Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Saut Siagian Program Studi Teknik Mesin FT UPN Veteran Jakarta Jl. RS.Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan Telp

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II STUDI PUSTAKA

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI 2012

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU. Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Maka persamaan energi,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI MASSA REFRIGERAN R-12 DAN PUTARAN BLOWER EVAPORATOR TERHADAP COP PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA MOBIL. Abstrak

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB IV METODE PENELITIAN

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB I PENDAHULUAN. Pendinginan yang dilakukan saat ini umumnya bertujuan untuk pengawetan bahan

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Bab IV Analisa dan Pembahasan

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

DASAR TEKNIK PENDINGIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB V HASIL DAN ANALISIS

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

ANALISIS KINERJA SISTEM PENDINGIN RUANG PALKAH IKAN DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HIDROKARBON (MC-22)

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

PENGARUH PERUBAHAN PUTARAN KOMPRESOR SERTA MASSA REFRIGRANT TERHADAP COP MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

Transkripsi:

ANALISIS KARAKTERISTIK UNJUK KERJA SISTEM PENDINGIN (AIR CONDITIONING) YANG MENGGUNAKAN FREON R-22 BERDASARKAN PADA VARIASI PUTARAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR 1) Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia Email: heroe_p@na.its.ac.id Abstrak Pengkondisian udara pada ruangan berfungsi untuk mengatur kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara di dalam ruangan tersebut. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga mampu mengurangi keletihan. Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan koefisien perpindahan kalor kondensasi dan dengan menambahkan kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga koefisien prestasi yang lebih besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di laboratorium Fluida, Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan perbedaan tekanan di kompresor. Untuk membuat variasi putaran poros fan kondensor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan frequensi motor listrik yang menggerakkannya. Variasi putaran motor listrik fan kondensor yang digunakan adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm. Data hasil pencatatan berupa tekanan dan temperatur selanjutnya diplot pada diagram P-h untuk refrigeran R-22. Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh, dapat ditarik beberapa kesimpulan karakteristik dan unjuk kerja sistem pendingin, Semakin besar laju aliran udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien prestasi semakin meningkat. Karena laju pelepasan kalor yang besar akan berimbas pada temperature kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator. Jadi kerja kompresor lebih ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar. Kata kunci : Kondensor, Motor fan, Refrigerant R-22, Pengkondisian udara, Koefisien prestasi, Variasi putaran 1. PENDAHULUAN Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam suatu ruangan. Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka kita tidak dapat menghilangkan energi tetapi hanya dapat memindahkannya dari satu substansi ke substansi lainnya. Untuk keperluan pemindahan energi panas ruang, dibutuhkan suatu fluida penukar kalor yang selanjutnya disebut Refrigeran. Pengkondisian udara pada suatu ruang mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga mampu mengurangi keletihan yang efeknya untuk meningkatkan kebugaran. Sistem pengkondisian udara pada suatu ruang umumnya terdiri dari evaporator, kondensor, receiver dan kadangkadang dilengkapi elemen pemanas yang tergabung menjadi satu dalam evaporator housing [2]. Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komponen utama yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator [1]. Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan koefisien perpindahan kalor kondensasi [4] dan dengan menambahkan kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga koefisien prestasi yang lebih besar [2]. Lebih lanjut Kusnanto mengatakan bahwa dengan menambahkan kecepatan udara pendingin pada kondensor maka laju aliran massa akan menurun KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 1

sehingga menyebabkan daya kompresor juga mengalami penurunan. Namun demikian fenomena ini perlu dikaji lebih jauh. arus laut yang sering mengalami patah. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Refrigerant merupakan media pemindah kalor pada system refrigerasi, dimana refrigeran menyerap kalor pada tekanan rendah melalui evaporator dan melepaskan panas pada tekanan tinggi melalui kondensor. Evaporator menyerap panas dari ruangan yang dikondisikan sehingga temperatur ruangan menjadi dingin dan refrigeran bertekanan rendah di dalam evaporator mengalami pendidihan. Uap refrigeran tersebut kemudian dikompresikan oleh kompressor ketekanan tinggi sehingga temperatur uap refrigeran tersebut juga mengalami kenaikan sehingga panas refrigeran tesebut dapat dilepaskan ke lingkungan melalui kondensor sedangkan refrigeran mengalami kondensasi sehingga refrigeran berubah fasa menjadi cairan pada tekanan tinggi. Cairan refrigeran tersebut kemudian diekspansikan ke tekakanan evaporator untuk siklus selanjutnya oleh alat ekspansi [12]. Siklus refrigerasi dapat dilihat pada gambar 1 Gambar 1. Siklus refrigerasi Standart Pada gambar 1 diatas menunjukkan komponenkomponen dan siklus sederhana dari sistem pendingin berdasarkan siklus kompresi uap standart. 2.1.1. Kompresor Kompresor adalah jantung dari sistem kompresi uap, karena kompresor adalah pemompa bahan pendingin keseluruh sistem. Pada sistem refrigerasi kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan,sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke bagian yang lain dalam sistem [3]. Karena ada perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah,maka bahan pendingin dapat menggalir melalui alat pengatur bahan pendingin ke evaporator. Kompresor dalam sistem refrigerasi berfungsi untuk [9]: - Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin cair di evaporator dapat mendidih atau menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap panas lebih banyak dari ruang di dekat evaporator. - Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu rendah dan tekanan rendah lalu memanpatkan gas tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kemudian mengalirkan ke kondensor, sehingga gas tersebut dapat memberikan panasnya kepada zat yang mendinginkan kondensor lalu mengembun. Untuk menentukan beberapa suhu yang harus dicapai oleh evaporator, antara lain ditentukan oleh beberapa rendah suhu penguapan di evaporator. Hal ini bergantung dari bahan pendingin dan macam kompresor yang dipakai. Kompresor yang banyak dipakai ada 2 macam yaitu: [8] 1.Kompresor torak ( Reciprocating ) 2. Kompresor rotari ( Rotary ) 2.1.2. Kondensor Kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan mengubah wujud bahan pendingin dari dari gas menjadi cair. Selain itu kondensor juga digunakan untuk membuat kondensasi bahan pendingin gas dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi [12]. Kondensor ada tiga macam menurut pendinginannya yaitu Kondensor dengan pendinginan udara ( air cooled ) Kondensor dengan pendinginan air ( water cooled ) Kondensor dengan pendinginan campuran udara dan air ( evaporative ) Faktor penting yang menentukan kapasitas kondensor dengan pendinginan udara adalah : [12] KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 2

1. Luas permukakaan yang didinginkan dan sifat perpindahan kalornya. 2. Jumlah udara permenit yang dipakai untuk mendinginkan 3. Perbedaan suhu antara bahan pendingin dengan udara luar. 4. Sifat dan karakteristik bahan pendingin yang dipakai. Laju perpindahan kalor yang dibutuhkan di dalam kondensor merupakan fungsi dari kapasitas refrigerasi, suhu penguapan serta suhu pengembunan. Uap refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan mendinginkannya dengan air pendingin (atau dengan udara pendingin pada system dengan pendinginan udara) yang ada pada temperature normal. Dengan kata lain, uap refrigerant menyerahkan panasnya (kalor laten pengembunan) kepada air pendingin (atau udara pendingin) di dalam kondensor, sehingga mengembun dan menjadi cair. Jadi, karena air (udara) pendingin menyerap panas dari refrigerant, maka ia akan menjadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Selama refrigerant mengalami perubahan dari fase uap ke fase cair, di mana terdapat campuran refrigerant dalam fase uap dan cair, tekanan (tekanan pengembunan) dan temperaturnya (temperature pengembunan) konstan. Oleh karena itu temperaturnya dapat dicari dengan mengukur tekanannya. Table 2.1 menunjukkan hubungan antara temperature pengembunan (kondensasi) dan tekanan pengembunan (kondensasi). [11] Tabel 1. Temperatur pengembunan dan telanan pengembunan dari beberapa refrigerant Temperatur pengembunan (0C) 30 35 40 Tekanan (lebih) pengembunan (kg/cm2) R12 R22 R500 R502 6,55 7,60 8,74 11,23 12,92 14,76 7,94 9,19 12,06 14,04 15,93 17,99 Kalor yang dikeluarkan di dalam kondensor adalah jumlah kalor yang diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator (kapasitas pendinginan), dan kerja (energi) yang diberikan oleh kompresor kepada fluida kerja. Dalam hal penyegaran udara, jumlah kalor tersebut kira kira sama dengan 1,2 kali kapasitas pendinginannya [5]. Uap refrigerant menjadi cair sempurna di dalam kondensor, kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi. Dalam hal ini, temperature refrigerant cair biasanya 2 3 0 C lebih rendah dari pada temperature refrigerant cair jenuh pada tekanan kondensasinya. Temperature tersebut menyatakan besarnya derajat pendinginan lanjut (degree of subcooling) [6]. 2.1.3. Evaporator Evaporator berfungsi untuk menyerap panas dari udara atau benda di dalam lemari es dan mendinginkannya. Kemudian membuang kalor tersebut melalui kondensor diruang yang tidak didinginkan. Kompresor yang sedang bekerja menghisap bahan pendingin gas dari evaporator, sehingga tekanan didalam evaporator menjadi rendah dan vakum [10]. Evaporator fungsinya kebalikan dari kondensor, yaitu membuang panas kepada udara sekitar tetapi untuk mengambil panas dari udara didekatnya. Perencanan evaporator harus mencakup : penguapan yang efektif dari bahan pendingin dengan penurunan tekanan yang minimum dan pengambilan panas dari zat yang didinginkan secara efisien. Perencanan evaporator tergantung dalam penempatannya dan zat yang akan langsung didinginkan apakah berwujud : gas, cair atau padat. Pada semua keadaan beban, bahan pendingin akan penguap waktu mengalir sepanjang pipa evaporator atau permukaan evaporator dan diusahakan agar cairan tetap membasai semua bagian dari evaporator. Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: [11] 1. Evaporator banjir (flooded evaporator) 2. Evaporator kering (dry or direct-expansion evaporator) Evaporator (penguap) yang dipakai berbentuk pipa bersirip pelat. Tekanan cairan refrigerant yang diturunkan pada katup ekspansi, didistribusikan secara merata ke dalam pipa evaporator, oleh distributor refrigerant. Dalam hal tersebut refrigerant akan menguap dan menyerap kalor dari udara ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar dari pipa evaporator. Apabila udara didinginkan (di bawah titik embun), maka air yang ada dalam udara KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 3

akan mengembun pada permukaan evaporator, kemudian ditampung dan dialirkan keluar. Jadi, cairan refrigerant diuapkan secara berangsur angsur karena menerima kalor sebanyak kalor laten penguapan, selama mengalir di dalam setiap pipa dari koil evaporator. Selama proses penguapan itu, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigerant dalam fase cair dan gas. Dalam keadaan tersebut, tekanan (tekanan penguapan) dan temperaturnya (temperature penguapan) konstan. Oleh karena itu temperaturnya dapat dicari dengan mengukur tekanan refrigerant di dalam evaporator. Table 2. menunjukkan hubungan antara temperature penguapan dan tekanan penguapan. Uap refrigerant (uap jenuh kering) yang terjadi karena penguapan sempurna di dalam pipa, dikumpulkan di dalam sebuah penampung uap (header). Selanjutnya, uap tersebut diisap oleh kompresor. [7] Tabel 2. Temperatur penguapan dan tekanan penguapan dari beberapa refrigerant Temperatur penguapan (0C) 5 6 7 Tekanan (lebih) pengembunan (kg/cm2) R12 R22 R500 R502 2,67 2,78 2,91 4,97 5,15 5,35 3,31 3,46 3,61 5,75 5,96 6,17 2.1.4. Ekspansi Alat ekspansi mempunyai dua fungsi yaitu menurunkan tekanan refrigeran cair dan mengatur aliran refrigeran ke evaporator [12]. Jenis alat-alat ekspansi: - Pipa kapiler Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan lubang kapiler dapat mengontrol jumlah bahan pendingin yang mengalir ke evaporator. Fungsi Pipa kapiler adalah : - Menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir didalamnya. - Mengatur jumlah bahan pendingin cair yang mengalir melaluinya. -membangkitkan tekanan bahan pendingin di kondensor. - Katup ekspansi berpengendali superheat ( panas lanjut ) Jenis alat ekspansi yang paling populer untuk sistem refrigerasi berukuran sedang adalah katup berkendali lanjut panas atau katup ekspansi termostatik. Pengendalian tidak digerakkan oleh suhu di dalam evaporator, tetapi oleh besarnya panas lanjut gas hisab yang meninggalkan evaporator. Katup ekspansi panas-lanjut mengatur laju aliran refrigeran cair yang besarnya sebanding dengan laju penguapan didalam evaporator. - Katup ekspansi tekanan konstan Katup ekspansi tekanan konstan berfungsi mempartahankan tekanan yang konstan pada sisi keluarnya, yang merupakan masukan evaporator. Katup tersebut mengindera tekanan evaporator, dan bila tekanan tersebut turun kebawah batas kendali, maka katub membuka lebih besar. Bila tekanan evaporator naik keatas batas kendali, katup tersebut menutup sebagian. - Katup apung ( float valve ) Katup apung adalah suatu jenis katup ekspansi yang mempertahankan cairan berada pada level yang konstan didalam suatu wadah atau evaporator. Dengan mempertahankan level cairan didalam evaporator, katup apung selalu menciptakan kondisi aliran yang seimbang antara kompresor dan katup itu sendiri. Setiap alat tersebut terakhir dirancang untuk suatu penurunan tekanan tertentu. Katup expansi yang biasa dipergunakan adalah katup expansi termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigerant, yaitu agar derajat super panas uap refrigerant di dalam evaporator dapat diusahakan konstan. Dalam penyegar udara yang kecil, dipergunakan pipa kapilar sebagai pengganti katup expansi. Diameter dalam dan panjang dari pipa kapilar tersebut ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan tekanan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi dan bagian yang bertekanan rendah, dan jumlah refrigerant yang bersirkulasi. Cairan refrigerant mengalir ke dalam evaporator, tekanannya turun dan menerima kalor penguapan dari udara, sehingga menguap secara berangsur angsur. KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 4

Selanjutnya proses siklus tersebut di atas terjadi berulang ulang. 2.2. Tinjauan Termodinamika Siklus Refrigerasi Siklus refrigerasi akan dapat diilustrasikan dengan mudah melalui diagram moiler secara sekematis sebagai berikut [9]: Gambar 2. Diagram P-h siklus kompresi uap Istilah prestasi di dalam siklus refrigerasi disebut dengan koefisien prestasi atau COP yang didefinisikan sebagai: dimana : h1 = Entalpi keluar evaporator [Btu/lb] h2 = Entalpi masuk kondensor [Btu/lb] h3 = Entalpi keluar kondensor [Btu/lb] h4 = Entalpi masuk evaporator [Btu/lb] mref = Laju aliran massa refrigeran [lbm/min] 3. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di laboratorium Fluida, dengan gambar skema peralatan seperti gambar 3 berikut ini: Proses-proses yang membentuk siklus kompresi uap standar adalah : Proses 1-2, merupakan kompresi adiabatik dan reversibel dari uap jenuh menuju tekanan kondensor. Apabila perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan, maka kerja kompresor adalah: Proses 2-3 adalah proses pelepasan kalor reversibel pada tekanan konstan, menyebabkan penurunan panas lanjut (desuperheating) dan pengembunan refrigeran. Kapasitas laju aliran kalor kondensasi Proses 3-4 ialah proses ekspansi tidak Reversibel pada entalpi konstan, dari cairan jenuh menuju tekanan evaporator. Proses pencekikan (throttling process) pada sistem pendingin terjadi di dalam pipa kapiler atau katup ekspansi. Proses di sini berlangsung pada proses adiabatik, sehingga Proses 4-1 merupakan penambahan Kalor reversibel pada tekanan tetap, yang menyebabkan penguapan menuju uap jenuh. Kapasitas laju aliran kalor evaporasi dirumuskan Gambar 3. Susunan perangkat penelitian Komponen utama, alat pendukung dan alat pengukur yang telah dikalibrasi dirakit seperti diagram gambar instalasi penelitian di atas. Pengambilan data dilakukan setelah mesin pendingin berjalan selama sekitar satu jam atau setelah bekerja pada kondisi tunak. Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan perbedaan tekanan pada orifice dengan variasi putaran kerja poros kompresor. Untuk membuat variasi putaran poros kompresor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan frequensi motor listrik yang menggerakkan kompresor. Variasi putaran motor listrik fan kondensor yang digunakan adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm dengan interval 25 dalam pengambilan data. Dengan bertambahnya putaran motor fan kondensor maka diharapkan jumlah aliran udara akan semakin besar sehingga lajua aliran massa KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 5

refrigean akan semakin kecil. Data hasil pencatatan berupa tekanan dan temperatur selanjutnya diplot pada diagram P-h untuk refrigeran Freon-22. Dari pembacaaan ini diketahui besarnya harga entalpi pada setiap titik yaitu h1, h2, h3, h4 (kj/kg), dan laju aliran massa refrigeran (lbm/min). Harga enthalpi ini selanjutnya sebagai dasar untuk menghitung efek refrigerasi, kerja kompresi, dan koefisien prestasi dengan memanfaatkan persamaan (1) sampai (4). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil percobaan didapatkan beberapa data temperatur dan tekanan pada titik titik yang ditentukan untuk keperluan perhitungan sebagai berikut: Berdasarkan data dan perhitungan yang telah didapatkan diatas, maka didapatkan karakteristik dari pengaruh variasi laju pelepasan kalor kondensor Q cond (Kj/s) terhadap temperature di kondensor, seperti grafik dibawah ini: Mulai Studi Literatur Persiapan: Instalasi alat dan alat ukur. Test kelayakan alat Temp. Kondensor ( 0 C) Hubungan Temp. Pendinginan kondensor dengan laju aliran kondensor 50.0 45.0 40.0 35.0 210.0 210.0 209.0 203.0 203.0 Q Kondensor (KJ/s) R² = 0.978 temperatur kondensor = laju perpindahan di kondensor Setting putaran blower: 50 rpm, 100rpm, 150rpm, 200rpm, 250rpm. Pengambilan data Pengolahan data dan pembahasan Kesimpulan dan Saran Gambar 5. Pengaruh laju pelepasan kalor kondensor terhadap temp. Kondensor. Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik memiliki tren yang relatif turun, nilai temperature kondensor refrigeran turun seiring dengan kenaikan laju pelepasan kalor pada kondensor. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya kecepatan putaran kipas dari pendingin di kondensor akan mempengaruhilaju pelepasan kalor di kondensor, sehingga uap refrigran akan cepat menjadi cair. Ketika laju pelepasan kalor pada kondensor bertambah maka akan mengakibatkan Temperatur kondensor mengalami penurunan. Karena tekanan berbanding lurus dengan suhu maka tekanan kondensor akan menurun ketika suhu kondensor turun. Selesai Gambar 4. Diagram alir penelitian. KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 6

COP 3.5 3.3 3.1 2.9 2.7 2.5 0 200 400 Putaran Fan (Rpm) Putaran Fan VS COP Linear (Putaran Fan VS COP) sisi isentropik relative konstan, karena peningkatannya tidak sedrastis pada sisi actual, jika laju pelepasan kalor pada kondensor HS meningkat. Sedangkan pada kerja actual kompresor HS mengalami penurunan yang signifikan seiring bertambahnya laju pelepasan kalor pada kondensor HS, dan itulah yang menyebabkan efisiensi isentropik dari kompresor HS semakin meningkat. Gambar 6. Pengaruh kecepatan putar terhadap nilai COP. Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik memiliki tren yang relatif naik, nilai COP naik seiring dengan naiknya putaran kipas pendingin di kondensor. Koefisien prestasi adalah bentuk penilaian dari suatu mesin refrigeransi. Koefisien prestasi yang tinggi sangat diharapkan. Bila ditinjau dari segi perumusan: CCCCCC = QQQQQQ WWWWWW Sehingga koefisien prestasi ditentukan oleh kapasitas refrigerasi dan daya kompresor total dari high stage dan low stage. Sedangkan daya kompresor ditentukan dari kerja kompresor itu sendiri. Harga koefisien prestasi yang semakin besar menunjukkan bahwa kerja mesin tersebut semakin baik. Besarnya COP dipengaruhi oleh efek refrigeransi dan kerja kompresi. Kenaikan kecepatan udara pendingin kondensor menyebabkan efek refrigeransi meningkat, sedangkan kerja kompresi mengalami penurunan sehingga COP akan menjadi semakin naik. Efisiensi tergantung pada sisi enthalpy dari kerja actual kompresor dan kerja isentropic kompresor. Jika selisih enthalpy pada kerja kompresor actual kecil, maka keefisiensian dari kompresor tersebut semakin baik. Karena semakin kecilnya selisih Antara enthalpy kerja actual dari masukan dan keluaran kompressor mengakibatkan kerja actual semakin kecil nilainya. Jadi, oleh karena laju pelepasan kalor yang semakin besar, maka temperatur kondensor menjadi semakin turun, mengakibatkan enthalpy masuk kompresor dari kerja isentropik maupun actual kompresor HS semakin turun. Akan tetapi dari analisa yang didapat, penurunan kerja pada Daya Kompressor (Kw) 60.0 55.0 50.0 45.0 40.0 0 200 400 Putaran Fan (Rpm) Putaran fan VS Daya Kompres sor Gambar 7. Pengaruh putaran fan kondensor terhadap daya kompressor. Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa tren dari nilai daya kompressor sistem refrigerasi semakin turun seiring dengan penambahan kecepatan putaran dari fan pendingin kondensor. Hal ini terjadi karena semakin cepat putaran fan maka berdampak pada penambahan laju kecepatan udara ke kondensor sehingga mengakibatkan laju pendinginan refrigeran naik. Kondisi yang demikian menyebabkan cepat tercapainya suhu pendinginan sehingga kerja kompresor akan semakin menurun, sehingga akan meningkatkan nilai COP system refregerasi semakin meningkat. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Semakin besar laju aliran udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien prestasi semakin meningkat.karena laju pelepasan kalor yang besar akan berimbas pada temperature kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator. Jadi kerja compressor lebih ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar. KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 7

DAFTAR PUSTAKA [1]. Arismunandar, W. dan Saito, H., 2002, Penyegaran Udara, Cetakan ke-6, PT Pradnya Paramita, Jakarta. [2]. Kusnanto, S. 2004. Optimasi Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin pada AC Mobil. Tugas Akhir S-1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta [3]. Stoecker, W.F. dan Jerold, W.J., 1996, Refrigerasi dan Penyegaran Udara. Terjemahan Supratman Hara. Penerbit Erlangga. Jakarta [4]. Yawara, Eka. Purnomo, Prajitno. 2002, Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi Petrozon Rossy-12 di Dalam Pipa Vertikal, Prosiding Simposium Nasional I RAPI UMS Surakarta, 21 Desember 2002, hal: 24-28. [5]. Yawara, Eka 2003, Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi Petrozon di dalam Pipa Vertikal, Tesis S-2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. [6]. Marwan Efendi, Pengaruh kecepatan Udara pendingin kondensor terhadap koefisien Prestasi Air Conditioning. Jurnal teknik Gelagar vol 16. 2005 [7]. Marwani, Pengaruh perubahan Putaran Fan Kondensor terhadap Performansi Mesin pengkondisian Udara. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin ke 9 Palembang. 2010. [8]. K, Handoko Teknik Room Air Conditioner.PT Ichtiar Baru. Jakarta 1979 [9]. Althouse A.D. { 1982 }, Modern Refrigeration and Air Conditioning,The Goodheart-Wilcot,Inc [10]. Arora,CP,(1972), Refrigeration and Air Conditioning, Tata GrawHill Book Company, IIT, New Delhi, India [11]. ASHRAE Hand Book of Fundamentals,1972 [12]. Stoecker W.F., Jerold W. Jones dan Hara S., {1996}, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi 2, Erlangga, Jakarta. KAPAL, Vol. 12, No.1 Februari 2015 8