TINGKAP Vol. X No. 1 Th. 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MONGKRONG, WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

PENINGKATAN AKTIFITAS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE JIGSAW DI KELAS XII IPS2 SMAN 1 SULIKI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA.

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran PKn di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat lebih efektif untuk digunakan sebagai solusi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting untuk meningkatkan kualitas setiap individu baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi memiliki keterampilan. Menurut Erich Fromm (dalam Harmin dan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta mempelajari masalah-masalah yang ada di dalamnya. Mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) e-issn X Volume 2 Nomor 1 Januari 2018

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKn

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 0713 PIR TRANS SOSA I A

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan oleh pemerintah. Saat ini pemerintah mengupayakan

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MODEL KOOPERATIF DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0710 ALIAGA IV

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Mata pelajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun kualitasnya semakin rendah hal ini

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswa. Bagi seorang guru mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada awalnya merupakan SMPP 51. (Sekolah Menengah Perintis Pembangunan), yang mulai melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

p-issn X Elementary School 3 (2016) e-issn Volume 3 nomor 1 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

Transkripsi:

EDITORIAL Jurnal TINGKAP Volume X, No. 1 bulan April 2014 ini menyajikan 6 artikel hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dan 1 Resensi Buku. Tulisan-tulisan tersebut terangkum dalam satu tema: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui PTK dan meliputi berbagai topik, yaitu: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Patiseri Melalui Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Pada Pelajaran PKn di SMK N 6 Padang (Asnelti); Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XII IPS 1 Melalui Model Pembelajaran Sosiodrama di SMAN 13 Padang (Erma); Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Berkirim Salam dan Soal di SMP Kartika 1-6 Padang (Fitria Nova); Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran PKn di Kelas X.2 SMA Negeri 2 Lengayang Pesisir Selatan (Melda Winda); Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM dalam Mata Pelajaran PKn (Neldison); dan Peningkatan Aktifitas Peserta Didik dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Jigsaw di Kelas XII IPS2 SMAN 1 Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota (Nurlaila). Selain itu Jurnal edisi ini juga dilengkapi dengan satu resensi buku yang ditulis oleh Meztika Zed: Sistem dan Aktor dalam Pengelolaan Pendidikan. Pada tulisan pertama dalam edisi ini Asnelti mengemukakan hasil penelitiannya tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Patiseri Melalui Penggunaan Media Microsoft Office Power Point pada Pelajaran PKn di SMK N 6 Padang. Menurut Asnelti, keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor diantaranya sarana penunjang seperti: buku dan media pembelajaran yang digunakan sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. Selain itu guru merupakan faktor ekstern yang paling penting dalam proses pendidikan. Begitu juga, menurut Asnelti pula, media merupakan salah satu diantara banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Pentingnya peran media dalam pembelajaran mengharuskan peran pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar dan media. Salah satu upaya peningkatan hasil belajar PKn pada saat ini adalah dengan pengembangan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi Komunikasi, misalnya dengan menggunakan media Microsoft Office Power Point dalam penyajian materi pembelajaran. Namun berdasarkan pengalamannya sebagai guru di kelas XII Patiseri SMK N 6 Padang, Asnelti menemukan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn masih tergolong rendah, dimana dari 28 siswa hanya 9 (32%) siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedang-kan 19 (68%) siswa yang tidak men-capai KKM yang telah ditetapkan. Rendahnya hasil belajar siswa kelas XII Patiseri SMK N 6 Padang menurut hemat Asnelti disebabkan oleh kurangnya aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Rendahnya aktivitas siswa dikarenakan pembelajaran dianggap membosankan. Selain itu metode dan pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan guru yang masih kurang dalam penggunaan variasi metode dan media dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah. Berdasarkan kondisi tersebut Asnelti telah melakukan penelitian tindakan Editorial v

kelas dengan judul upaya meningkatakn hasil belajar siswa menggunakan media Microsoft Office Power Point dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII Patiseri SMK N 6 Padang. Berdasarkan hasil penelitiannya itu Asnelti akhirnya sampai pada kesimpulan antara lain bahwa kegiatan pembelajaran dengan media Microsoft Office Power Point ternyata cukup efektif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Pada tulisan kedua dalam jurnal ini Erma mengemukakan hasil penelitian tindakan kelasnya dengan judul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XII IPS 1 Melalui Model Pembelajaran Sosiodrama di SMAN 13 Padang. Menurut Erma, Mata pelajaran sejarah bertujuan untuk membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lalu, masa kini dan masa depan, melatih daya kritis siswa dalam memahami fakta sejarah. Selain itu, tujuan yang tidak kalah penting adalah menimbulkan rasa bangga dan cinta tanah air siswa. Berdasarkan tujuan tersebut tentu mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pembentukkan karakter anak bangsa yang kritis, dinamis dan cinta tanah air. Maka sepatutnya sejarah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan sangat diminati oleh siswa. Namun dalam kenyataannya di lapangan, menurut Erma, mata pelajaran sejarah sering menjadi mata pelajaran yang kurang disenangi siswa, karena mereka menganggap sejarah hanya menghafal kejadian masa lalu. Kurang disenanginya mata pelajaran ini, menimbulkan rendahnya aktivitas siswa di dalam pembelajaran. Selain itu, menurut Erma, pelaksaaan kegiatan belajar mengajar belum dapat berjalan secara maksimal karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain: 1) strategi yang diterapkan dalam pembelajaran belum tepat, 2) metode mengajar yang digunakan belum bisa mengaktifkan siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Sebagai guru sejarah, Erma terus berusaha untuk melakukan beberapa perubahan dalam pembelajaran untuk mengatasi permasalahan di atas. Fenomena semacam di atas membutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat untuk memecahkan kebuntuan yang terjadi selama ini. Untuk mengatasinya Erma telah menggunakan metode pembelajaran sosiodrama melalui sebuah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui penggunaan metode Sosiodrama. Pada tulisan ketiga dalam jurnal ini Fitria Nova mengemukakan hasil penelitian tindakan kelasnya dengan judul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Berkirim Salam dan Soal di SMP Kartika 1-6 Padang. Menurut Fitria Nova, dari lima lokal yang ada di SMP Kartika 1-6 Padang terdapat dua lokal yang nilai rata-ratanya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu kelas VIII/3 dan VIII/4, hal ini dikarenakan jam mata pelajaran PKn lokal tersebut berada pada jam terakhir sehingga siswa sudah tidak semangat untuk belajar; letak kelas yang dekat dengan pinggir jalan dan menyebabkan kelas sangat ribut karena kendaraan yang melewati jalan tersebut, sehingga dalam belajar siswa tidak konsentrasi dan guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran kurang tepat karena tidak vi TINGKAP Vol. X No. 1 Th. 2014

sesuai dengan kondisi lingkungan kelas. Kondisi kelas yang terkenal ribut juga menyebabkan situasi dalam proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa di kelas VIII/3. Disamping itu, selama ini siswa menganggap mata pelajaran PKn merupakan prioritas kesekian dibandingkan mata pelajaran lain seperti IPA, Matematika dan Bahasa Inggris karena pelajaran PKn dianggap tidak menarik dan membosankan. Berdasarkan kondisi ini, Fitria Nova memandang perlu untuk mengkaji lebih mendalam aktivitas dan hasil belajar siswa dilihat dari strategi belajar melalui sebuah penelitian PTK. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa proses belajar mengajar PKn dengan menggunakan metode berkirim salam dan soal pada kelas VIII/3 SMP Kartika 1-6 Padang ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang dapat dilihat pada siklus I dan II yang mengalami peningkatan pada setiap siklus. Disamping itu, dengan menggunakan metode berkirim salam dan soal di kelas VIII/3 SMP Kartika 1-6 Padang ternyata dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dengan peningkatan pada hasil pre-test dan post-test pada masing-masing siklus I dan II. Oleh karenanya Fitria Nova menyarankan agar para guru mata pelajaran PKn SMP Kartika 1-6 Padang lebih banyak menggunakan metode berkirim salam dan soal, karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada bagian keempat tulisan ini Melda Winda mencoba pula menyajikan tulisan dari hasil penelitian PTK mereka tentang Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran PKn di Kelas X.2 SMA Negeri 2 Lengayang Pesisir Selatan. Dalam tulisan ini Melda Winda mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami serta mampu melaksanakan hak dan kewajibanya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pan-casila dan UUD 1945. Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan mata pelajaran PKn menjadi suatu keharusan. Selain itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai nilai yang penting dan strategis dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang unggul, handal dan bermoral semenjak dini. Sebenarnya guru-guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan telah mengenal metode-metode pengajaran tetapi belum diterapkan sehingga tidak semua siswa terlibat dalam pembelajaran. Pada umumnya metode yang digunakan selama ini adalah metode ceramah. Sejak dahulu metode ceramah ini digunakan guru sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran sampai saat ini motode ceramah masih digunakan dalam pembelajaran sebagai alat komunikasi guru dan siswa dalam membahas materi pelajaran di kelas. Berdasarkan fenomena yang terjadi di kelas X2 SMA Negeri 2 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan tersebut Melda Winda merasa perlu untuk meneliti masalah tersebut dalam suatu PTM dengan judul Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Metode Discovery Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas X2 SMA Negeri 2 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil petelitian tersebut Melda Winda berkesimpulan bahwa penggunaan metode discovery dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan Editorial vii

keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian dan analisis data yang yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) pada siklus I dan II dapat meningkatkan keaktifan siswa, walaupun metode discovery ini merupakan hal yang baru bagi siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyarankan bahwa dalam pembelajaran PKn guru hendaknya melakukan pendekatan kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam belajar serta memberikan pujian kapada siswa yang memberikan ide, gagasan, konsep dan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Selain itu hendaknya guru mata pelajaran PKn lebih giat lagi dalam membimbing siswa dalam pembelajaran sehingga suasana belajar mengajar akan lebih hidup dan dapat mancapai hasil yang maksimal dan memuaskan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Sedangkan kepada siswa diharapkan agar lebih giat lagi dalam belajar dan tidak ada lagi yang malas dan malu-malu dalam mengemukakan pendapat, ide serta gagasan dalam berdiskusi, seperti yang diterapkan dalam metode discovery tersebut. Pada bagian kelima tulisan ini Neldison mencoba pula menyajikan tulisannya berkenaan dengan Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM dalam Mata Pelajaran PKn. Neldison berpendapat bahwa Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Di sisi lain, mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Namun berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini di SMA Negeri 4 Solok Selatan, ada indikasi bahwa siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebab-kan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, viii TINGKAP Vol. X No. 1 Th. 2014

sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan. Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, menurut Neldison perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Strategi tersbut menurut Neldison adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Untuk itu Neldison telah melakukan penelitian PTK terhadap kemungkinan keampuhan model pemebalajaran ini dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn. Berdasarkan hasil penelitiannya Neldison sampai pada suatu kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar, membangun aktivitas yang kreatif di kalangan siswa, dan meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMA Negeri 4 Solok Selatan. Oleh karenanya Neldison menyarankan agar metode PBL hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru PKn untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Akhirnya pada bagian terakhir (keenam) tulisan dalam edisi ini Nurlaila mengemukakan pula hasil penelitian PTKnya tentang Peningkatan Aktifitas Peserta Didik dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Jigsaw di Kelas XII IPS2 SMAN 1 Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota. Menurut Nurlaila Dalam upaya pembangunan bangsa melalui pemberdayaan sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan penting. Hal ini sesuai dengan batasan dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Dalam kurikulum telah dinyatakan secara tegas bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA bertujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki kompetensi: berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menyikapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, bertindak secara tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berkembang secara positif dan demokrastis, serta mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pergaulan internasional. Untuk membentuk peserta didik yang memiliki kompetensi-kompetensi yang dikehendaki tersebut, menurut Nurlaila, sangat dibutuhkan proses pembelajaran yang mampu mengkondisikan peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat belajar secara aktif, baik intelektual dan emosionalnya, maupun fisik dan mentalnya. Sementara kenyataannya di lapangan berdasarkan pengalaman yang penulis temukan dan rasakan, sering ditemukan peserta didik yang kurang aktif dalam proses pembelajaran. Di pihak lain, ditemukan juga masalah dimana upaya yang dilakukan pendidik belum mampu membangkitkan keaktifan peserta didik, seperti proses pembelajaran cendrung monoton dan kurang bervariasi, pendidik kurang Editorial ix

kreatif dalam menyampaikan materi, dan kurang kepercayaan pendidik terhadap peserta didik sehingga pembelajaran didominasi oleh pendidik, sehingga semua hal ini bermuara pada kurangnya kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tanpa dicarikan jalan keluarnya, maka dapat mengakibatkan mata pelajaran ini tidak diminati karena kurang menarik, bahkan membosankan. Peserta didik tidak bersemangat mengikuti proses pembelajaran, sehingga kompetensi yang diharapkan tidak akan tercapai. Dari uraian di atas diperkirakan penggunaan metode Pembelajaran Kooperatif dengan teknik Jigsaw, menurut asumsi Nurlaila, dapat memecahkan permasalahan tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut maka Nurlaila telah melakukan suatu penelitian PTK untuk melihat dan membuktikan apakah metode Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas XII IPS2 SMA N 1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan hasil penelitiannya, Nurlaila menemukan bahwa ternyata pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar yang bermuara pada naiknya hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil penelitian PTK tersebut ada beberapa saran yang disampaikan oleh Nurlaila, antara lain: 1) Pendidik hendaknya senantiasa berupaya memfasilitasi keaktifan belajar peserta didik, karena keaktifan dapat meningkatkan hasil belajar; dan 2) Pendidik hendaknya selalu berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, agar peserta didik dapat dengan leluasa mengembangkan potensinya. Pendidik juga diharapkan dapat memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik belajar dan mempersiapkan diri sebelum dibelajarkan menjadikan peserta didik lebih siap, menguasai materi ajar, percaya diri, dan aktif dalam proses pembelajaran Tulisan-tulisan yang disajikan dalam edisi Volume X Nomor 1 April 2014 ini sangat baik dibaca dan dipahami terutama bagi mereka yang ingin mendalami berbagai persoalan yang menyangkut berbagai persoalan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran, sesuai dengan tema pada edisi ini. Akhirnya redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan selamat menikmati tulisan ini bagi para pembaca semoga tulisan-tulisan ini bermanfaat dan memberikan kepuasan bagi para pembaca sekalian. Selamat membaca...! Syamsir Ketua Penyunting x TINGKAP Vol. X No. 1 Th. 2014