BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BUDAYA SEKOLAH EFEKTIF (Studi Etnografi Di SMA Negeri 1 Surakarta) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang dominan adalah budaya organisasi. Keberhasilan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Undang-Undang, 2003) Bab II pasal 3 bahwa: Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan undang-undang tersebut dapat kita pahami bahwa keinginan yang diharapkan agar seluruh rakyat Indonesia dari segi sumber daya manusia, menjadi orang yang bermutu atau berkualitas tinggi. Selain itu, kita juga dapat melihat bahwa tujuan umum dari terselenggaranya pendidikan adalah terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas. Renchler dalam Rahmani Abdi (2007:4) menyatakan bahwa ada hubungan antara budaya sekolah dengan motivasi. Hal ini menujukkan bahwa untuk meningkatakan mutu pendidikan sangatlah perlu untuk memahami budaya sekolah, karena dalam proses pendidikan tidak terlepas dari pengaruh budaya. Pernyataan ini didukung oleh Pai dalam Rahmani Abdi (2007:4) yang menjelaskan bahwa proses pendidikan dipengaruhi oleh budaya yang terdiri dari unsur nilai-nilai inti, kepercayaan dan sikap. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pada semua jenjang

2 pendidikan, namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan mutu secara merata. Untuk itu diperlukan langkah dan tindakan nyata di tingkat sekolah dan masyarakat sekitar tempat sekolah berada. Ada dua strategi utama yang dapat dilakukan dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah, yaitu strategi berfokus pada : (1) dimensi struktural dan (2) dimensi budayaal (budaya) yang menekankan pada perubahan perilaku nyata dalam bentuk tindakan. Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan kebijakan yang dipakai oleh pemerintah dalam membangun pendidikan, yang selama ini lebih menekankan pada dimensi struktural dengan pendekatan input-output. Pemerintah berkeyakinan bahwa dengan meningkatkan mutu input, maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu output. Atas dasar keyakinan tersebut, kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah adalah dengan melakukan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru, penataran para guru, dan penyediaan dana operasional pendidikan secara memadai. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang ada dan berlaku di dalamnya dapat disebut sebagai budaya sekolah. Walaupun budaya sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun memiliki ciri-ciri yang khas sebagai sebuah sub-culture. Sekolah memiliki tugas untuk menyampaikan kebudayaan pada generasi berikutnya dan karena itu tetap harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Di sekolah itu sendiri muncul suatu pola kelakuan tertentu. Hal ini mungkin karena

3 sekolah mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan. Munculnya kebudayaan sekolah ialah menjadi tugas sekolah yang khas untuk mendidik anak-anak dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode teknik kontrol tertentu. (S. Nasution, 1999:64-65). Budaya sekolah diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sekolah berfungsi, seperti apakah mekanisme internal sekolah terjadi. Karena warga sekolah masuk ke sekolah dengan bekal budaya yang mereka miliki. Sebagian bersifat positif, yaitu yang mendukung kualitas pembelajaran. Sebagian yang lain bersifat negatif, yaitu yang menghambat usaha peningkatan kualitas pembelajaran. Elemen penting budaya sekolah adalah norma, keyakinan, tradisi, upacara keagamaan, seremoni, dan mitos yang diterjemahkan oleh sekelompok orang tertentu. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan atau perbuatan yang dilakukan oleh warga sekolah secara terus menerus. Bagi para siswa, tidaklah diberikan mata pelajaran budaya sekolah. Tetapi secara tidak langsung mereka akan memperolehnya melalui tindakan sehari-hari, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan yang baik maupun buruk dari berbagai elemen sekolah termasuk kepala sekolah, para guru, karyawan sekolah dan dari sesama siswa. Inilah yang akan diserap dan diyakini oleh siswa sebagai budaya sekolah. Sekolah wajib memperhatikan persepsi setiap orang yang berkunjung ke sekolah. Sebab, seseorang yang datang berkunjung akan menganggap kesan pertama yang dijumpainya sebagai budaya sekolah, yaitu ketika ia

4 melihat guru-guru saling berinteraksi, ketika ia melihat sikap siswa-siswa yang dijumpai baik di dalam maupun di luar kelas, tidak terkecuali sikap kepala sekolah saat berdialog dengannya. Perbaikan pada sistem persekolahan, pada intinya adalah membangun sekolah dengan kekuatan utama sekolah yang bersangkutan. Perbaikan mutu sekolah memerlukan pemahaman oleh warga sekolah terhadap budaya sekolah. Melalui pemahaman terhadapa budaya sekolah, maka fungsi sekolah dapat dipahami pula dan pengalaman-pengalamannya dapat direfleksikan. Oleh sebab itu, dengan memahami budaya sekolah akan dapat diusahakan tindakan nyata pada peningkatan mutu sekolah. Budaya sekolah bersifat dinamik, milik kolektif, merupakan hasil perjalanan sejarah sekolah, produk dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk ke dalam sekolah. Untuk itu sekolah perlu menyadari keberadaan aneka budaya sekolah yang bersifat positif, negatif maupun netral. Nilai-nilai dan keyakinan yang merupakan bagian utama dari budaya sekolah ini tidak akan hadir dalam waktu singkat. Tetapi butuh proses yang rumit dan waktu yang cukup lama. Budaya sekolah yang kondusif juga mensyaratkan adanya partisipasi seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan. Secara manajerial, kepala sekolah yang bertanggung jawab, tetapi secara operasional menjadi tugas seluruh warga sekolah termasuk pemangku kepentingan pendidikan. Implikasinya, semangat dan nilai-nilai kebersamaan, keterbukaan, disiplin diri dan tanggung jawab harus senantiasa mewarnai

5 pembentukan struktur organisasi sekolah, penyusunan deskripsi tugas, prosedur kerja, kebijakan, aturan-aturan, tata tertib sekolah, hubungan vertikal dan horisontal antar warga sekolah, acara-acara ritual dan seremonial sekolah. Keseluruhannya secara kooperatif akan menentukan bentuk perilaku sistem sekolah, perilaku kelompok atau perorangan warga sekolah, yang meliputi latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim. Guna menjelaskan bagaimana sebuah sekolah menjadi sebuah sekolah yang efektif, dapat dilihat dari sisi budaya sekolah yang dimiliki sekolah tersebut. Budaya sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) budaya sekolah yang dapat diamati, berupa konseptual, yaitu struktur organisasi, kurikulum, behavior (perilaku) yang meliputi kegiatan belajar mengajar, upacara, prosedur, peraturan dan tata tertib serta material yang meliputi fasilitas dan perlengkapan. (2) budaya sekolah yang tidak dapat diamati berupa filosofi yaitu visi, misi serta nilai-nilai yang di dalamnya terdapat kualitas, efektivitas, keadilan, pemberdayaan dan kedisiplinan. Zamroni (2007:240-242) mengatakan bahwa kebiasaaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual dan mitos, dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut sebagai budaya sekolah. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi budaya antar generasi.

6 Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstra-kurikulum berkembang sejumlah pola yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-kelompok lain. Tiap budaya mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan dari anggotanya. Inilah yang menjadi norma bagi setiap murid, guru dan staf sekolah. Norma ini nyata dalam kelakuan siswa dan guru dalam peratuaran-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman terhadap setiap pelanggaran serta dalam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara. (Nasution 1999:65-66). SD Negeri 4 Wates Kulon Progo merupakan salah satu sekolah dasar favorit di Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan hasil observasi, hal ini dapat dilihat dari tingginya minat masyarakat untuk mendaftarkan anaknya di sekolah ini. Banyaknya siswa dan guru yang berprestasi baik lingkup lokal maupun nasional, dibuktikan dengan banyaknya piala dan piagam penghargaan yang ada di sekolah tersebut. SD Negeri 4 Wates menjadi sekolah dasar pertama di Kabupaten Kulon Progo yang berstatus sebagai Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional atau biasa disebut sebagai RSDBI. SD Negeri 4 Wates dinilai telah cukup memenuhi syarat sebagai RSDBI karena memiliki sarana pendidikan dan tenaga pengajar yang berkualitas. Sebagai sekolah yang menyandang status RSDBI, sekolah ini juga tak lepas dari beberapa kendala, di antaranya luas lahan yang dimilki sekolah dinilai sempit. Luas lahan dan bangunan yang dimiliki sekolah saat ini tidak sampai 10 ribu meter persegi, hanya separuhnya. Padahal luas lahan dan bangunan sekolah merupakan salah satu syarat mutlak dari sekolah yang

7 diberikan status RSDBI. SD Negeri 4 Wates, juga telah menerapkan sistem tes seleksi bagi setiap calon siswanya. Setelah dilakukan konfirmasi kepada salah satu guru yang mengajar di sekolah tersebut, ternyata tujuan diberikan tes bagi setiap calon siswa adalah untuk melakukan seleksi agar diperoleh perserta didik yang berkualitas. Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya dan dengan memperhatikan bahwa budaya sekolah merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan dan dalam pembangunan Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional, maka permasalahan yang dapat diungkap di SD Negeri 4 Wates adalah bagaimana gambaran budaya sekolah yang diterapkan di lingkungan sekolah dan dalam proses belajar mengajar, serta mengungkap bagaimana gambaran kebijakan pengembangan budaya sekolah. Peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam tentang budaya akademik dan budaya non-akademik di SD Negeri 4 Wates. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Masih rendahnya pemahaman kepala sekolah tentang pengertian budaya sekolah, padahal secara manajerial kepala sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan pendidikan di lingkungan sekolah.

8 2. Dalam pengelolaan Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional, kepala sekolah belum memakai dan memahami penggunaan pendekatan budaya sekolah untuk meningkatkan mutu dan kinerja pendidikan. 3. Budaya sekolah belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kapasitas sekolah melalui kebijakan-kebijakan yang diambil dan dikeluarkan oleh sekolah. 4. Belum adanya pemahaman oleh warga sekolah bahwa pendekatan budaya sekolah dapat memberikan penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. 5. Belum terinformasikannya kepada masyarakat mengenai budaya sekolah pada Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional di Kabupaten Kulon Progo. 6. Belum banyak diketahui oleh masyarakat dan sekolah lain bahwa di SD Negeri 4 Wates Kulon Progo telah mengembangkan budaya kearifan lokal. C. Pembatasan Masalah Dari berbagai masalah yang teridentifikasi, tidak semuanya dijadikan inti masalah penelitian, karena keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan peneliti. Fokus penelitian ini yaitu gambaran budaya sekolah baik budaya akademik mapun non-akademik pada Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yakni

9 Bagaimana gambaran budaya sekolah pada Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran budaya sekolah pada Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai macam manfaat, di antaranya : 1. Untuk sekolah Memberikan informasi kepada SD Negeri 4 Wates Kulon Progo dan sekolah lain tentang usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan elemen-elemen budaya sekolah ke arah budaya positif. 2. Untuk masyarakat Memberikan informasi tentang budaya sekolah positif pada Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional di SD Negeri 4 Wates Kulon Progo. 3. Untuk Dinas Pendidikan Memberikan informasi tentang pengembangan budaya sekolah yang telah diusahakan SD Negeri 4 Wates Kulon Progo, agar dapat ditularkan pada SD lainnya di wilayah kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.