PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF. Titiresmi

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

Tembalang, Semarang

PROSES PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI MIKROORGANISME DARI LIMBAH PABRIK PERMEN UNTUK LUMPUR AKTIF

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

PENURUNAN BAHAN ORGANIK AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR PACKED BED BERDASARKAN VARIASI WAKTU TINGGAL

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

PENYISIHAN ORGANIK PADA REAKTOR AEROB

PENGARUH WAKTU STABILISASI PADA SEQUENCING BATCH REACTOR AEROB TERHADAP PENURUNAN KARBON

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN RINGAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI JAMU DENGAN SEQUENCING BATCH REACTOR

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

RANCANG BANGUN DAN REKAYASA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT (Studi Kasus Rumah Sakit Kristen Tayu, Pati)

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

3 METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

Pengaruh Waktu Detensi Terhadap Efisiensi Penyisihan COD Limbah Cair Pulp dan Kertas dengan Reaktor Kontak Stabilisasi ABSTRACT

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

APLIKASI ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK MENURUNKAN POLUTAN LIMBAH CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SURABAYA. Yayok Suryo P.

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENENTUAN KOEFISIEN BIOKINETIK DAN NITRIFIKASI PADA PROSES BIOLOGIS LUMPUR AKTIF AIR LIMBAH (144L)

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KADAR GARAM TINGGI DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

PENGARUH LAJU ALIR UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENYISIHAN PADATAN DALAM LIMBAH CAIR PULP DAN KERTAS DENGAN REAKTOR KONTAK STABILISASI

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

STUDI EFEKTIFITAS PENURUNAN KADAR BOD, COD DAN NH 3 PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase

PENGARUH WAKTU TINGGAL HIDROLIK TERHADAP PENYISIHAN PADATAN PADA PENGOLAHAN SLUDGE IPAL PULP AND PAPER MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROBIK

SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

Effect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate Algae Reactor (HRAR) for Organic Matter Removal of Domestic Urban Wastewater

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KADAR GARAM TINGGI DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF (The Treatment Of High Salinity Waste Water With Activated Sludge System

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

Transkripsi:

J. Tek. Ling Vol.11 No.1 Hal. 1-6 Jakarta, Januari 2010 ISSN 1441-318X PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF Titiresmi Peneliti Balai Teknologi Lingkungan, BPPT Gedung 412 Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314 Abstract Pollution in the rivers is generally caused by domestic and industrial waste. Some treatments to solve it can be done individually or collectively. The effort can be physical, chemical, or biological treatments chosen by its form, character, kind, quality, quantity. PT Van Melle Indonesia is a candy company which produces a high biological waste with COD concentration 10000-30000 mg/litre. This paper reports activated sludge reactor performance to decrease the waste s organic content. The reactor is a biological waste water treatment, as a sequence of earlier anaerob process which still has a high COD (700-4000 mg/litre). A continued reactor operation done with retention time variation 24 hours, 18 hours, 12 hours, and 6 hours show reduced COD varied 80-90%. The highest efficiency was 97.59% from the 24 hours retention time, and the lowest efficiency was 89.5% from the 6 hours retention time. Keywords: activated sludge reactor, candy industry wastewater I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Van Melle Indonesia merupakan perusahaan mitra asing dan pemegang lisensi dari PT Van Melle Holland yang berpusat di Brenda, Belanda. Produksi yang dihasilkan adalah permen dengan berbagai jenis nama dan rasa seperti mint, buahbuahan dan coklat. Proses produksi PT Van Melle Indonesia terdiri atas beberapa tahap yaitu: 1. ROS (Rework of Sugar) merupakan alat untuk mendaur ulang permen yang kurang sempurna (tidak lulus quality) menjadi cairan gula dengan cara pemanasan 2. Sugar Disolver, cairan gula yang berasal dari ROS dipindahkan ke unit ini, kemudian ditambahkan gula kristal (refined sugar) dan dipanaskan menjadi cairan gula 3. AWM (Automatic Weighting Machine), pada unit ini cairan gula ditambah cairan glukosa dan semua bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jenis permen yang akan dibuat. Pengukuran dan prosentase bahan dilakukan secara otomatis dan diaduk menjadi adonan permen. Dari AWM khusus untuk jenis permen A dibagi menjadi eksterior cooker (pembuatan permen bagian luar) dan interior cooker (pembuatan permen bagian dalam) 4. Polling, adalah pengadukan dengan tujuan membuat permen menjadi kenyal dan homogen 5. Forming, penambahan rasa dan warna sesuai jenis permen Penurunan Kadar COD Air Limbah,...J. Tek. Ling. 11 (1): 1-6 1

6. Coating 1, adalah alat pelapisan eksterior tahap pertama 7. Dying Room, setelah melewati coating 1 permen yang sudah jadi didiamkan dalam satu ruangan selama 24 jam dengan suhu 30-40 o C 8. Coating 2, pelapisan eksterior tahap kedua agar lapisan lebih sempurna 9. Calibration dan Sortilation, pada bagian ini dilakukan pemilahan permen sesuai dengan standard. Permen yang kwalitasnya kurang baik dikembalikan ke ROS 10. Packing, adalah proses pengepakan dan siap untuk dipasarkan. 1.2 Sumber limbah Dalam pembuatan permen tidak menggunakan air, tetapi menggunakan cairan gula, dan limbah yang dihasilkan tidak banyak. Limbah berasal dari tumpahan gula, kebocoran alat, atau tumpahan pada saat penuangan. Sumber limbah cair terbanyak berasal dari pencucian. Semua limbah cair yang berasal dari pabrik akan masuk ke saluran drainase yang berada di dalam pabrik dan dialirkan secara gravitasi ke IPAL. Karena bahan baku utamanya adalah gula, maka kandungan bahan organik dari limbah sangat tinggi dengan kadar COD rata-rata 10.000-30.000 mg/ liter dan debit sekitar 50-70 m 3 / hari. Limbah domestik berasal dari toilet dengan debit 50 m 3 /hari dikumpulkan dalam septik tank. Limbah padatnya diendapkan dan limbah cairnya disalurkan melalui pipa yang ditanam di dalam tanah dan secara gravitasi dialirkan menuju bak aerasi. Untuk mengatasi limbah tersebut diperlukan unit pengolah limbah yang mempunyai efektifitas tinggi dalam penguraian bahan organik. Proses pengolahannya merupakan gabungan sistem anaerob dan aerob. Dalam percobaan ini digunakan unit pengolah air limbah secara biologis dengan menggunakan sistem lumpur aktif (activated sludge), yang merupakan pengolahan lanjutan dari proses anaerob sebelumnya. Effluen dari proses anaerob mengandung bahan organik yang masih tinggi yaitu antara 700-4.000 mg/liter. Penggunaan reaktor lumpur aktif bertujuan untuk memperbesar kontak antara mikroorganisme dengan substrat yang dipakai. Kelebihan reaktor dengan pertumbuhan tersuspensi ini bila dibandingkan dengan reaktor yang melekat yaitu: a. kontrol biomassa lebih fleksibel, b. laju transfer oksigen dan substrat lebih tinggi, c. laju pembebanan organik lebih tinggi sehingga mengurangi luas lahan yang diperlukan, d. stabilitas proses lebih tinggi, e. kwantitas effluen lebih tinggi dan, f. tidak berbau 1). Kelemahan reaktor ini adalah : a. sering terjadinya sludge bulking b. kebutuhan oksigen yang cukup besar. 1.3 Tujuan Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui kemampuan reaktor lumpur aktif (activated sludge) skala laboratorium dalam menyisihkan kadar COD dengan variasi waktu tinggal (24 jam; 18 jam; 12 jam dan 6 jam) pada air limbah industri permen yang sebelumnya telah melalui proses pengolahan secara anaerob. 1.4 Ruang Lingkup Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan tahapan 2,3) persiapan yang terdiri dari: 1. Analisa pendahuluan terhadap karakteristik air limbah yang akan diolah. 2. Penyiapan reaktor skala laboratorium. 3. Pembenihan (seeding), bertujuan untuk memperoleh biomassa yang cukup 2 Titiresmi, 2010

4. Aklimatisasi, bertujuan untuk mendapatkan kultur biomassa yang telah teradaptasi terhadap air limbah yang akan diteliti 5. Pengoperasian reaktor secara kontinu dengan waktu tinggal yaitu 24 jam, 18 jam, 12 jam dan 6 jam adalah untuk mengetahui kemampuan reaktor dalam menyisihkan kadar COD dalam air limbah. 6. Pengambilan sampel dan analisis air limbah hasil pengolahan 7. Pengolahan data dan analisis hasil penelitian 2. METODOLOGI. 2.1 Lokasi: Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Proses Balai Teknologi, Lingkungan Puspiptek Serpong 2.2 Analisis Pendahuluan Dilakukan untuk mengetahui karakteristik air limbah yang akan diolah, khususnya VSS dan COD 2.3. Persiapan Reaktor Model instalasi skala laboratorium (4) yang digunakan dapat dilihat pada Gambar -1. Gambar-1. Instalasi Reaktor Keterangan: A :Bak Influen B : Pompa Influen C: Bak Aerasi D: Bak Pengendapan E: Bak Effluen F : Pompa Re Sirkulasi 1: titik sampling influen 2: titik sampling reaktor aerasi 3: titik sampling effluen Karakteristik reaktor lumpur aktif yang digunakan dalam percobaan ini disusun dalam Tabel 1. 2.4 Pembenihan (Seeding) Pembenihan dilakukan untuk memperoleh biomassa dalam jumlah yang mencukupi untuk digunakan dalam penelitian 5) Pada tahap ini, reaktor dijalankan dengan sistem batch. Sumber mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri yang berasal dari tangki aerasi unit pengolahan limbah pabrik permen PT. Van Melle Indonesai. Pemberian glukosa tidak dilakukan setiap hari hanya diberikan setiap dua hari dengan melihat konsentrasi CODnya. Dalam proses ini didapatkan mikroorganisme 3000 mg/1 5000 mg/1. Tabel-1. Karakteristik Reaktor Uraian Spesifikasi Teknis 1.Bak Aerasi Panjang : 31,5 cm, lebar: 30 cm, tinggi : 21 cm Bentuk : lingkaran, jari-jari : 15cm, tinggi : 21 cm Bahan acrylic 2.Bak Pengendapan 3. Bak Influen dan Effluen Panjang : 50cm, lebar: 20 cm, tinggi : 20 cm Bentuk: limas, panjang : 50cm, lebar : 20 cm, tinggi : 21cm Bahan acrylic Kapasitas : 40 liter Bahan : Plastik 4. Aerator Suplai udara 1.105 liter/ menit 5. Pompa Jenis: peristaltik Penurunan Kadar COD Air Limbah,...J. Tek. Ling. 11 (1): 1-6 3

2.5 Aklimatisasi 5) Setelah melalui proses pembenihan, maka dilakukan aklimatisasi. Aklimatisasi adalah pengadaptasian mikroorganisme terhadap air limbah yang akan diolah. Pada proses ini dilakukan dengan sistem bacth karena diharapkan mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak serta beradaptasi dengan kondisi baru. Pengapdaptasian dilakukan dengan cara mengganti pemberian glukosa dengan air limbah pabrik permen. Akhir dari proses ini adalah konsentrasi COD menjadi stabil dengan efisiensi penyisihan lebih besar dari 80%. 2.6 Pengoperasian Reaktor Penelitian ini dilakukan dengan mengoperasikan reaktor secara kontinu dengan variasi waktu tinggal yaitu 24 jam, 18 jam, 12 jam dan 6 jam. Dengan demikian debit untuk masing masing waktu tinggal akan berbeda, dimana debit adalah volume kerja dibagi waktu tinggal. 6) Pada akhir proses ini diketahui bahwa waktu tinggal yang optimum dalam menyisihkan bahan bahan organik, tertera pada Tabel-2 berikut ini. Tabel-2. Variasi Waktu Tinggi dan Debit. Waktu tinggal Debit (jam) (l/jam) 24 1,458 18 1,944 12 2,916 6 5,833 2.7 Analisa Parameter Parameter yang dianalisis adalah VSS (Volatile Suspended Solid) dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD). VSS adalah untuk mengetahui banyaknya mikroorganisme yang hidup. Nilai VSS merupakan indikator adanya mikroorganisme yang aktif dan memegang peranan penting 4 Titiresmi, 2010 dalam proses biologis. Pengukuran ini digunakan dengan menggunakan metode gravimetri. 6) Sedangkan kebutuhan oksigen kimiawi (COD) adalah banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat organik yang terdapat didalam air limbah. Metode yang digunakan adalah metode bikromat (K2Cr2O7). 6) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Umum Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh selama penelitian yaitu meliputi : 1. Karakteristik air limbah 2. Tahap pembenihan (seeding) 3. Tahap aklimatisasi 4. Tahap pengoperasian reaktor secara kontinu. 3.2 Karakteristik Air Limbah Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan terhadap limbah pabrik permen. Karakteristik air limbah efluen aerob pabrik permen menunjukkan bahwa konsentrasi air limbah melebihi baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri 7), yaitu sebesar 1070 mg/l. Sehingga diperlukan suatu unit pengolahan yang dapat mengolah air limbah industri permen sebelum dibuang ke badan air penerima 3.3 Pembenihan (seeding) Pembenihan merupakan tahapan awal sebelum penelitian. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan suatu populasi mikroorganisme yang mencukupi untuk memulai penelitian proses lumpur aktif dan mampu mengoksidai zat zat organik yang terkandung didalam air limbah. Dalam penelitian ini mikroorganisme yang digunakan berasal dari bak aerasi. Pada tahap ini diharapkan mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dengan pemberian nutrien dan oksigen secara teratur. Parameter

yang diamati adalah VSS dan COD. Pada hari pertama pembenihan, COD adalah sebesar 610,22 mg/l dan konsentrasi VSS adalah sebesar 3096 mg/l. Pada waktu seeding 1 bulan, konsentrasi VSS cukup tinggi yaitu 3000 mg/l 6000 mg/l. Namun demikian proses aklimatisasi masih belum dapat dilakukan karena efisiensi penyisihan COD masih belum stabil dan lumpur susah mengendap. Oleh karenanya selama 57 75 hari pemberian nutrien dihentikan sehingga terjadi penurunan VSS menjadi 4000 mg/l. Selanjutnya pada pengoperasian hari ke 78 nutiren diberikan kembali dan terlihat pertumbuhan VSS sejalan dengan bertambahnya konsentrasi COD yang diberikan. Pada hari ke 94 hingga hari ke 118 efisiensi penyisihan COD sudah terlihat lebih dari 80%. Hasil akhir dari proses ini adalah VSS mencapai 3122 mg/l dan penyisihan COD 91,40 %, sehingga dapat dilakukan tahapan selanjutnya yaitu aklimatisasi. 3.4 Aklimatisasi Setelah melalui proses pembenihan, dimana mikroorganisme yang tumbuh cukup banyak maka dapat dilakukan tahap aklimatisasi pada reaktor lumpur aktif yang mempunyai kapasitas 35 liter. Pada tahap ini pengoperasian dijalankan dengan sistem batch karena diharapkan mikroorganisme yang ada dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik serta dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru. Pemberian air limbah permen dilakukan secara bertahap dimana 2 liter air limbah dengan COD dikondisikan 1000 mg/l dan terus bertambah hingga 15 liter air limbah dengan COD dikondisikan 1500 mg/l. Pada hari ke-1 hingga hari ke-21 dapat dilihat bahwa konsentrasi VSS menurun, hal ini dikarenakan mikroorganisme sedang beradaptasi dengan air limbah permen. Pada hari ke-22 hingga ke-60 konsentrasi VSS stabil antara 3000 mg/l hingga 4000 mg/l, terus meningkat seiring dengan meningkatnya penyisihan COD. Pemberian air limbah permen secara bertahap membuat konsentrasi VSS dan penyisihan COD meningkat. Hasil akhir penelitian ini adalah air limbah permen yang diberikan sebanyak 15 liter dengan efisiensi yang sudah stabil, yaitu sebesar 98.08%. 3.5 Pengoperasian Reaktor Secara Kontinu Setelah melalui tahap aklimatisasi dengan efesiensi penyisihan 98,08% dan air limbah secara bertahap diberikan hingga ½ volume bak aerasi yaitu sebesar 15 liter maka pengoperasian reaktor secara kontinu dapat dilakukan. Tabel 3. Waktu tinggal dengan efesiensi Penyisihan Waktu % Penyisihan COD Tinggal 1 2 3 4 5 24 95.84 94.80 95,48 96,72 97,59 18 91.33 94.61 94,81 97,81 97,48 12 94.59 95.43 96,30 96,30 96,81 6 88.49 89,61 88,93 88,93 89,15 Pengoperasian reaktor ini dilakukan waktu tinggal 24 jam, 18 jam, 12 jam dan 6 jam dengan debit yang dialirkan sesuai dengan waktu tinggal. Sampling yang diambil adalah untuk mengukur parameter COD. Pengoperasian dimulai dari waktu tinggal terlama hingga waktutinggal tercepat. Dapat dilihat pada tabel 3 4. KESIMPULAN 1. Efesiensi penyisihan COD pada waktu tinggal 24 jam, 18 jam, dan 12 jam yaitu lebih besar dari 90%, sehinnga di dapat COD efluen yang memenuhi baku mutu. 2. Efesiensi tertinggi adalah pada waktu tinggal 24 jam yaitu sebesar 97,59% dengan COD 76,54 mg/l. 3. Efesiensi terendah adalah pada waktu tinggal pada 6 jam yaitu sekitar 89,15% dengan COD efluen 161,55 mg/l. Penurunan Kadar COD Air Limbah,...J. Tek. Ling. 11 (1): 1-6 5

DAFTAR PUSTAKA 1. Huang, Chang J, A/O (1995) Activated Sludge System. Asia s Journal of environmental Technology. 2. Djajadiningrat, A.H dan Wisjnuprpto. 1978. Bioreaktor Pengolahan Limbah Cair. Bandung : Institut teknologi Lingkungan. 3. Wisnujuprapto & Djajadiningrat A. 1990. Bioreaktor Pengolahan Limbah Cair. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. 4. Benefield, Larry D and Randall, clifford. W. 1980. Biological Processes Design. For Wastewter Treatment. New York : Prentice. 5. Horan, N.J. 1990. Biological Wastewater Treatment Theory And Application. England : John Willey and Sons. 6. Alaert G. & Sumestri, Sri S. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya : USaha Nasional. 7. Anonim. 1995, Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kep-51/MENLH/10/1995 tanggal 23 Oktober 1995. Buku Mutu Limbah Kegiatan Industri. Jakarta : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 6 Titiresmi, 2010