PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ROHMAH

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari

PENGARUH PEMBERIAN BUAH PISANG EMAS TERHADAP PENURUNAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DUSUN PUNDUNG NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

PERBEDAAN PENGARUH SENAM LANSIA DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEHAT NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN NGANTANG ABSTRAK

DAPAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH SISTOLE DAN DIASTOLE PADA PENDERITA HIPERTENSI USIA TAHUN DI DESA TURI KEC. TURI LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh : PAMUNGKAS CAHYA KUNCARA 201210201053 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL EFFECT OF AVOCADO LEAVES DECOCTION TOWARD BLOOD PRESSURE OF HYPERTENSIVE PATIENTS IN BANGUNTAPAN BANTUL Pamungkas Cahya Kuncara, Ruhyana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: pamungkascahya@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment design with two groups dengan intervensi pemberian rebusan daun alpukat sebanyak 250cc selama 7 hari berturut-turut. Penelitian melibatkan 23 responden yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data pretest-posttest tekanan darah dari kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis dengan teknik Independent T-Test dan Paired T-Test. Hasil penelitian menyimpulkan adanya pengaruh signifikan dari pemberian rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi di Banguntapan Bantul (p<0,05). Kata Kunci Kepustakaan Halaman : hipertensi, tekanan darah, daun alpukat : 5 buku, 2 jurnal : 8 halaman Abstract : This research aim is to studied the effect of avocado leaves decoction toward blood pressure of hypertensive patients in Banguntapan Bantul. The study was quasi experiment design with two groups design with intervention of 250 cc avocado leaves decoction for 7 consecutive days. This study included 23 respondents taken by consecutive sampling. Pretest-posttest data of blood pressure was analyzed using Independent T-Test dan Paired T-Test. Research conclude that there was a significant effect of avocado leaves decoction toward blood pressure of hypertensive patients in Banguntapan Bantul (p<0,05). Keywords Bibilography Number of pages : hypertension, blood pressure, avocado leaves : 5 books, 2 journals : 8 pages

LATAR BELAKANG Hasil Riskesdas Indonesia pada tahun 2013 menempatkan hipertensi sebagai peringkat ketiga penyebab kematian semua umur dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. DIY termasuk satu dari lima besar provinsi dengan kasus hipertensi tertinggi dengan persentase kasus pada penduduk berusia 18 tahun di atas rata-rata nasional sebesar 25,7% (Kemenkes RI, 2013). Kasus hipertensi tertinggi di DIY ada di Kabupaten Bantul di mana hipertensi menempati peringkat kedua di seluruh Puskesmas di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 dengan jumlah kasus hipertensi 26.117 kasus. Data tersebut belum termasuk penyakit kardiovaskular lain yang menjadi faktor resiko dari hipertensi seperti jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, stroke dan kerusakan pembuluh darah otak (Dinkes Bantul, 2012). Dusun Donoloyo di Kecamatan Banguntapan memiliki pervalensi hipertensi yang tinggi. Penderita hipertensi pada usia 25-50 tahun di Dusun Donoloyo adalah sebanyak 77 orang. Saat ini berbagai metode pengobatan untuk hipertensi telah dikembangkan. Pengobatan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan secara farmakologi dan non-farmakologi. Teknik farmakologi dilakukan dengan obat anti-hipertensi seperti diuretik, beta blocker, vasodilator, inhibitor saraf simpatik, alpha blocker. Pengobatan nonfarmakologi dilakukan dengan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, penurunan berat badan, penurunan diet garam dan penggunaan obat tradisional (World, 2008 dalam Rohmah 2012). Penggunaan obat tradisional untuk hipertensi dewasa ini semakin banyak diminati sebagai terapi non-farmakologi untuk mendampingi diet hipertensi (DASH). Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah rebusan daun alpukat. Daun alpukat mengandung zat flavonoid yang bersifat diuretik dan salah satu cara kerjanya yaitu dengan mengeluarkan sejumlah cairan, elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan menurun (Utami dalam Faridah 2014). 1

Keamanan terapi herbal air rebusan daun alpukat telah diuji oleh balai obat tradisional (BATTRA) DKI Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya pada tahun 2013. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terapi air rebusan daun alpukat dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi pada pasien tanpa alergi lateks (Santoso dan Suharjo, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Dusun Donoloyo Tamanan Banguntapan Bantul, dari 20 pasien yang diwawancarai, sebanyak 18 pasien mengeluhkan kesulitan dalam mengontrol tekanan darah dan memenuhi program diet. Alasannya adalah karena banyaknya makanan dengan kadar garam dan gula tinggi di luar rumah dan kesehariannya mereka lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Melihat kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pasien hipertensi di Dusun Donoloyo membutuhkan intervensi tambahan untuk mendampingi program diet seperti rebusan daun alpukat. Terlebih lagi di wilayah tersebut pohon alpukat mudah dijumpai di pekarangan warga sehingga daun alpukat merupakan bahan terapi yang murah dan penyajiannya mudah. Daun alpukat juga dapat dipanen sepanjang tahun. Atas dasar tersebut maka peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Banguntapan Bantul. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Diketahuinya pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tekanan darah responden sebelum dan setelah diberikan rebusan daun alpukat pada kelompok eksperimen pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. b. Diketahuinya tekanan darah responden sebelum dan setelah diberikan rebusan daun alpukat pada kelompok kontrol pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. 2

c. Diketahuinya perbedaan tekanan darah responden sebelum diberikan rebusan daun alpukat pada kelompok kontrol dan eksperimen pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. d. Diketahuinya perbedaan tekanan darah responden setelah diberikan rebusan daun alpukat pada kelompok kontrol dan eksperimen pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. KERANGKA KONSEP Hipertensi pada laki- laki berusia 25-50 tahun yang memiliki tekanan darah > 140/90 mmhg Keterangan : Pengobatan non farmakologi - Daun alpukat - Diet Hipertensi - Menurunkan berat badan - Berhenti merokok - Tidak mengkonsumsi alkohol - Olahraga teratur Pengobatan farmakologi Faktor resiko yang dapat dikontrol - Obesitas - Konsumsi garam berlebih - Kurang olahraga - Merokok dan konsumsi alkohol - Kondisi psikologis - Makanan dan minuman - Aktivitas fisik - Waktu tidur Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol - Umur - Jenis kelamin - Keturunan Kandungan Flavonoid Saponin Alkaloid : Diteliti : Tidak diteliti 1. Mempengaruhi kerja ACE 2. Menyebabkan vasodilatasi 3. Menurunkan resistensi perifer 4. Menurunkan retensi air dan garam, sekresi aldosteron dan ADH 5. Tekanan darah menurun 1. Khasiat diuretik, menurunkan volume plasma 2. Cradiac output menurun 3. Tekanan darah menurun 1. Bekerja sebagai beta blocker 2. Memberikan efek inotropik 3. Curah jantng dan frekuensi denyut jantung menurun 4. Tekanan darah menurun Gambar 1. Kerangka Konsep 3

Hipertensi adalah penyakit degeneratif yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah >140/90 mmhg. Penelitian ini menggunakan responden laki- laki berusia 25 sampai 50 tahun. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang dapat dikontrol yaitu obesitas dan konsumsi. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu umur, jenis kelamin dan keturunan. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengobatan farmakologi dan pengobatan non farmakologi. Pengobatan non farmakologi dilakukan dengan cara diet hipertensi (DASH), mengurangi berat badan, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, melakukan olahraga secara teratur dan pengobatan dengan obat-obatan tradisional. Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan adalah daun alpukat. Daun alpukat dapat menurunkan tekanan darah pada responden penelitian karena dalam daun alpukat mengandung zat flavonoid, saponin dan alkaloid. Zat flavonoid mempengaruhi kerja dari Angiotensin Converting Enzym (ACE) yang menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi perifer menurun dan dapat menurunkan tekanan darah. Efek lain flavonoid adalah menurunkan retensi air dan garam oleh ginjal, sekresi aldosteron dan anti diuretic Hormone (ADH) oleh kelenjar hipopituitari. Sekresi aldosteron yang menurun berefek terhadap penurunan retensi air dan garam oleh ginjal, sedangkan penurunan sekresi ADH menyebabkan penurunan absorbsi air. Penurunan retensi air menyebabkan volume darah menurun, sehingga tekanan darah menurun. Saponin memiliki khasiat diuretik yang dapat menurunkan volume plasma sehingga cardiac output menurun dan menurunkan tekanan darah. Sementara itu alkaloid merupakan beta blocker yang memiliki efek inotropik dan konotropik negatif terhadap jantung sehingga curah jantung dan frekuensi denyut jantung berkurang yang menyebabkan tekanan darah menurun. HIPOTESIS Ada penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang diberikan rebusan daun alpukat di Dusun Donoloyo Tamanan Banguntapan Bantul. 4

HASIL PENELITIAN Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic saat pretest dan posttest dari kedua kelompok perlakuan mendapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Tekanan Darah Sistolik Responden Rata-rata Tekanan Darah (mmhg) Kelompok Sistolik Diastolik Pretest Posttest Pretest Posstest Eksperimen 138,58 132,50 96,50 91,00 Kontrol 137,82 143,54 91,91 95,45 Pada tabel 1 terlihat bahwa saat pretest, rata-rata tekanan darah sistolik kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Akan tetapi saat posttest, rata-rata tekanan darah sistolik kelompok eksperimen justru lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol karena tekanan darah sistolik kelompok eksperimen justru menurun dan sebaliknya tekanan darah sistolik kelompok kontrol justru meningkat dari saat pretest ke posttest. Pada saat pretest, rata-rata tekanan darah diastolik kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Akan tetapi saat posttest, ratarata tekanan darah diastolik kelompok eksperimen justru lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol karena tekanan darah diastolik kelompok eksperimen justru menurun dan sebaliknya tekanan darah diastolik kelompok kontrol justru meningkat dari saat pretest ke posttest. Selanjutnya data pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol dibandingkan melalui pengujian Independent T-Test. Hasil pengujian Independent T-Test selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Pengujian Independent T-Test Data Selisih Rata-rata Signifikansi (mmhg) (p) Keterangan Pretest Sistolik 0,765 0,829 Tidak ada beda Diastolik 4,591 0,103 Tidak ada beda Posttest Sistolik -11,045 0,019 Ada beda Diastolik -4,454 0,001 Ada beda Hasil pengujian pada tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara data pretest sistolik maupun diastolik antara kelompok kontrol dengan eksperimen ( ). Sementara itu diketahui ada 5

perbedaan yang signifikan antara data posttest sistolik dan diastolik antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol ( ). Setelah diketahui perbandingan data pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol. Tahap terakhir adalah membandingkan data pretest dan posttest pada masing-masing kelompok. Tabel 3 Hasil Pengujian Paired T-Test Data Selisih Rata-rata Signifikansi (mmhg) (p) Keterangan Eksperimen Sistolik 6,083 0,000 Ada beda Diastolik 5,500 0,001 Ada beda Kontrol Sistolik -5,727 0,042 Ada beda Diastolik -3,545 0,001 Ada beda Hasil pengujian pada tabel 3 menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan pemberian terapi air rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik responden pada kelompok eksperimen ( ). Tekanan darah sistolik responden kelompok eksperimen ratarata turun 6,667 mmhgdan tekanan darah diastoliknya rata-rata turun 5,5mmHg. Pada kelompok kontrol, diketahui adanya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dari saat pretest ke posttest yang menandakan kegagalan diet atau kontrol hipertensi responden. Tekanan darah sistolik responden kelompok kontrol rata-rata naik 5,727 mmhg dan tekanan darah diastoliknya rata-rata naik 3,545 mmhg. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok eksperimen karena pemberian terapi air rebusan daun alpukat pada penelitian ini berada di bawah rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik Faridah (2014) dengan teknik intervensi yang sama. Rata-rata penurunan tekanan darah pada penelitian Faridah (2014) untuk sistolik dan diastolik masingmasing adalah sebesar 20mmHg. Efektivitas yang lebih rendah ini disebabkan karena adanya peranan faktor pola konsumsi yang tidak dikendalikan, gaya hidup dan jenis hipertensi. Pada penelitian ini rata-rata tekanan darah sistolik kelompok eksperimen (138,58mmHg) dan kelompok kontrol (132,50 mmhg) menunjukkan bahwa rata-rata responden tekanan darah sistoliknya berada pada rentang pre-hipertensi. Sementara itu rata-rata tekanan darah diastolik 6

kelompok eksperimen (96,50 mmhg) dan kelompok kontrol (91,91 mmhg) menunjukkan bahwa rata-rata responden tekanan darah diastoliknya berada pada rentang hipertensi stadium 1. Nilai ratarata kategori tekanan darah diastolik yang lebih tinggi dari rata-rata kategori tekanan darah sistolik tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden mengalami hipertensi diastolik. Dalam pengobatannya, hipertensi diastolik lebih sulit diturunkan dibandingkan hipertensi sistolik karenanya tekanan darah diastolik paling penting untuk diwaspadai karena dapat menyebabkan gagal jantung dan stroke (Black dan Elliott, 2007). Selain jenis hipertensi, faktor gaya hidup terkait dengan tingginya paparan asap rokok juga dapat berpengaruh. Meskipun seluruh responden bukanlah perokok, akan tetapi paparan asap rokok di wilayah Dusun Donoloyo cukup tinggi sebab mayoritas warga adalah perokok aktif. Asap sampingan yang dihisap perokok pasif 2 kali lebih banyak dibandingkan asap utama dengan kadar karbon monoksida sekitar 2-4 kali lebih tinggi, kadar nikotin 2-3 kali lebih tinggi dan kadar nitrosamine 50 kali lebih tinggi. Nikotin merangsang zat kimia di otak yang mengakibatkan kecanduan dan merangsang kelenjar adrenalin untuk memproduksi hormon yang menganggu jantung, akibatnya tekanan darah dan denyut jantung meningkat. (Kemenkes RI, 2011). Jadi meskipun responden mendapatkan terapi rebusan daun alpukat untuk mengontrol tekanan darah, mereka tetap tidak terlepas dari paparan asap rokok karena tinggal dan bekerja di wilayah Banguntapan dengan cakupan perokok aktif mencapai 80%. Hal ini tentunya berpengaruh pada efektivitas terapi daun alpukat. JALANNYA PENELITIAN Pada pelaksanaannya penelitian ini masih memiliki keterbatasan karena tidak dapat mengendalikan variabel pengganggu pada kedua kelompok penelitian seperti variabel stres, gaya hidup, waktu tidur dan obesitas. Variabel-variabel penganggu tersebut menyebabkan adanya penurunan efektivitas dari terapi air rebusan daun alpukat karena intervensinya yang bersifat melemahkan sehingga hasil penelitian ini menjadi kurang maksimal. 7

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hasil Paired T-Test menunjukkan adanya pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi di Banguntapan Bantul. 2. Pasien hipertensi di Banguntapan Bantul dari kelompok eksperimen mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik setelah pemberian terapi rebusan daun alpukat. 3. Pasien hipertensi di Banguntapan Bantul dari kelompok kontrol mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik setelah pemberian terapi rebusan daun alpukat. 4. Hasil Independent T-Test menunjukkan tidak adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan pada pasien hipertensi di Banguntapan Bantul dari kelompok kontrol dan eksperimen sebelum pemberian terapi rebusan daun alpukat. 5. Hasil Independent T-Test menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan pada pasien hipertensi di Banguntapan Bantul dari kelompok kontrol dan eksperimen setelah pemberian terapi rebusan daun alpukat. Saran 1. Bagi responden penelitian dan pasien hipertensi pada umumnya Responden penelitian dan pasien hipertensi pada umumnya disarankan untuk menjadikan terapi rebusan daun alpukat sebagai terapi alternatif pendamping diet hipertensi. 2. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengendalikan variabelvariabel penganggu yang belum dikendalikan pada penelitian ini (obesitas, waktu tidur, pola makan) untuk meningkatkan hasil penelitian. 8

DAFTAR PUSTAKA Black, H.R.; Elliot, W.J. (2007). Hypertension: A Companion to Braunwald s Heart Disease. Elsevier Health Sciences, Philadelphia. Dinkes Bantul, (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. Dinas Kesehatan Bantul, Bantul. Faridah, V.N. (2014). Rebusan Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Dapat Menurunkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi Usia 45-59 Tahun Di Desa Turi Kec. Turi Lamongan, Jurnal Surya 01(17): 64-74. Kemenkes RI. (2011). Penanggulangan Masalah Merokok Melalui Radio. Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Rohmah, N. (2012). Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Alpukat Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Dususn Jetak Mutihan Gantiwarno Klaten. Skripsi Dipublikasikan, STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Santoso, S. S.; Suharjo. (2013). Obat Tradisional Untuk Penyakit Tekanan Darah dari Pengobatan Tradisional (BATTRA) DI DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Surabaya. Media Litbang Kesehatan 13(1): 6-18. 9