MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. PENDEKATAN RANCANGAN

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan

BAB III METOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

PERANCANGAN KETEL UAP KAPASITAS UAP 216 KG / 3 JAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

RANCANG BANGUN MESIN PENGGORENG OTOMATIS KAPASITAS 20 LITER

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

Modifikasi Ruang Panggang Oven

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

12/27/2013. Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA. Latihan Soal

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB I PENDAHULUAN. zat cair melalui saluran tertutup. Pompa menghasilkan suatu tekanan yang

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

III. METODE PENELITIAN

1. Bagian Utama Boiler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

Transkripsi:

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran No.1 Malang 65145 Tlp: 0341-571708 ; Fax. (0341) - 568415 E-mail : ekoyanto@yahoo.com Abstract One company has a cracker in Landungsari Malang open steam generating machine. Some weaknesses in the machine such that the resulting low temperature, long heating time and fuel consumption of a large or wasteful of fuel. This experiment was conducted to improve the efficient use of steam heat, namely by modifying the power plant steam into a closed system, with the hope eventually can be used not only as an energy source steaming but also to the source of energy in drying crackers. Modify and test the performance of steam power plant, to evaluate energy efficiency, conducted at the Laboratory of Resources and Agricultural Machinery, Agricultural Engineering Department, Faculty of Agricultural Technology, Malang UB. Tests conducted with the treatment of water volume 55 liters (V1) and 69 liters (V2) and treatment pressure of 1 atm (P1) and 2 atm (P2). Keywords : steam power plant, energy efficiency PENDAHULUAN Pada berbagai industri, ketel uap mempunyai peranan yang penting dan luas, seperti industri pertanian pada pabrik kerupuk dimana uap yang dihasilkan dari ketel uap digunakan sebagai media pemanas adonan kerupuk atau mengukus kerupuk dan juga dapat dipisahkan untuk pengeringan. Adapun pemakaian ketel uap model pipa air menurut Muin (1986), memiliki beberapa keuntungan, antara lain : a) sanggup bekerja pada tekanan tinggi, b) berat ketel yang relatif ringan dibandingkan dengan kapasitas ketel, c) kapasitas yang besar, d) dapat dioperasikan dengan cepat, jadi dalam waktu singkat telah dapat memproduksi uap [1]. Modifikasi mesin pembangkit uap ini dilakukan agar : a) mesin pembangkit uap mampu menghasilkan uap panas yang besar; b) konstruksi mesin pembangkit uap lebih kuat sehingga dapat digunakan untuk mengukus dan mengeringkan bahan kerupuk; c) volume dan tekanan uap mesin pembangkit uap dapat dikontrol; d) menghemat bahan bakar; e) mempercepat proses pemasakan. Menurut Holman (1997), perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas dari suatu benda ke benda lainnya melalui jalan gelombang elektromagnetik tanpa tergantung ada atau tidaknya media atau zat diantara benda yang menerima pancaran tersebut tetapi jika terhalang benda lain maka tidak dapat menerima panas secara pancaran [2]. Perpindahan panas konveksi adalah proses pemindahan energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur dengan disertai perpindahan massa. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas yang disertai perpindahan fluida [3]. Modifikasi mesin pembangkit uap ini diharapkan memiliki beberapa keuntungan antara lain: a) Suhu yang dihasilkan lebih tinggi; b) Waktu pemanasan untuk produksi uap lebih cepat; c) Bahan bakar lebih efisien Penelitian ini bertujuan memodifikasi mesin pembangkit uap yang dapat digunakan untuk pemasakan dan pengeringan bahan pangan. Melakukan uji kinerja terhadap model tersebut untuk mendapatkan efisiensi energi mesin pembangkit uap. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi dan efisiensi 92

mesin pembangkit uap yang semula hanya untuk pemasak ditingkatkan penggunaannya, yakni selain untuk memasak juga dapat digunakan untuk mengeringkan bahan pangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan modifikasi mesin pembangkit uap serta menguji kinerjanya di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian serta di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Modifikasi Mesin Pembangkit Uap Mesin pembangkit uap ini memiliki bagian-bagian fungsional sebagai berikut: a) Sebuah ketel uap berfungsi sebagai tempat pemanasan fluida (air). b) Lubang pemasukan sebagai tempat untuk memasukkan air kedalam ketel uap. c) Manometer sebagai pengontrol tekanan ketel uap. d) Pipa penghubung untuk menghubungkan ketel uap dengan rangkaian pipa pemasakan dan pengeringan. e) Rangkaian pipa pemasakan berfungsi memberikan panas pada bahan yang dimasak. f) Kran pengeluaran uap pada rangkaian pipa penghubung sebagai pembuka dan penutup aliran uap panas. g) Kran pada bagian bawah ketel untuk pembuangan akhir. Peralatan yang digunakan dalam modifikasi dan uji kinerja mesin pembangkit uap ini adalah: a) Gerinda untuk memotong pipa. b) Gunting pemotong plat besi. c) Bor listrik untuk membuat lubang. d) Rol untuk membuat plat menjadi silinder. e) Las untuk melas plat besi. f) Termokopel untuk mengetahui suhu uap. g) Pompa untuk menaikan tekanan kompor. h) Kompor sebagai media pemanas. i) Manometer untuk mengukur tekanan pada ketel uap. j) Meteran untuk mengukur dimensi plat. k) Termometer jarum untuk mengukur suhu dalam ketel. Bahan yang digunakan dalam modifikasi mesin pembangkit uap ini adalah: a) Plat besi dengan ketebalan 1,5 mm. b) Kran sebagai pembuangan air dengan ukuran ½ inci (1,3 cm). c) Kran pengeluaran uap dengan ukuran ¾ inci (2,6 cm) sebagai penghubung antara ketel dengan pipa pemasak. d) Pipa sebagai rangkaian penghubung dan rangkaian pipa pemasak dan pengering dengan ukuran ¾ inci (2,6 cm). e) Minyak tanah sebagai bahan bakar pengujian. f) Air sebagai bahan produksi uap. Langkah-langkah pembuatan ketel uap adalah sebagai berikut: Pemotongan bahan silinder. Plat besi setebal 1,5 mm dipotong dengan panjang 157 cm dan lebar 75 cm. Alat yang digunakan untuk pemotongan dan pembentukan plat ini adalah gunting pemotong dengan kapasitas maksimal 16 mm. Pengerolan silinder. Lembaran plat yang telah dipotong di rol dengan pengerol. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka pengerolan harus presisi antara kanan dan kiri, maka dilakukan pengesetan di sebelah kanan dan kiri alat rol. Pengerolan ini dilakukan berulang-ulang hingga kedua ujung plat hampir bertemu kemudian baru kedua ujung plat disatukan dengan memberi titik las pada kedua ujung plat. Pencembungan tutup silinder. Awalnya bahan tutup plat dipotong dengan diameter 55 cm. Kelebihan 5 cm ini karena akan dibuat cembungan sehingga nantinya diameternya akan menjadi 50 cm. Pencembungan tutup ketel ini dilakukan dengan pengelingan atau pemukulan sehingga berbentuk cembung. Pelubangan tutup dan dinding silinder. Pada tutup dan dinding ketel dibuat lubang menggunakan gerinda dan bor dengan ukuran bor 7,6 cm sehingga didapat ukuran yang diinginkan. Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mesin pembangkit uap yang telah dirancang. Pengujian dilakukan 93

dengan cara mengoperasikan mesin yang telah dirancang ini. Kemudian parameter kinerja mesin pembangkit uap ini diukur, diantaranya: tekanan pada ketel uap, suhu uap air dalam ketel, suhu uap air keluaran, konsumsi bahan bakar, lama waktu pemasakan Langkah-langkah dalam pengujian antara lain: a) Memasukkan air ke dalam ketel. b) Menutup ketel. c) Ketel dipanaskan dengan bahan bakar dari minyak tanah. d) Saat tekanan dalam ketel mencapai tekanan P 1 dan konstan maka kran pengeluaran uap penghubung dibuka guna mengalirkan uap. e) Dicatat suhu uap dalam ketel. f) Dicatat suhu uap yang keluar dari ketel uap. g) Dicatat lama pemanasan hingga mencapai tekanan yang diinginkan. h) Dicatat konsumsi bahan bakar selama pemanasan dan produksi uap. Pengujian ini menggunakan 2 faktor perlakuan. Perlakuan pertama adalah volume pengisian air 55 liter dan 69 liter. Perlakuan kedua adalah tekanan menggunakan 1 atm dan 2 atm. Masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan 3 kali pengamatan. Kombinasi tersebut adalah: - Volume 55 liter dengan tekanan 1 atm (V 1 P 1 ) - Volume 69 liter dengan tekanan 1 atm (V 2 P 1 ) - Volume 55 liter dengan tekanan 2 atm (V 1 P 2 ) - Volume 69 liter dengan tekanan 2 atm (V 2 P 2 ) Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : - Suhu ( C), berkaitan dengan volume uap yang dihasilkan. - Lama pemanasan yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan dan lamanya produksi uap. - Konsumsi bahan bakar yaitu banyaknya konsumsi bahan bakar selama pemanasan dan produksi uap. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Modifikasi Mesin Pembangkit Uap Modifikasi yang dilakukan telah menghasilkan mesin pembangkit uap seperti ditunjukkan pada Gambar 1 yang memiliki bagian-bagian sebagai berikut. Ketel Pemasakan. Ketel pemasakan yang terbuat dari plat besi dengan ketebalan 1,5 mm memiliki dimensi tinggi 75 cm dan diameter 50 cm. Pada bagian atas ketel uap dibuat 4 lubang: a) Lubang pertama berdiameter 3 inci (7,6 cm) berfungsi sebagai tempat pemasukan air. b) Lubang kedua berdiameter ½ inci (1,3 cm) berfungsi sebagai tempat manometer tekanan. c) Lubang ketiga berdiameter ½ inci (1,3 cm) berfungsi sebagai pengaman tekanan berlebih. d) Lubang keempat dengan berdiameter ¾ inci (2,6 cm) berfungsi sebagai lubang penghubung dari ketel uap ke rangkaian pipa pemasak. Pada dinding samping ketel juga dibuat lubang berdiameter ¾ inci (2,6 cm) berfungsi untuk pembuangan akhir. Gambar 1 - Mesin Pembangkit Uap 94

Pipa Penghubung. Rangkaian pipa penghubung berfungsi menghubungkan ketel dengan rangkaian pipa pemasak. Rangkaian pipa ini berukuran ¾ inci dilengkapi dengan 2 (dua) buah kran pengeluaran uap penghubung dengan ukuran ¾ inci. Kedua kran pengeluaran uap ini digunakan untuk pendistribusian uap agar masuk kedalam pipa pemasakan saat pemasakan dan ke rangkaian pengering untuk pengeringan dengan sistem buka tutup. Uap Masuk Uap keluar Cara mengoperasikan mesin pembangkit uap. Mesin ini dioperasikan dengan cara sebagai berikut. Pertama-tama air diisi kedalam ketel uap melalui lubang pemasukan yang telah dibuka tutupnya. Setelah air dimasukkan kedalam ketel uap sampai batas yang telah ditentukan maka lubang pemasukan ditutup kembali. Untuk mengetahui batas air dapat dilihat dengan mengeluarkan air melewati selang yang ada pada bagian bawah ketel. Selanjutnya kran pada pipa untuk memasak ditutup dan kran untuk pengering juga ditutup. Kemudian ketel dipanaskan dengan menggunakan kompor dengan bahan bakar minyak tanah hingga tekanan di dalam ketel naik. Setelah tekanan mencapai 1 atm atau 2 atm sesuai perlakuan percobaan, kran pengeluaran uap pemasakan dibuka agar uap dapat mengalir masuk ke dalam pipa pemasakan. Gambar 2 - Pipa Penghubung Pipa Pemasakan. Rangkaian pipa pemasak berukuran ¾ inci (2,6 cm) berfungsi sebagai tempat mengalirnya uap panas diruang pemasak dengan bentuk persegi dimana panjang 50 cm dan lebar 50 cm. Dimana terdiri dari 6 batang pipa besi yang berjajar. Pemotongan pipa ini dilakukan dengan gerinda potong. Kemudian pipa ini diberi lubang sebesar 3 mm dengan jarak antar lubang 5 cm pada tiap pipanya sehingga semua lubang berjumlah 30 lubang. Lubang ini berfungsi sebagai keluaran uap. Gambar 4 - Rangkain Instalasi Hasil Pengujian Lama Pemanasan. Lama pemanasan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh mesin pemasak untuk mencapai tekanan yang diinginkan. Nilai lama pemanasan ratarata terdapat pada Tabel 1. Gambar 3 - Rangkaian Pipa Pemasak 95

Tabel 1. Lama Pemanasan Rata-Rata Kombinasi Rata-Rata (menit) V1P1 40,0 V2P1 48,3 V1P2 56,6 V2P2 68,3 Terlihat dari Tabel 1 bahwa nilai rata-rata lama pemanasan yang tercepat adalah 40 menit pada kombinasi V1P1 dan yang terlama adalah 68,3 menit pada kombinasi V2P1. Hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana semakin besar volume air dan tekanan dalam mesin pemasak maka waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan dan produksi uap akan semakin lama. Konsumsi Bahan Bakar. Pengambilan data konsumsi bahan bakar ini untuk mengetahui berapa konsumsi bahan bakar yang digunakan selama pemanasan berlangsung, nilai konsumsi bahan bakar ratarata ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Konsumsi Bahan Bakar Rata-Rata Kombinasi Rata-Rata (ml) V1P1 2300,0 V2P1 2366,6 V1P2 2466,6 V2P2 2616,6 Terlihat dari Tabel 2 bahwa pada kombinasi V1P1 konsumsi bahan bakar adalah yang terkecil dengan nilai 2300 ml dan yang tertinggi adalah pada kombinasi V2P1. Nilai konsumsi bahan bakar ini terus meningkat yang disebabkan oleh lama pemanasan sehingga semakin lama pemanasan maka akan semakin besar konsumsi bahan bakarnya. Nilai rata-rata lama pemanasan dan ratarata konsumsi bahan bakar ini dapat dibuat grafik hubungan antara lama pemanasan dengan konsumsi bahan bakar (Gambar 5). Gambar 5 - Hubungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Waktu Pemanasan Terlihat dari Gambar 5 bahwa semakin lama waktu yang digunakan untuk pemanasan maka konsumsi bahan bakar akan semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan kompor pembakaran dimana jika tekanan pada kompor turun maka panas pembakaran juga akan turun sehingga membuat waktu pemanasan semakin lama. Suhu Rata-Rata. Pada pengujian ini ketel menghasilkan uap yang akan digunakan untuk pemasakan adonan kerupuk dengan nilai suhu rata-rata ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Suhu Rata-Rata per kombinasi Kombinasi Suhu Rata-Rata ( C) V1P1 48,20 V2P1 72,29 V1P2 89,80 V2P2 77,58 Dapat diketahui dari Tabel 3 bahwa nilai suhu rata-rata masing-masing pada kombinasi V1P1 = 48,20 C, kombinasi V2P1 = 72,29 C, kombinasi V1P2 = 89,8 C, dan pada kombinasi V2P2 = 77,58 C. Dari data dapat diketahui bahwa nilai suhu cenderung meningkat namun pada kombinasi V2P2 terjadi penurunan. Hal ini terjadi karena pada kombinasi V1P2 ulangan 2 nilai suhu rata-rata sangat tinggi, yaitu sebesar 111,5 C, akibat uap di mengumpul di titik yang teratas di ruang pemasakan. 96

Selanjutnya, untuk mengetahui trend naik-turunnya suhu, dari data suhu dapat dicari nilai rata-rata suhu per menit untuk tiap kombinasi perlakuan. Hubungan waktu dengan suhu rata-rata per menit pada kombinasi perlakuan V1P1 ditampilkan pada Gambar 6. Dari Gambar 7 dapat diketahui pada menit ke 0 suhu rata-ratanya adalah 69,80 C dan terus meningkat hingga pada menit ke 60 mencapai suhu 75,40 C. Hal ini terjadi karena uap yang terdapat didalam ruang pmasak sudah jenuh sehingga suhunya semakin meningkat. Hubungan waktu dengan suhu rata-rata per menit pada kombinasi perlakuan V1P2 tampak pada Gambar 8. Gambar 6 - Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu rata-rata/menit pada Kombinasi Perlakuan V1P1 Dapat diketahui dari Gambar 6 bahwa nilai suhu rata-rata terbesar terjadi pada menit ke-0 sebesar 55,1 C. Hal ini terjadi karena pada awal pembukaan kran pengeluaran uap, tekanan pada mesin pemasak masih besar sehingga suhu yang keluar pun makin besar. Pada menit ke 20 dan ke 40 terjadi penurunan suhu yaitu 45,8 C dan 45,5 C disebabkan oleh tekanan yang ada pada mesin pemasak menurun sehingga suhu yang masuk ke ruang pengukusan juga turun. Pada menit ke 60 terjadi kenaikan suhu menjadi 46,3 C. Hal ini dikarenakan diruang pemasakan sudah terlalu banyak uap air sehingga menjadi jenuh dan suhunya meningkat. Hubungan waktu dengan suhu rata-rata pada kombinasi perlakuan V2P1 ditampilkan pada Gambar 7. Gambar 8 - Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu rata-rata/menit pada Kombinasi Perlakuan V1P2 Dari Gambar 8 tampak bahwa nilai suhu rata-rata per menit terus meningkat secara linier. Hal ini sama yang terjadi pada kombinasi V2P1 dimana keadaan di ruang pemasak semakin lama semakin jenuh sehingga suhu di ruang pemasak semakin lama semakin tinggi. Hubungan waktu dengan suhu rata-rata per menit pada kombinasi perlakuan V2P2 tampak pada Gambar 9. Gambar 7 - Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu rata-rata/menit pada Kombinasi Perlakuan V2P1 Gambar 9 - Grafik Hubungan Waktu dengan Suhu rata-rata/menit pada Kombinasi Perlakuan V2P2 Dari Gambar 9 dapat diketahui nilai suhu rata-rata permenit dimana pada menit ke-0 nilainya sebesar 77,3 C dan pada menit ke-20 terjadi penurunan yang disebabkan oleh api pembakaran yang turun sehingga menyebabkan penurunan suhu. 97

Pada menit ke-40 terjadi peningkatan suhu dimana hal ini terjadi karena api untuk pembakaran mulai meningkat sehingga suhu uap yang dihasilkan juga meningkat. Pada menit ke-60 terjadi lagi peningkatan suhu karena di dalam ruang pemasakan sudah terjadi kejenuhan sehingga suhunya terus meningkat. Volume Uap Yang Dihasilkan. Berdasarkan data suhu rata-rata pada masing-masing kombinasi perlakuan dapat dihitung volume uap yang dihasilkan. Nilai volume uap yang dihasilkan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Volume uap yang dihasilkan Kombinasi Perlakuan Volume Uap (m 3 ) V1P1 0.081409 V2P1 0.087515 V1P2 0.115469 V2P2 0.111580 Dari Tabel 4 terlihat nilai yang terkecil volume uap yang dihasilkan pada kombinasi perlakuan V1P1. Hal ini disebabkan nilai suhu rata-rata yang dihasilkan kecil sedangkan pada V1P2 adalah nilai yang terbesar akibat suhu rata-rata total sangat tinggi yaitu 89,8 C. Nilai volume uap ini dipengaruhi oleh tekanan dan suhu rata-rata karena semakin besar tekanan dan suhu ratarata maka nilai volume uap juga akan semakin besar. Efisiensi Energi Mesin Pembangkit Uap. Energi yang diterima adalah jumlah energi yang diberikan oleh bahan bakar dan diterima oleh mesin pembangkit uap hingga menghasilkan uap. Sedangkan energi yang dihasilkan oleh mesin pembangkit uap sama dengan jumlah panas yang sampai ke ruang pengukusan. Dari keduanya dapat dihitung efisiensi energi mesin pembangkit uap yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Energi yang diterima, dihasilkan, dan efisiensi mesin pembangkit uap Kombinasi perlakuan E terima E hasil Efisiensi V1P1 90,3 15,9 17,64 Kombinasi perlakuan E terima E hasil Efisiensi V2P1 93,1 14,8 15,82 V1P2 97,0 14,9 15,34 V2P2 103,2 15,5 14,99 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa energi yang diterima mesin pembangkit uap cenderung terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan sehingga konsumsi bahan bakar juga akan meningkat yang akhirnya akan berpengaruh pada besarnya energi yang diterima. Sedangkan nilai tertinggi energi yang dihasilkan oleh mesin pembangkit uap adalah pada kombinasi perlakuan V1P1 = 15,9 x 10 6 J dan nilai terendah pada kombinasi perlakuan V2P1 = 14,8 x 10 6 J. Hal ini dipengaruhi oleh selisih antara suhu di dalam mesin uap dan suhu di dalam ruang pengukusan pada masing kombinasi perlakuan. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Mesin pemasak yang dibuat terdiri dari 3 bagian, yaitu: a) Mesin pemasak b) Pipa penghubung c) Rangkaian pipa pemasak 2. Nilai volume uap yang dihasilkan oleh mesin pembangkit uap ini secara berturut-turut adalah 0,081409 m 3, 0,087515 m 3, 0,115469 m 3 dan 0,111580 m 3 untuk kombinasi perlakuan V1P1, V2P1, V1P2, dan V2P2. 3. Energi yang diterima oleh mesin pembangkit uap berturut-turut sebesar 90,3 x 10 6 J, 93,1 x 10 6 J, 97 x 10 6 J dan 103,2 x 10 6 J untuk pengukusan pada kombinasi perlakuan V1P1, V2P1, V1P2, dan V2P2. 4. Energi yang dihasilkan mesin pembangkit uap berturut-turut sebesar 15,9 x 10 6 J, 14,8 x 10 6 J, 14,9 x 10 6 J dan 15,5 x 10 6 J untuk pengukusan 98

pada kombinasi V1P1, V2P1, V1P2, dan V2P2. 5 Efisiensi mesin pemasak yang terbaik terjadi pada perlakuan pertama dengan volume air 55 liter dan pada tekanan 1 atm (V1P1) dengan nilai sebesar 17,64 %. Sedangkan efisiensi terendah terjadi pada perlakuan keempat dengan volume air 69 liter dan tekanan 2 atm (V2P2) dengan nilai efisiensi sebesar 14,99 %. DAFTAR PUSTAKA [1] Muin, Syamsir A. 1986. Pesawat- Pesawat Konversi Energi I (Ketel Uap). Rajawali Pers. Jakarta. [2] Holman,J.P. 1997. Perpindahan Kalor. Erlangga. Jakarta. [3] Kreith. 1986. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas. Erlangga. Jakarta. 99