BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

KUESIONER PENELITIAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING SAMPAH RUMAH TANGGA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS PEMBERDAYAN MASYARAKAT MELALUI KOMBINASI BANK SAMPAH DAN TPS 3R

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

PERAN ASPEK KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KOMPREHENSIF MENUJU ZERO WASTE (Studi Kasus di Kecamatan Lamongan)

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

PROFIL & KEGIATAN LINGKUNGAN RT 29 RW 07

WASTE MANAGEMENT PROGRAM IN INDONESIA (Reduce, Reuse, Recycle Program)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN KAMPUNG MOJO

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

1

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

PERANAN IBU-IBU DALAM PENGELOLAAN KOMPREHENSIF SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN SUKOMULYO KABUPATEN LAMONGAN

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN HIBAH KEPADA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN TAHUN 2015

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA. Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PROPOSAL PENGAJUAN BANTUAN PERALATAN BANK SAMPAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI DAN KESEHATAN MASYARAKAT SERTA KELESTARIAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BUPATI POLEWALI MANDAR

Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK

KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI. Oleh : Warga RW.16 Karanganyar Brontokusuman

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

PEMERINTAH KOTA MALANG KUA PPAS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN TAHUN ANGGARAN 2015

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH KELUARGA UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN SUNGAI (STUDI KASUS RW 07 KELURAHAN CIBEUREUM, KECAMATAN CIMAHI SELATAN)

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

1. Lantai a. kuat/ utuh b. bersih c. pertemuan lantai dan dinding berbentuk konus/lengkung d. kedap air e. rata f. tidak licin

BAB V KONSEP PERANCANGAN

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA 5.1 Latar Belakang Program Setiap rumah tangga adalah produsen sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah sampah adalah tiap rumah tangga melakukan aktivitas mengurangi sampah taraf minimal, yakni volume sampah yang keluar dari persil lahan masing-masing rumah tangga. Pengurangan sampah organik di rumah tangga dapat dilakukan melalui pengomposan dengan Keranjang Takakura dan Lubang Resapan Biopori sebagai komposter. Pengurangan sampah anorganik dapat dilakukan dengan mengumpulkan sampah anorganik yang masih dapat dijual dan menjualnya secara kolektif ke lapak untuk didaur ulang (recycle). Pengurangan juga dapat dilakukan dengan menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan (reuse) dan mengurangi penggunaan kantong-kantong plastik belanja (reduce). Aksi individu dalam rumah tangga untuk mengurangi volume sampah yang keluar dari persil lahan masing-masing dibingkai dalam aksi kolektif, karena aksi individu saja tidak akan mampu mengatasi masalah sampah tanpa dukungan dari aksi kolektif. Aksi kolektif dilakukan melalui kesepakatan kolektif komunitas di tingkat lokal tentang bagaimana pengelolaan sampah di masing-masing rumah tangga. Aksi kolektif dapat muncul dari insiatif internal sebuah komunitas, namun dapat juga terjadi karena difasilitasi pihak eksternal (dari luar) komunitas yang bersangkutan. Aksi kolektif berkaitan dengan sampah tingkat lokal hingga saat ini adalah kesepakatan bahwa tiap rumah tangga membuang sampah di tempat sampah di rumahnya masing-masing, berupaya mengurangi sampah yang keluar dari persil lahannya masing-masing, mengelola sampah organik di rumahnya masing-masing dengan Keranjang Takakura dan lubang resapan Biopori sebagai media komposternya, mengumpulkan sampah anorganik yang masih dapat dijual dan menjualnya secara kolektif ke lapak, membuang sampah sisa untuk diangkut oleh

gerobak pengangkut sampah. Aksi kolektif didukung pula dengan kesepakatan kolektif bahwa pengangkutan sampah dilakukan oleh gerobak pengangkut sampah yang dikoordinir RT atau RW dan komunitas RT menyepakati pemanfaatan kompos hasil pengomposan sampah organik secara kolektif, dana hasil penjualan sampah anorganik secara kolektif, serta besar iuran sampah yang harus dibayar tiap rumah tangga. 5.2 Tujuan Program Program ini meliputi kegiatan pemilahan sampah, yaitu sampah organik diolah menjadi kompos dengan Keranjang Takakura dan Lubang Resapan Biopori sebagai media komposter, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan oleh masing-masing rumah tangga kemudian secara kolektif dijual ke lapak atau didaur ulang menjadi kerajinan tangan. Secara umum program ini ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang keluar dari masing-masing rumah tangga, namun secara khusus tujuan dari percontohan ini adalah: a) Berkurangnya sampah dari RW Percontohan yang harus dibuang ke TPS. b) Terbangunnya modal sosial warga di RW Percontohan untuk secara kolektif dan mandiri mengelola sampah dan lingkungannya. c) Terbentuknya kelembagaan di tingkat RW untuk menjamin keberlanjutan kegiatan. Berdasarkan tujuan program, maka dapat disimpulkan bahwa output dari program ini adalah terbentuknya masyarakat yang mandiri dalam mengelola sampah rumah tangga sehingga jumlah sampah yang dihasilkan berkurang, serta terbentuknya kelembagaan yang menjamin keberlanjutan program. Partisipasi warga RW 14 sebagai sasaran program merupakan indikator keberhasilan Program Komposting Rumah Tangga, sehingga perubahan perilaku peserta program dalam mengelola sampah domestik juga terwujud. 5.3 Deskripsi Program Program Komposting Rumah Tangga merupakan salah satu program pengelolaan sampah kota yang digulirkan oleh pemerintah Kota Depok dalam

rangka mereduksi sampah langsung dari sumbernya yakni rumah tangga. Program ini sebagai wujud kesepakatan kolektif komunitas di tingkat lokal yang difasilitasi oleh pemerintah kota Kota Depok melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Program Komposting Rumah Tangga menggunakan prinsip pengelolaan sampah 3R+1P (Reduce, Reuse, Recycle, dan Participation) dengan pendekatan skala rumah tangga, yaitu sampah yang dihasilkan oleh masingmasing rumah tangga dikelola terlebih dahulu di tingkat rumah tangga sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara. Program ini terdiri dari : a) Pemilahan sampah organik dan anorganik. Output dari kegiatan ini adalah warga dapat membedakan sampah organik dengan sampah anorganik dan dapat mengelola sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah organik dimanfaatkan menjadi kompos dengan Keranjang Takakura atau Lubang Resapan Biopori sebagai media komposter, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan dalam wadah yang tersedia (keranjang belanja) untuk kemudian dikumpulkan lalu dijual secara kolektif ke lapak. b) Pengomposan dengan Keranjang Takakura dan Lubang Resapan Biopori Takakura merupakan salah satu metode pengomposan yang dicetuskan oleh peneliti dari Jepang, yakni Koji Takakura, sedangkan Biopori dicetuskan oleh peneliti dari IPB yakni Bapak Kamir R. Brata, dimana selain berfungsi sebagai resapan air, lubang resapan Biopori juga dapat dijadikan sebagai media pembuat kompos. Output dari kegiatan ini adalah warga dapat membuat kompos dengan kedua metode tersebut dan memanfaatkannya untuk tanaman hias di rumah. c) Daur ulang sampah anorganik, merupakan salah satu upaya mengurangi jumlah sampah anorganik, seperti kemasan botol atau plastik. Output dari kegiatan ini adalah kerajinan tangan berbahan dasar sampah anorganik yang memiliki nilai jual. 5.3.1 Lokasi, Waktu, dan Sasaran Program Program Komposting Rumah Tangga merupakan program Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang dilaksanakan di

Perumahan Griya Pancoran Mas Indah RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Lokasi percontohan ini yaitu RW 14 terdiri dari tujuh RT. Program Komposting Rumah Tangga mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2008 dan masih berlangsung hingga saat ini. Sasaran utama program ini adalah seluruh warga RW 14 yang bermukim di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah RW 14 5.3.2 Stakeholders Program Komposting Rumah Tangga melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang bertanggungjawab terhadap setiap tahapan atau mekanisme kegiatan percontohan di RW 14. Adapun pihak yang terkait dengan program ini antara lain: a) Dinas Kebersihan dan Pertamanan, memiliki kepentingan sebagai pemilik atau penggagas Program Komposting Rumah Tangga yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan bertanggungjawab penuh terhadap seluruh rangkaian kegiatan percontohan mulai dari tahapan perencanaan hingga evaluasi program. b) Kelompok Kerja (Pokja) RW Hijau, terbentuk pada Sabtu, 26 April 2008 saat pertemuan forum RT di di Masjid Al Kautsar, Perumahan Griya Pancoran Mas Indah. Kelembagaan ini berkepentingan untuk menangani segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program sekaligus penjamin keberlanjutan program. Pokja RW Hijau (Kelompok Kerja RW Hijau) diketuai oleh Bapak Maman (Ketua RT 05), Bapak Yaya Suryadarma (Ketua RT 04) sebagai Sekretaris Pokja, dan Ketua RT 01, 02, 03, 06, 07 serta PKK RW sebagai anggotanya. Pembentukan Pokja RW Hijau berlandaskan pada Surat Keputusan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pilot Project Program Komposting Rumah Tangga Nomor 001/KJL- PPKRT/V/2008. c) Kader Lingkungan, dibentuk oleh Pokja RW Hijau yang memiliki kepentingan sebagai tim pemantauan pelaksanaan pengelolaan sampah di setiap rumah tangga yang diprakarsai oleh ibu-ibu PKK RT sejumlah

empat orang yang mewakili masing-masing RT. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan beberapa kader yang dirangkum dalam catatan harian, tugas dan kewajiban kader lingkungan antara lain, mengumpulkan sampah anorganik secara rutin (setiap minggu) dari masing-masing rumah tangga, memantau pengomposan Takakura (sebulan sekali), memilah sampah (sesuai jenisnya) yang telah dikumpulkan di pos sampah, penyambung lidah RW yakni menyampaikan informasi dari RW ataupun RT kepada warga, serta menyadarkan warga untuk menjaga kebersihan. d) Warga RW 14, Perumahan Griya Pancoran Mas Indah berkepentingan sebagai sasaran program. 5.4 Tahapan Program 5.4.1 Sosialisasi dan Penyepakatan di Tingkat RW/RT Sosialisasi program terjadi di tingkat RW dan RT. Tujuan sosialisasi adalah agar komunitas RW dan RT memahami latar belakang program, tujuan, dan tahapan kegiatan yang tercantum dalam program, selain itu diharapkan peserta sosialisasi menyepakati secara bersama-sama untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam Program Komposting Rumah Tangga. Input atau masukan dalam sosialisasi program di tingkat RW dan RT antara lain pengurus RW/RT, pengurus PKK RW/RT, serta tokoh masyarakat. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi program adalah pedoman percontohan dan draft berita acara kesepakatan. Mekanisme sosialisasi program yaitu persiapan dan pelaksanaan sosialisasi yang meliputi: a) Perkenalan tim sosialisasi yang terdiri dari unit pelaksana tugas kebersihan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Bapak Kamir Raziudin Brata (peneliti dari IPB) selaku penemu Biopori, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Depok, dan Ibu Winarsih (pemenang penghargaan dari Green Peace) b) Pemaparan garis besar materi sosialisasi tentang kebijakan pengolahan sampah kota, peran ibu rumah tangga untuk mengubah sampah menjadi sumberdaya yang berkah, pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk

yang inovatif, dan manfaat lubang resapan Biopori untuk melestarikan lingkungan hidup. c) Fasilitasi kesepakatan peserta sosialisasi untuk melakukan kegiatan percontohan. Peserta sosialisasi adalah 310 rumah tangga yang bermukim di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah RW 14. Kegiatan percontohan yang disosialisasikan meliputi pengomposan dengan Keranjang Takakura dan lubang resapan Biopori sebagai media komposter, pemilahan sampah organik dengan anorganik, serta daur ulang sampah anorganik menjadi kerajinan yang memiliki nilai tambah. Output sosialisasi program melalui kegiatan pelatihan ini antara lain, kesepakatan warga untuk melaksanakan percontohan, serta pengurus Pokja RW Hijau beserta para kader lingkungan memahami dan memiliki ketrampilan mengelola sampah skala rumah tangga berbasis komunitas RT ataupun RW. Hasil pelatihan berupa tata cara komposting kemudian disosialisasikan oleh Pokja RW Hijau beserta kader lingkungan disetiap pertemuan rapat atau arisan pada masingmasing RT. Fasilitas perlengkapan pengelolaan sampah didistribusikan langsung ke setiap rumah tangga di masing-masing RT, sehingga masing rumah tangga dapat memanfaatkannya dengan baik. 5.4.2 Pelatihan Tim Kerja RW Hijau Tujuan pelatihan ini adalah agar tim kerja RW Hijau yang terdiri dari kelompok kerja dan kader lingkungan memahami sistem pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, selain itu tim kerja juga memiliki ketrampilan mengelola sampah organik dan sampah anorganik pada skala rumah tangga. Pelatihan ini juga bertujuan agar tim kerja RW Hijau memiliki kemampuan mendampingi warga untuk mengelola sampah skala rumah tangga. Input pelatihan ini adalah peserta pelatihan yakni tim kerja RW Hijau yang terdiri dari Pokja RW Hijau dan para kader lingkungan. Materi yang disampaikan dalam pelatihan tim kerja RW Hijau ini antara lain mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan sampah Kota Depok, sistem pengelolaan sampah skala rumah tangga berbasis komunitas RW dan RT,

termasuk pengenalan jenis sampah, teknologi pengolahan sampah organik meliputi Keranjang Takakura dan Biopori, serta materi mengenai pengorganisasian di tingkat RW dan RT. Mekanisme pelatihan adalah persiapan, kemudian pelaksanaan yang terdiri dari pembukaan, pemaparan materi yang dilanjutkan dengan diskusi kemudian diakhiri dengan praktek pengelolaan sampah. Output dari pelatihan ini adalah tim kerja RW Hijau paham dan trampil mengelola sampah skala rumah tangga berbasis komunitas RW dan RT. 5.4.3 Fasilitasi Perlengkapan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Tujuan fasilitasi ini adalah tersedianya fasilitas pengelolaan sampah organik rumah tangga yakni Keranjang Takakura beserta perlengkapannya dan alat bor untuk membuat lubang resapan Biopori, selain itu tersedianya fasilitas pengumpulan sampah anorganik untuk dijual ke lapak. Fasilitas yang telah diberikan juga dapat termanfaatkan dengan baik. Input dalam program ini adalah fasilitas atau perlengkapan pengelolaan sampah rumah tangga dan panduan penggunaan perlengkapan. Perlengkapan untuk mengelola sampah rumah tangga terdiri dari Keranjang Takakura dan perlengkapannya, alat bor untuk membuat lubang resapan Biopori, serta keranjang belanja sebagai wadah pengumpulan sampah anorganik. Mekanisme fasilitasi perlengkapan dimulai dengan persiapan pengadaan fasilitas atau peralatan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan setempat, kemudian dilanjutkan dengan pendistribusian dan penandatanganan berita acara serah terima dari dinas kepada pengurus RW 14. Output dari tahap fasilitasi ini adalah setiap warga memiliki dan menggunakan fasilitas atau perlengkapan untuk pengelolaan sampah rumah tangga, selain itu adanya laporan pelaksanaan fasilitasi perlengkapan untuk mengetahui apakah perlengkapan tersebut didistribusikan secara merata. 5.4.4 Aksi Informasi Pokja RW Hijau dan para kader lingkungan juga melakukan kegiatan aksi informasi yang bertujuan agar komunitas RT dan RW memperoleh informasi rutin

tentang pelaksanaan kegiatan, selain itu aksi informasi juga dapat meningkatkan pemahaman warga tentang kegiatan percontohan. Input dalam aksi informasi ini berupa data dan informasi tentang kegiatan percontohan sekaligus tenaga pengelolanya, yakni Pokja RW Hijau dan para kader lingkungan. Mekanisme kegiatan aksi informasi ada tiga, yaitu: a) Penyiapan materi, dimana materi yang disiapkan disesuaikan dengan materi yang telah disampaikan dalam sosialisasi program. Materi yang dicantumkan dalam buletin meliputi tata cara pemilahan sampah rumah tangga, pengomposan dengan Keranjang Takakura, tata cara pembuatan dan pemanfaatan lubang resapan biopori, informasi mengenai proses pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir, hingga daftar harga jual beragam jenis sampah anorganik yang dapat dijual ke lapak. b) Pembuatan buletin oleh Pokja RW Hijau dibantu Ketua RW setempat. Buletin yang memuat materi-materi yang telah disebutkan sebelumnya dimana buletin ini diterbitkan setiap dua minggu sekali. c) Pendistribusian. Buletin yang telah siap untuk didistribusikan diberikan oleh Pokja atau RW setempat kepada kader lingkungan untuk diedarkan ke setiap rumah tangga di RW 14. Output kegiatan aksi informasi ini adalah buletin dwi mingguan dan laporan pelaksanaan aksi informasi dari para kader lingkungan. Aksi informasi kepada warga juga dilakukan dengan menyebarkan dan menempelkan poster di lokasi yang strategis sehingga mudah dibaca oleh warga. Buletin dan poster terlampir di Lampiran 11. 5.4.5 Monitoring Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan program percontohan. Tujuan monitoring adalah untuk memastikan bahwa kesepakatan di tingkat RT dan RW berlangsung secara optimal, selain itu dapat memperbaiki proses jika ada hal yang menyimpang dari kesepakatan atau untuk membangun kesepakatan baru. Input tahapan ini adalah panduan monitoring dan

tenaga tim monitoring yang disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Mekanisme monitoring meliputi persiapan dan pelaksanaan monitoring. Output dari tahapan ini adalah terlaksananya kegiatan monitoring dan adanya laporan pelaksanaan monitoring. Namun, hasil temuan di lapang menunjukkan bahwa belum ada tenaga tim monitoring yang disediakan oleh DKP Depok untuk memantau sejauhmana pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga di RW 14, sehingga laporan mengenai pelaksanaan program yag merupakan output program belum dapat direalisasikan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di Bab VII mengenai evaluasi program dengan tahapan program sebagai fokus evaluasi. 5.4.6 Evaluasi Tahapan evaluasi dalam program ini bertujuan untuk menilai kesesuaian antara rencana dan pencapaian secara partisipatif, selain itu juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program, dan merumuskan rekomendasi pelaksanaan program sejenis selanjutnya. Input evaluasi adalah data dan informasi pelaksanaan kegiatan serta tim evaluasi. Mekanisme evaluasi diawali dengan persiapan evaluasi, pelaksanaan evaluasi partisipastif, dan penyusunan laporan evaluasi. Output evaluasi berupa terlaksananya kegiatan evaluasi dan laporan hasil evaluasi. Sama halnya dengan tahapan monitoring, hasil temuan di lapang menunjukkan bahwa belum ada tim evaluasi dari DKP Depok yang datang ke lokasi untuk mengevaluasi kegiatan secara partisipatif., sehingga laporan hasil evaluasi juga belum dapat direalisasikan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di Bab VII mengenai evaluasi program dengan tahapan program sebagai fokus evaluasi. 5.5 Ikhtisar Program Komposting Rumah Tangga dilatarbelakangi oleh peran rumah tangga sebagai produsen sampah utama sehingga untuk mengatasi masalah sampah hal yang paling efektif dilakukan adalah mengurangi volume sampah dari masing-masing rumah tangga. Pengomposan dengan menggunakan Keranjang Takakura dan Lubang Resapan Biopori dapat meminimalisir sampah organik yang

dihasilkan oleh rumah tangga, sedangkan sampah anorganik dapat diminamalisir dengan cara reduce, reuse, dan recycle. Tujuan Program Komposting Rumah Tangga adalah untuk mengurangi volume sampah yang keluar dari masing-masing rumah tangga. Output program secara keseluruhan adalah terbentuknya masyarakat yang mandiri dalam mengelola sampah rumah tangga dan kelembagaan yang menjamin keberlanjutan program. Indikator keberhasilan Program Komposting Rumah Tangga adalah tingkat partisipasi peserta program dan perubahan perilaku peserta dalam mengelola sampah domestik. Program Komposting Rumah Tangga yang terdiri dari pemilahan sampah organik dengan sampah anorganik, pengomposan dengan Keranjang Takakura dan Lubang Resapan Biopori sebagai media komposter, dan daur ulang sampah anorganik, dilaksanakan mulai bulan Juni 2008 dan masih berjalan hingga saat ini di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah, RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Stakeholders yang terlibat dalam implementasi Program Komposting Rumah Tangga adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kelompok Kerja RW Hijau, Kader Lingkungan, dan warga RW 14 sebagai sasaran program. Implementasi Program Komposting Rumah Tangga meliputi tahapan sosialisasi dan penyepakatan di tingkat RW dan RT, pelatihan tim kerja RW Hijau, fasilitasi perlengkapan pengelolaan sampah rumah tangga, aksi informasi, monitoring dan evaluasi. Hingga saat ini implementasi Program Komposting Rumah Tangga masih sampai pada tahap pelaksanaan saja, belum sampai pada tahapan monitoring dan evaluasi program yang seharusnya dilakukuan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku penanggungjawab program.