BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Rini Andini, 2014

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. negaranya. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk menciptakan generasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi untuk kepentingan pembelajaran matematika. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara berturut-turut sesuai dengan perubahan Kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Susi Pupu Marpu ah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

Pedoman Wawancara. Pemahaman Guru Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat. SMP Terhadap Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman

judul IMPLEMENTASIRENCANAPELAKSANAANPEMBELAJAR AN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tahun mengarahkan siswa untuk lebih menutamakan konsep dari pada proses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3)

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PENGARUH IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH BERMUATAN NILAI PADA PEMBELAJARAN LINGKUNGANTERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN SIKAP SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan dihasilkan dari proses pendidikan yang berkualitas juga. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas akan berdampak kepada kelanjutan dan kemajuan bangsa. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki kurikulum yang digunakan dalam pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka dikembangkanlah suatu kurikulum yang disebut dengan Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013). Pada Kurikulum 2013 terdapat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu kriteria kelulusan yang harus dimiliki oleh siswa adalah sikap. Sikap dapat diperoleh melalui aktivitas-aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan pembelajaran didalam kelas. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 terdapat dua modus pembelajaran yang dinyatakan dalam Permendikbud no 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Dalam pembelajaran langsung peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan 1

2 berpikir dan keterampilan psikomotorik yang telah dirancang dalam suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sedangkan pembelajaran tidak langsung merupakan pembelajaran yang tidak dirancang didalam RPP tetapi terdapat didalam proses pembelajaran langsung. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap siswa. Adapun bentuk-bentuk pembelajaran tidak langsung adalah ucapan bersahabat, teguran perbaikan, hukuman mendidik, perilaku contoh (teladan), dan lingkungan yang kondusif. Pembelajaran langsung yang dilaksanakan dalam kurikulum 2013 terdapat lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Lima pengalaman belajar pokok tersebut disebut dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pembelajaran yang menggunakan scientific approach lebih menekankan pada pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Di dalam Kurikulum 2013 setiap proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach), baik pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Kurikulum 2013 mengembangkan empat Kompetensi Inti (KI) yang menjadi dasar untuk mengembangkan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator, yaitu Kompetensi Inti 1 (KI-1) yang berkaitan dengan sikap agama, Kompetensi Inti 2 (KI-2) berkaitan dengan sikap sosial, Kompetensi Inti 3 (KI-3) berkaitan dengan pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 (KI-4) berkaitan dengan keterampilan. KI-1 dan KI-2 terintegrasi didalam KI-3 dan KI-4. Sehingga KI-1 dan KI-2 yang berkaitan dengan sikap agama dan sikap sosial dapat diperoleh oleh siswa melalui proses pembelajaran. Permendiknas nomor 81 A tahun 2013 menyatakan bahwa KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran tidak langsung. Hal ini menyebabkan KD-1 dan KD-2 sering diabaikan atau di nomor duakan, baik didalam silabus maupun didalam RPP. Sehingga dalam proses pembelajaran guru lebih cenderung menekankan pemahaman konsep dan keterampilan siswa dibandingkan dengan sikap siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Aunillah

3 (2011), yang menyatakan bahwa dalam praktiknya, proses pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual). Pernyataan yang dikemukan oleh Aunillah juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sada (2011), yaitu guru lebih mengutamakan penyelesaian materi ajar daripada melakukan pengembangan atau inovasi proses pembelajaran yang membahas nilai-nilai kebersamaan. Sehingga hal ini menyebabkan pembelajaran secara khusus untuk mengembangkan kemampuan afektif sepertinya masih kurang mendapat perhatian. Kebanyakan praktisis pendidikan masih memegang asumsi, jika aspek kognitif telah dikembangkan secara benar, maka aspek afektif siswa akan ikut berkembang secara positif (Lubis, 2008). Salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki oleh siswa adalah sikap. Menurut Slameto (2010), sikap merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Aspek afektif pada diri siswa sangat besar peranannya dalam pendidikan, sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sudrajat dalam Aunillah (2011) menyatakan, bahwa aspek afektif memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun dalam menghadapi kehidupan secara keseluruhan. Menurut Krathwohl dan Bloom (1973) menjelaskan bahwa perilaku afektif akan berkembang secepat perkembangan kognitif jika pengalaman pembelajaran afektif diberikan sama banyaknya dengan pengalaman pembelajaran kognitif. Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui, pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri siswanya. Sedangkan belajar adalah proses perubahan sikap. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hasanah (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar

4 menjadi manusia dewasa yang mampu mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam alam lingkungan, alam sekitar dimana individu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa. Hal ini disebabkan pendidikan bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Menurut Slameto (2010), sikap terbentuk melalui pengalaman yang berulang-ulang, imitasi, sugesti dan melalui identifikasi. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang dapat membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Simmons (2007), sikap siswa akan berubah ketika siswa melakukan pengalaman langsung dan ketika siswa diarahkan untuk melakukan pengalaman science. Pengalaman langsung yang dimaksud adalah siswa secara langsung melakukan suatu kegiatan dalam proses pembelajaran, sehingga dengan melakukan kegiatan secara langsung siswa akan memperoleh pengalaman langsung yang dapat membentuk ataupun merubah sikap siswa. Pengalaman langsung yang diarahkan adalah pengalaman belajar science seperti melakukan kegiatan praktikum ataupun pengamatan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Armbruster (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sikap siswa dan kinerja siswa berubah secara signifikan dengan merancang kegiatan pembelajaran yang berfokus pada active learning dan pedagogi yang berpusat pada siswa. Penelitian Armbruster menyatakan proses pembelajaran siswa dirancang dengan pembelajaran aktif dan kemampuan pedagogi guru yang dipusatkan kepada siswa, yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajarannya. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Akinbobola (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara sikap siswa laki-laki dengan sikap siswa perempuan dengan

5 menggunakan pembelajaran kooperatif. Artinya perubahan ataupun pembentukan sikap siswa tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin atau gender siswa. Namun di dalam Kurikulum 2013 yang dinyatakan dalam Permendikbud no 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum menyatakan, bahwa KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung (Kemendikbud, 2013). Terintegrasinya sikap yang terdapat didalam KI-1 dan KI-2 didalam proses pembelajaran tanpa adanya perencanaan khusus didalam rancangan pembelajaran (RPP), maka apakah sikap yang terdapat didalam KI-1 dan KI-2 tersebut dapat diterapkan kepada siswa dan dapat merubah sikap siswa? Penelitian ini penting dilakukan karena didalam Kurikulum 2013 salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki oleh siswa adalah sikap. Selain itu kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bertujuan untuk membentuk karakter dengan mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa dan juga membimbing siswa agar bersifat positif terhadap segala hal untuk kebaikan masa depan mereka sendiri. Selain didalam KI-1 dan KI-2, sikap siswa juga dikembangkan dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Setiap pokok pembelajaran pendekatan ilmiah terdapat kompetensi yang dikembangkan. Kompetensi tersebut merupakan sikap-sikap yang harus diperoleh siswa selama pembelajaran. Kompetensi yang dapat dikembangkan seperti mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, tanggung jawab, mandiri, kerja keras serta mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat yang tercakup di dalam KI-1 dan KI-2. Pembelajaran langsung yang menggunakan scientific approach diharapkan mampu mengembangkan dan membentuk sikap siswa yang terdapat di dalam KI-1 dan KI-2 dapat terbentuk. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui keterlaksanaan scientific approach dalam pembelajaran biologi serta implikasinya terhadap sikap siswa di SMA.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas dirumuskan masalah penelitian: bagaimanakah keterlaksanaan scientific approach dalam pembelajaran Biologi serta implikasinya terhadap sikap siswa di SMA? C. Pertanyaan Penelitian Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimanakah muatan sikap didalam RPP yang digunakan oleh guru Biologi kelas X? 2. Bagaimanakah muatan scientific approach dalam RPP yang digunakan oleh guru Biologi kelas X? 3. Bagaimanakah keterlaksanaan scientific approach dalam proses pembelajaran Biologi? 4. Bagaimanakah sikap siswa dalam proses pembelajaran Biologi yang menggunakan scientific approach? 5. Kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam penerapan scientific approach dalam membentuk sikap siswa? D. Batasan Masalah Untuk memperjelas permasalahan penelitian ini, maka ruang lingkupnya dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan di SMA Piloting Kurikulum 2013 Cluster 3 tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di SMA Cluster tiga berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana sekolah untuk melakukan kegiatan scientific approach, prestasi sekolah dan sikap siswa disekolah tersebut. 2. Sikap yang diamati dalam proses pembelajaran adalah sikap religi dan sikap sosial yang sesuai dengan tuntukan KI-1 dan KI-2 dalam Kurikulum 2013 yang tercakup dalam 18 karakter pendidikan. 3. Scientific approach yang dimaksud dalam penelitian ini adalah scientific approach pada Kurikulum 2013 untuk pelajaran Biologi.

7 4. Pembelajaran Biologi yang diamati adalah pada konsep Animalia dan Ekosistem. E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang keterlaksanaan scientific approach pada mata pelajaran Biologi serta implikasinya terhadap sikap siswa. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran konkret pelaksanaan scientific approach dalam pembelajaran Biologi dan tentang penerapan/ pengembangan sikap, serta kendalakendala yang dihadapi dalam penerapan dan pengembangan sikap siswa selama proses pembelajaran. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat bagi guru adalah sebagai bahan evaluasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan melaksanaan pembelajaran dalam upaya mencapai tuntutan KI 1 dan KI 2 dalam Kurikulum 2013. 2. Manfaat bagi pemerintah a. Dapat dijadikan referensi untuk perbaikan Kurikulum 2013. b. Menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013.