Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau. gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

CARA MUDAH, MURAH DAN LUMRAH DALAM MENGELOLA DIABETES. Djadjat Tisnadjaja PUSLIT BIOTEKNOLOGI - LIPI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa diabetes mellitus

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan makhluk hidup karbohidrat memegang peranan penting

santalin, angolensin, pterocarpin, pterostilben homopterocarpin, prunetin (prunusetin), formonoetin, isoquiritigenin, p-hydroxyhydratropic acid,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1` Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yang disebabkan oleh defisiensi insulin, sensitivitas insulin atau keduanya dan mengakibatkan terjadinya komplikasi kronis termasuk mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati (Schwinghammer, 2009). Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes tipe 1 biasanya timbul pada usia remaja (9-13 tahun) disebabkan karena adanya penyakit autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2 timbul pada usia 30-40 tahun dan biasanya terjadi karena obesitas. DM tipe 2 ini terjadi karena defisiensi insulin relative atau resisten insulin (Nolte dan Karam, 2007). National Institude of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) menyatakan sebanyak 5,7 juta orang Amerika atau sekitar 6% dari populasi menderita diabetes mellitus (DM). Berdasarkan data World Health Organization (WHO), tercatat lebih kurang 1,1 juta jiwa meninggal akibat DM dan sekitar 80 % terjadi di negara berkembang dan tanpa tindakan lebih lanjut, maka dalam kurun 10 tahun ke depan diperkirakan jumlah kasus kematian akibat DM akan meningkat lebih dari 50 %. Di Asia, diperkirakan mempunyai populasi diabetes terbesar di dunia, yaitu 82 juta orang dan jumlah ini akan meningkat menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun (World Health Organization, 2006). Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil 1

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking kedua yaitu 14,7% dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-enam yaitu 5,8% (DepKes RI, 2009). Pada tahun 1980, WHO merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman (Kumar, Cotran and Robbins, 2007). Obat antidiabetes oral yang kebanyakan diterima pasien DM yaitu golongan biguanid (metformin), sulfonilurea (glibenklamid, glimepiride), Inhibitor α-glukosidase (acarbose). Obat-obat yang dikonsumsi pasien DM diekresikan sebagian besar melalui ginjal, sehingga akan terakumulasi dengan adanya gangguan fungsi ginjal dan dapat menimbulkan efek toksik atau memperburuk keadaan ginjal pasien bila dosisnya tidak disesuaikan (Elvina, 2011). Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini terutama di bidang pengobatan dan farmasi, telah banyak dihasilkan obatobat sintesis. Meskipun demikian, masyarakat masih banyak menggunakan tanaman sebagai salah satu sumber pengobatan. Pada umumnya, obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahanbahan tersebut, yang secara tradisional sudah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Katno, 2008). Hal ini juga didukung dengan adanya kenyataan bahwa penyakit diabetes mellitus memerlukan pengobatan jangka panjang dan biaya yang mahal, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat. Beberapa penelitian tentang pengobatan tradisional untuk penderita DM yaitu bahwa pemberian ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan cara maserasi kinetik yang menggunakan pelarut etanol 80 % pada 2

dosis 1 g/kgbb tikus dua kali sehari selama 10 hari dapat menurunkan kadar glukosa tikus diabetes (Anggraeni, 2009). Penggunaan tanaman pare (Mommordica charantia L.) juga bersifat hipoglikemik karena mengandung senyawa bioaktif yaitu charantin, dan senyawa tersebut dapat meningkatkan laju metabolisme sel melalui peningkatan dan penggunaan glukosa oleh sel target yang efeknya bersifat antidiabetik (Christian, 2007). Pada penelitian Winarto dan Adnyane (2008) membuktikan bahwa ekstrak sambiloto cukup aman dipakai dalam jangka panjang sebagai pencegahan terjadinya hiperglikemia dan merupakan indikator positif pada peningkatan populasi sel β pankreas yang dimana pada kasus diabetes yang disebabkan penurunan fungsi atau jumlah sel β pankreas. Telah diuji pula aktivitas dari ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Adnyana et al., 2004) dan mempunyai efek hepatoprotektif terhadap tikus diabetik (Nayak, Marshall, Isitor, dan Adogwa, 2010). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Salah satu jenis kaktus yang saat ini sudah dikenal dan banyak digunakan atau dimanfaatkan untuk pengobatan di Indonesia adalah buah naga (Dragon fruits). Adapun jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada empat yaitu buah naga berdaging putih (Hylocereus undatus), buah naga berdaging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga berdaging super merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga berkulit kuning dengan daging putih (Selenicereus megalanthus) (Winarsih, 2007). Pemberian jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan yang dibuat diabetik karena kandungan flavonoidnya yang mempunyai efek hipoglikemik (Feranose, 2010). 3

Pada penelitian ini, akan diuji efek penurunan glukosa darah dari sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan potensinya dalam melakukan regenerasi sel β pankreas tikus diabetik dengan induksi aloksan secara intramuskular. Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah ada pengaruh pemberian sari buah naga merah secara oral terhadap penurunan glukosa darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan? b. Apakah ada pengaruh pemberian sari buah naga merah secara oral terhadap regenerasi sel β pankreas pada tikus diabetes yang diinduksi dengan aloksan? c. Apakah ada korelasi yang linear antara peningkatan konsentrasi dari sari buah naga merah dengan penurunan kadar glukosa darah dan regenerasi sel β pankreas? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian sari buah naga merah yang diberikan secara oral, terhadap penurunan glukosa darah, regenerasi sel β pankreas pada tikus diabetes yang diinduksi dengan aloksan dan untuk melihat apakah ada korelasi yang linear antara peningkatan konsentrasi dari sari buah naga merah dengan penurunan kadar glukosa darah dan regenerasi sel β pankreas. Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian sari buah naga merah yang diberikan secara oral mempunyai efek terhadap penurunan glukosa darah, regenerasi sel β pankreas pada tikus diabetes yang diinduksi dengan aloksan dan ada korelasi yang linear antara peningkatan konsentrasi dari sari buah naga merah dengan penurunan kadar glukosa darah dan berperan pada regenerasi sel β pankreas. 4

Manfaat penelitian ini adalah didapatkannya pengobatan alternatif untuk diabetes mellitus, sehingga dapat diketahui kebenarannya secara ilmiah bahwa sari buah naga merah mempunyai efek terhadap penurunan glukosa darah dan regenerasi sel β pankreas. 5