BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan demikian pendidikan dapat mempengaruhi karakter masyarakat. Perkembangan pendidikan sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Untuk itu pemerintah Indonesia selalu berusaha menyempurnakan proses pendidikan yang dampaknya selalu ada perubahan kurikulum pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang menghasilkan standar nasional pendidikan dan berorientasi pada kecakapan hidup (life skill) serta pendidikan akademik, KBK menekankan pada pengembangan kemampuan menyelesaikan tugas-tugas sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri: (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, (2) berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) sumber belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur pendidikan, (5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan pencapaian kompetensi (Depdiknas 2002). 1

2 KTSP sudah diimplementasikan sejak tahun 2006, meskipun demikian masih banyak guru belum menerapkan proses pembelajaran berdasarkan KTSP. Belum bisa diterapkannya pembelajaran berdasar KTSP disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena masih ada sebagian guru yang beranggapan dengan pembelajaran Teacher-centered Learning (TCL) lebih praktis dan tidak menyita banyak waktu. Guru menyajikan materi secara teoritis dan abstrak, sementara siswa hanya pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam pembelajaran Teacher-centered Learning siswa menjadi merasa kurang terlayani akibatnya siswa menjadi kurang kreatif, partisipasi rendah, kerja sama dengan teman kurang optimal, dan cenderung merasa bosan karena kegiatan yang monoton, kegiatan pembelajaran menjadi tidak efisien yang pada akhirnya akan berakibat pada prestasi belajar yang rendah. Pemerintah memandang bahwa peranan pendidikan dalam menentukan kemajuan bangsa dan negara sangatlah penting. Sejalan dengan pemikiran ini pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pemerintah dalam memperhatikan mutu pendidikan diwujudkan dengan memasukan pendidikan sebagai bagian dari program pembangunan nasional yang dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 pasal 3 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengambangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

3 Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 pasal 3 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pembimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang. Jadi, pendidikan merupakan usaha sadar dalam mempersiapkan siswa meghadapi masa depan. Sekolah merupakan tempat pendidikan yang bertugas membawa masyarakat (siswa) kearah peradaban lebih baik dan maju. Keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Dalam pembelajaran, siswalah sebagai penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Siswa harus merupakan subjek pembelajaran. Mengajar adalah segala tindakan yang dilakukan oleh guru untuk mengarahkan siswa agar terjadi proses belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Peranan guru adalah sebagai fasilitator bukan sebagai penentu proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi saling dukung antara siswa, guru dan lingkungan belajar sehingga dapat dicapai tujuan pembelajaran yaitu siswa memiliki pengetahuan, pemahaman, dan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari dua hal yaitu proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri (Ismail, 2008). Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara utuh. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Konsekuensinya guru harus selalu siap untuk meningkatkan peran dan kompetensinya.

4 Dalam penelitian ini diterapkan metode inkuiri yaitu metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas termodifikasi. Metode inkuiri mempunyai keunggulan yaitu bisa membangkitkan siswa menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Untuk menerapkan metode inkuiri diperlukan adanya kreativitas dan sikap ilmiah dari siswa. Dalam penelitian ini diteliti prestasi belajar siswa pada kompetensi laju reaksi. Prestasi belajar pada materi laju reaksi kelas XI semester 3 SMA Negeri 1 Purworejo tahun ajaran 2011/2012 kurang memuaskan karena masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Batas ketuntasan minimal mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Purworejo adalah 75. Data hasil ulangan harian materi laju reaksi disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hasil Ulangan Harian Laju Reaksi kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas Persentase siswa yang mendapat nilai 75 XI IPA 1 56,0 XI IPA 2 62,5 XI IPA 3 53,0 XI IPA 4 50,0 XI IPA 5 59,4 XI IPA 6 47,0 XI IPA 7 65,6 Tabel 1.1. menunjukan bahwa ketercapaian prestasi belajar siswa pada materi laju reaksi belum optimal. Belum optimalnya prestasi belajar yang dicapai menunjukan kalau pembelajaran kimia khususnya materi laju reaksi belum berhasil. Prestasi belajar kimia (khususnya laju reaksi) di SMA Negeri 1 Purworejo yang cenderung belum commit memuaskan to user kemungkinan dipengaruhi oleh

5 berbagai faktor berikut: (1) metode pembelajaran yang dipakai guru tidak tepat, apapun materinya selalu menggunakan metode diskusi informasi atau bahkan ceramah; (2) kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran dan laboratorium sehingga karakteristik materi kimia yang abstrak tidak dapat dipahami siswa dengan optimal; (3) guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa; (4) siswa kurang diikutsertakan partisipasinya dalam proses pembelajaran; (5) kreativitas siswa masih belum mendapat perhatian dari guru; (6) guru masih belum mendukung sikap kritis dan keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang sifatnya baru; (7) dalam penilaian, guru hanya memperhatikan ranah kognitif saja dan mengabaikan ranah afektif dan psikomotor. Kimia adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi tersebut. Banyak sekali hubungan atau aplikasi ilmu kimia dengan bidang lain seperti fisika, biologi dan teknik. Ilmu kimia dikembangkan berdasarkan penyelesaian masalah untuk mencari jawaban dari pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam terjadi. Kegagalan siswa dalam menguasai ilmu kimia khususnya materi laju reaksi ada kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan yang dibangun siswa hanya berasal dari guru yang ditransfer langsung ke siswa tanpa melibatkan kreatifvitas siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gelala atau peristiwaperistiwa itu terjadi. Dalam proses pembelajaran sehari-hari sebagian siswa menganggap bahwa materi laju reaksi adalah materi yang sulit dan membosankan karena merupakan

6 perpaduan antara hitungan dan hafalan. Anggapan materi sulit dan membosankan muncul karena guru dalam menyampaikan materi laju reaksi hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan sedikit contoh soal hitungan kemudian dilanjutkan dengan latihan soal, akibatnya siswa banyak menghafal ciri-ciri tanpa melakukan atau melihat langsung apa yang sebenarnya terjadi, padahal materi laju reaksi merupakan materi yang bisa diamati atau dipraktikkan oleh siswa sendiri. Pembelajaran dengan metode yang kurang tepat terjadi karena guru kurang atau bahkan tidak memahami karakteristik masing-masing materi. Dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi maka siswa menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajari kimia. Dalam proses pembelajaran guru juga cenderung melupakan faktor internal siswa, seperti intelegensi, kreativitas, sikap ilmiah, motivasi diri, kemampuan berpikir dan bekal pengetahuan yang sudah di dapat sebelumnya. Akibatnya guru memperlakukan semua siswa dengan perlakuan yang sama sehingga menyebabkan ada sebagian siswa yang merasa terabaikan dan kurang terlayani kebutuhannya. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia misalnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, proyek, inkuiri, eksperimen dan demonstrasi. Namun guru hanya menggunakan metode ceramah dan sekali waktu diselingi dengan tanya jawab tanpa memandang atau memperhatikan karakteristik masing-masing materi. Sebagai akibat dari penerapan metode yang tidak sesuai siswa merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran, karena siswa merasa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

7 Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi laju reaksi. Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Hamruni, 2009). Inkuiri juga diartikan sebagai proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara skematis. (Adisusilo, 2011). Jadi pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi merupakan hasil dari proses menemukan sendiri. Bagi siswa yang belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan metode inkuiri, diperlukan bimbingan dari guru. Pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kompentensi belajar siswa. Dalam proses penilaian prestasi belajar siswa sebagian guru hanya memprioritaskan aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek-aspek afektif dan psikomotor. Akibat dari sistem penilaian yang tidak berimbang antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor adalah aspek afektif dan psikomotor siswa kurang bisa berkembang secara optimal. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran sebagian besar guru menggunakan metode yang kurang melibatkan peran aktif siswa misalnya ceramah, siswa masih dianggap sebagai objek bukan subjek pembelajaran.

8 2. Ada banyak metode pembelajaran seperti ceramah, diskusi, inkuiri, demonstrasi dan ekperimen, tetapi guru belum mau atau bahkan belum mampu menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik masing-masing materi, akibatnya dalam proses pembelajaran guru cenderung monoton sehingga membuat siswa kurang aktif, merasa kurang terlayani dan merasa bosan. 3. Dalam pembelajaran guru belum memperhatikan karakteristik masing-masing siswa baik internal maupun eksternal seperti suka bekerja sama, cenderung aktif dan siswa senang terhadap hal-hal yang kongkrit dan teramati. 4. Guru belum memperhatikan keadaan awal siswa secara optimal seperti motivasi belajar, kreativitas, sikap ilmiah, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir dan intelegensi. 5. Dalam proses pembelajaran guru belum memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara optimal, akibatnya proses pembelajarannya monoton. 6. Prestasi belajar kimia siswa sebagian besar masih dibawah KKM. 7. Guru dalam melakukan penilaian hanya memperhatikan aspek kognitif saja. Guru belum memperhatikan aspek afektif dan aspek psikomotor secara optimal. 8. Materi yang diajarkan di kelas XI semester 3 adalah struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia; termokimia; laju reaksi; kesetimbangan kimia. Kesemuanya mempunyai karakteristik berbeda, namun demikian dalam proses pembelajaran guru belum memperhatikan adanya keanekaragaman karakteristik masing-masing materi pembelajaran.

9 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, keterbatasan waktu, kemampuan peneliti, sarana dan prasarana yang ada serta agar penelitian lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri yaitu metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi. 2. Kreativitas siswa yang dibatasi tinggi dan rendah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar yang dicapai diambil dari hasil angket. 3. Sikap ilmiah siswa yang dibatasi tinggi dan rendah dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar yang dicapai diambil dari hasil angket. 4. Materi pembelajaran yang diteliti adalah pokok bahasan laju reaksi yang sesuai dengan silabus kimia, merupakan salah satu pokok bahasan di SMA kelas XI IPA semester 3. 5. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. D. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar? 2. Apakah ada pengaruh kreativitas yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar?

10 3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar? 4. Apakah ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas termodifikasi, dengan kreativitas terhadap prestasi belajar? 5. Apakah ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar? 6. Apakah ada interaksi antara kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar? 7. Apakah ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas termodifikasi, kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar. 2. Pengaruh kreativitas yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar. 3. Pengaruh sikap ilmiah yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar. 4. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas termodifikasi, dengan kreativitas terhadap prestasi belajar. 5. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. 6. Interaksi antara kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar. 7. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas termodifikasi, kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar.

11 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah teori mengenai metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi. b. Hasil penelitian ini dapat membuka wawasan para akademisi dalam mengembangkan metode-metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pendidikan. c. Menambah wawasan tentang pengaruh variabel kreativitas dan sikap ilmiah sebagai pendukung pencapaian hasil belajar khususnya bidang kimia. d. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dari konsep-konsep yang ada dalam laju reaksi. 2. Manfaat Praktis a. Memberi wawasan dan motivasi para guru dan praktisi pendidikan dalam menggunakan metode yang tepat. b. Sebagai bahan acuan bagi para guru dan praktisi pendidikan dalam mendesain metode pembelajaran yang berorientasi pada guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. c. Meningkatkan kreativitas, keterampilan menggunakan alat dan prestasi belajar siswa.