ditemukan testosteron daya kerja jangka panjang yaitu : 1. testosteron busiklat 2. Testosteron andecanoate (TU). TU telah dilakukan di negara Jerman dan Cina, dan sedang dilakukan di Indonesia. 3. Testosteron implant ( Handelsman, 1992)

2. KOMBINASI ANDROGEN DAN PROGESTOGEN Untuk meningkatkan efektifitas testosteron, menurunkan produksi sperma mencapai azoospermia digunakan kombinasi androgen/ testosteron dengan progestogen. Progestogen digunakan pada kontrasepsi pria untuk menekan gonadotropin sehingga akan menekan produksi sperma. Ini jauhlebih efektif dibandingkan testosteron saja.

Penelitian androgen dan progestogen telah sangat luas digunakan. Tetapi hanya <70% pria Kaukasia yang mencapai azoospermia selama 6 bulan. Penelitian pada 20orang Indonesia selama 3 bulan dengan penyuntikkan kombinasi testosteron (TE) dan progestogen (DMPA) tiap bulan memakai dosis tinggi dan dosis rendah,semua orang tadi mencapai azoospermia.

Penggunaan 2macam androgen (TE) dan 19 nor testosteron (19NT) dengan kombinasi DMPA dapat menekan produksi sperma mencapai azoospermia pada hampir 100% pria Indonesia. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa penyuntikkan TE dan DMPA dosis tinggi tiap bulan dapat mempertahankan azoospermia pada pria Indonesia selama lebih dari 1 tahun dan bersifat reversible. Penelitian perbandingan menggunakan TE dan kombinasi progestogen Levonor gestrel (LNG) oral dengan TE selama 6 bulan di AS menyebabkan azoospermia sebesar 33%, oligozoospermia <3juta/ml sebanyak 61%

3.PROGESTOGEN POTEN DAN ANDROGEN LONG ACTING Untuk meningkatkan efektif pada pria Kaukasia telah dilakukan penelitian menggunakan kombinasi Desogestrel (DSG) yaitu suatu progestogen poten, dengan penyuntikan TE. Hasil yang diperoleh 8 dari 8 pria Kaukasia (100%) mencapai azoospermia pada bulan ke-5 dan ke-6 dengan dosis 300µg oral DSG tiap hari dan penyuntikkan 50mg TE tiap minggu.

Penggunaan kombinasi anti androgen Cyproterone acetate (CPA dan TE) ternyata 10 orang pria yang mendapat CPA dan TE 100% mencapai azoospermia (Merig giola dkk, 1996) namun keamanan perlu diperhatikan. Cina telah berhasil menemukan testosteron andecanoate (TU) suntikan yang mempunyai efek jangka panjang. Penyuntikan TU 500mg dan TU1000 mg dilarutkan dalam minyak biji teh tiap 4 minggu dengan hasil 11 dari 12 pria yang disuntik TU,500mg mencapai azoospermia dan 1 orang mencapai konsentrasi sperma 1juta/ml.

Sedangkan dengan penyuntikkan TU 1000mg semua pria menjadi azoospermia. Hasil yang diperloeh menunjukan bahwa penyuntikan TU 1000mg tiap 6 minggu, 8 dari 14 pria mencapai azoospermia. Penyuntikan TU 1000mg tiap 6 minggu dengan kombinasi Levonorgestrel 250mg tiap hari,7 dari 14 pria mencapai azoospermia sedangkan penyuntikan TU 1000mg tiap 6 minggu dengan kombinasi noretisteron enantat (NET-EN), 13 dari 14 pria mencapai azoospermia. 1orang pria mempunyai konsentrasi sperma 3juta/ml