HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bersifat nyata (Sarwono, 2002). Di kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam

BAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. objek lainnya (Hatch dalam Sugiono, 2006). Penelitian ini menggunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh Kartini Kartono (1981) mengarikan perilaku (behavior) adalah respon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMK BATIK SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB II LANDASAN TEORI

c. Pengalaman dan suasana hati.

BAB II LANDASAN TEORI PERILAKU ALTRUISTIK. kebaikan orang lain. Akert, dkk (dalam Taufik, 2012) mengatakan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. satupun darinya yang dapat hidup tanpa sedikitpun bantuan dari orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan masuk dalam aspek perilaku prososial. Prososial memiliki arti

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

EFEKTIVITAS BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI REMAJA DI RUMAH PINTAR BUNGA PADI KECAMATAN BALEREJO, KABUPATEN MADIUN

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH OTORITATIF DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PENGENDARA MOTOR NINJA DAN MOTOR VESPA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA (Studi pada Rumah Sakit HIDAYAH Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. komunitas Save Street Child yang ikut mengajar anak-anak jalanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN REALITY SHOW TELEVISI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA KARYAWAN PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

BAB III METODE PENELITIAN. merupakanpenelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

BAB I PENDAHULUAN. bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi.

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Rahman (2013), perilaku prososial adalah segala tindakan yang

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Empati. Eissenberg dan Fabes (dalam Baron dan Byrne, 2005) mendefinisakan empati sebagai

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN KSR PMI KOTA MEDAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. dengan apa yang dirasakan orang lain (Batso dan Coke dalam Eisenbeng & Trayer, 1987

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

EMPATI ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA IMAN 3 SUKUN MALANG. Nur Cahyati

PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA. (Prosocial Behavior Among Student) Eva Nuari Lensus. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. yang menyita waktu sehingga banyak individu yang bersikap. sikap egoisme, dan ini menjadi ciri dari manusia modern, dimana individu

BAB I PENAHULUAN. lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima dilingkungan temanteman

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan

BABI PENDAHULUAN. Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang memiliki aka! budi dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : SITI FATIMAH F 100 110 121 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : SITI FATIMAH F 100 110 121 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

iii

iv

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Siti Fatimah Zahrotul Uyun Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Sfatimah1901@gmail.com ABSTRAK Mahasiswa sebagai calon intelektual muda yang sedang mengalami proses belajar dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam bertingkah laku sesuai dengan norma masyarakat, berintelektual tinggi, dan dapat memberikan contoh yang baik pada masyarakat maupun lingkungan kampus. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kepedulian mahasiswa terhadap orang lain dan lingkungan disekitar semakin menurun. Salah satu perilaku yang kurang dimiliki mahasiswa adalah perilaku altruisme. Dengan adanya empati mahasiswa diharapkan mampu memunculkan perilaku altruisme dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa Psikologi (2) Mengetahui tingkat empati pada mahasiswa Fakultas Psikologi.(3) Mengetahui tingkat Perilaku Altruisme pada mahasiswa Fakultas Psikologi. (4) Mengetahui Peran Empati terhadap Perilaku Altruisme mahasiswa Fakultas Psikologi. Hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa psikologi UMS. Subjek penelitian mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 75 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik insidental. Metode pengumpulan data menggunakan skala empati dan skala perilaku altruisme. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan analisis product moment diperoleh nilai korelasi = 0,662 dengan sig.= 0,000; (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme. semakin tinggi empati yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilaku altruisme pada mahasiswa, sebaliknya semakin rendah empati maka perilaku altruisme mahasiswa semakin rendah pula. Empati pada subjek penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 61,72 sedangkan rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5. Perilaku altruisme pada subjek penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 105,05 sedangkan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5. Empati mempengaruhi perilaku altruisme sebesar 43,8%, dan sisanya 56,2% dipengaruhi variabel lain. Kata kunci: Empati, Perilaku Altruisme v

PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran orang lain dilingkungan sekitarnya. Dalam proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga hingga sampai pada orang yang tidak dikenal sama sekali. Mahasiswa sebagai calon intelektual muda yang sedang mengalami proses belajar dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam bertingkah laku sesuai dengan norma masyarakat, berintelektual tinggi, dan dapat memberikan contoh yang baik pada masyarakat. Mahasiswa dianggap mampu merasakan, memahami, dan peduli terhadap sesama maupun bagi orang lain. Dengan kata lain masyarakat memiliki harapan yang tinggi terhadap mahasiswa. Selain di masyarakat, lingkungan di mana mahasiswa tersebut kuliah juga mengharapkan hal serupa dengan yang diharapkan pada masyarakat. Salah satu perilaku mahasiswa yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang optimal adalah perilaku altruisme. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kepedulian mahasiswa terhadap orang lain dan lingkungan disekitar semakin menurun. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa lebih menggunakan konsep hidup menyenangkan diri sendiri dahulu baru orang lain. Hal ini mengakibatkan mahasiswa menjadi makhluk yang individual. Hal ini dapat dilihat dari situasi sehari-hari yang dialami, seperti saat seseorang membutuhkan bantuan 1

orang lain sebagian akan langsung membantu orang yang membutuhkan bantuan tanpa memikirkan diri sendiri lalu sebagian orang tidak akan berbuat apa-apa meskipun orang tersebut mampu untuk membantu. Frans (2008) menjelaskan altruisme sebagai perilaku membantu atau menghibur yang diarahkan pada individu yang membutuhkan pertolongan, ketika sedang sakit, atau sedang mengalami tekanan. Individu yang memiliki sifat altruis selalu berusaha untuk mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain, mereka selalu berusaha agar orang lain tidak mengalami kesusahan. Orang yang altruis peduli dan mau membantu meskipun tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan seseorang (David, 2012). Menurut Einsberg dan Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) hal-hal yang termasuk dalam aspek perilaku altruisme adalah sebagai berikut: a. Sharing (memberi). Individu yang sering berperilaku altruis biasanya sering memberikan sesuatu bantuan kepada orang lain yang lebih membutuhkan dari pada dirinya. b. Cooperative (kerja sama). Individu yang memiliki sifat altruis lebih senang melakukan suatu pekerjaan secara bersamasama, karena mereka berfikir dengan berkerja sama tersebut mereka dapat lebih bersosialisasi mendapatkan sesuatu. Altruisme 2

dengan sesama manusia dan dapat mempercepat pekerjaanya. c. Donating (menyumbang). Individu yang memiliki sifat altruis senang memberikan sesuatu atau suatu bantuan f. Generosity (kedermawanan). Individu yang memiliki sifat altruis memiliki sikap dari orang yang suka beramal, suka memberi derma atau pemurah hati kepada orang lain yang kepada orang lain tanpa membutuhkan pertolongannya mengharapkan imbalan dari orang yang ditolongnya. d. Helping (menolong). Individu yang memiliki sifat altruis senang membantu orang lain dan memberikan apa-apa yang berguna ketika orang lain dalam kesusahan karena hal tersebut dapat menimbulkan perasaan positif dalam diri si penolong. e. Honesty (kejujuran). Individu yang memiliki sifat altruis memiliki suatu sikap yang lurus hati, tulus serta tidak curang, mereka mengutamakan nilai kejujuran dalam dirinya tanpa mengharapkan imbalan apapun dari orang yang ditolongnya. Menurut Wortman dkk (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme antara lain: 1. Suasana hati. Jika suasana hati sedang nyaman, orang juga akan terdorong untuk memberikan pertolongan lebih banyak. 2. Meyakini keadilan dunia. Adanya keyakinan bahwa dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik akan mendapat pahala. 3

3. Empati. Menurut Danil Batson dengan empati dapat mendorong seseorang untuk melakukan pertolongan altruisme. 4. Faktor situsional. Kondisi dan situasi yang meuncul saat Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku altruisme adalah empati. Cotton (dikutip dari Garton & Gringart, 2005) empati biasanya di definisikan sebagai kemampuan sesesorang membutuhkan afektif untuk berbagi dalam perasaan pertolongan juga mempengaruhi seseorang untuk memberikan pertolongan. 5. Faktor Sosio-Bologis. Secara sepintas perilaku altruisme orang lain dan kemampuan kognitif untuk memahami perasaan orang lain dalam perspektif dan kemampuan untuk berkomunikasi terhadap empati seseorang serta perasaan dan memberikan kontraproduktif, kesan mengandung pemahaman yang lain dengan cara verbal maupun nonverbal. resiko tinggi termasuk terluka dan bahkan mati. Ketika orang yang ditolong bisa selamat, yang ditolong mungkin tidak selamat. Perilaku seperti itu antara lain muncul karena ada proses adaptasi dengan lingkungan terdekat, dalam hal ini orang tua. Goleman (2003) mengartikan empati yaitu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan individu lain. Davis (Elvin, 2001), menjabarkan aspek empati menjadi 4

dua kategori yaitu kognitif dan afektif. komponen kognitif dari buku, film dan permainan. Aspek ini melihat empati terdiri dari aspek perspective kecenderungan individu taking, fantasy, Sedangkan komponen afektifnya terdiri dari aspek emphatic concern dan personal distress. a. perspective taking (pengambilan menempatkan diri dan hanyut dalam perasaan dan tindakan orang lain. c. Emphatic concern (perhatian empatik) merupakan perasaan perspektif) merupakan simpati yang berorientasi pada kecenderungan individu untuk mengambil alih secara spontan sudut pandang orang lain. Aspek ini akan mengukur sejauh mana individu memandang kejadian sehari-hari dari perspektif orang lain. b. Fantasy (imajinasi). menjelaskan bahwa fantasi merupakan kecenderungan untuk mengubah pola diri secara imajinatif ke dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dari karakter-karakter khayalan pada orang lain dan perhatian terhadap kemalangan orang lain. aspek ini juga merupakan cermin dari perasaan kehangatan yang erat kaitannya dengan kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain. d. Personal distress (distress pribadi). Pengendalian reaksi pribadi terhadap penderitaan orang lain, yang meliputi perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, dan tidak berdaya (lebih terfokus pada diri sendiri). 5

Hipotesis penelitian ini menyatakan terdapat hubungan positif antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa psikologi perilaku altruisme. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. HASIL DAN PEMBAHASAN Universitas Muhammadiyah Berdasarkan hasil analisis Surakarta. Semakin tinggi empati maka akan semakin tinggi perilaku altruisme begitu pula sebaliknya, semakin rendah empati maka akan semakin rendah perilaku altruisme. METODE PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini adalah empati (Variabel bebas) dan Perilaku altruisme (Variabel tergantung) Subjek penelitian ini adalah mahasiswa psikologi sebanyak 75 mahasiswa angakatan 2011 sampai data diperoleh nilai koefisien Korelasi =0,662 dengan sig.= 0,000; p 0,01 Nilai (r) positif menunjukkan arah kedua variabel positif, nilai signifikansi dibawah 0,01. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme. Hubungan positif dari penelitian ini dapat digambarkan dengan semakin tinggi empati yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilaku altruisme pada mahasiswa, dengan 2013. Penelitian ini sebaliknya semakin rendah empati menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik insidental. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala empati dan skala maka semakin rendah pula perilaku altruisme mahasiswa Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stephan & 6

Stephan (Gusti & Margaretha 2010) menunjukkan bahwa orang yang memiliki rasa empati akan berusaha untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan dan merasa kasihan atau iba terhadap penderitaan orang lain. Hasil penelitian dari Agustin (2008) dari 70 siswa SMA N 1Setu dari kelas satu dan kelas dua yang berusia 14 sampai 17 tahun didapat hasil 50,4% yang menunjukkan bahwa empati memberikan kontribusi terhadap altruisme dan 49,6% dipengaruhi oleh faktor lain. rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5 yang menunjukkan empati subjek tergolong tinggi. Kondisi ini dapat diartikan bahwa subjek penelitian pada dasarnya memiliki sikap yang terbentuk dari aspek empati menurut David (Elvin, 2001), yaitu pengambilan perspektif, fantasi, perhatian empatik dan distress pribadi. Keseluruhan aspek tersebut menjadi bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh subjek. Variabel perilaku altruisme memiliki rerata empirik (RE) sebesar 105,05 dan rerata hipotetik (RH) Kemudian Batson menjelaskan sebesar 82,5 yang menunjukkan bahwa empati dapat menimbulkan dorongan untuk menolong, dan tujuan dari menolong itu untuk memberikan kesejahteraan bagi target empati. Variabel empati memiliki rerata empirik (RE) sebesar 61,72 dan perilaku altruisme subjek tergolong sedang. Kondisi ini dapat diartikan bahwa subjek penelitian memiliki sikap dari aspek berbagi, kerjasama, menyumbang, menolong, kejujuran dan kedermawanan. Keseluruhan aspek tersebut menjadi bagian dari 7

karakteristik yang dimiliki oleh subjek. Sumbangan efektif untuk variabel dari kedua variabel dilihat dari koefisien determinasi = 0,438 yang menunjukkan bahwa variabel empati mempengaruhi perilaku altruisme sebesar 43,8% dan 56,2% sisanya dipengaruhi variabel lainnya. pula perilaku altruisme mahasiswa. Empati pada penelitian ini dijadikan sebagai salah satu indikator untuk meningkatkan perilaku altruisme mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penggunaan subjek pada penelitian ini masih terbatas, hanya pada populasi mahasiswa psikologi Faktor lain yang mempengaruhi bukan pada fakultas lain di Menurut Wortman dkk (Dayakisni & Universitas Muhammadiyah Hudaniah,2003) yaitu Suasana hati, meyakini keadilan dunia, sosiobiologis, dan situsional. Berdasarkan hasil penelitian serta analisis diatas menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme artinya semakin tinggi empati maka semakin tinggi pula perilaku altruisme mahasiswa, sebaliknya semakin rendah empati maka semakin rendah Surakarta sehingga untuk melakukan penelitian di lingkungan yang luas dengan karakteristik yang berbeda, diperlukan penelitian yang lebih dalam lagi serta menambah aitemaitem baru yang belum dicantumkan oleh peneliti. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan: 1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati 8

dengan perilaku altruisme mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi empati yang dimiliki maka semakin tinggi pula SARAN Berdasarkan hasil analisi penulid mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Dekan Fakultas Psikologi perilaku altruisme pada Diharapkan dapat mahasiswa, sebaliknya semakin mempertahankan dan meningkatkan rendah empati maka semakin empati mahasiswa dengan rendah pula perilaku altruisme mahasiswa. 2. Tingkat empati masuk dalam kategori tinggi. 3. Tingkat perilaku altruisme temasuk dalam kategori tinggi. 4. Sumbangan afektif empati sebesar 43,8% dan masih mengadakan kegiatan bersama seperti bakti sosial, sehingga mahasiswa mampu untuk merasakan, memahami dan juga membayangkan keadaan seseorang secara langsung dan dapat memunculkan perilaku altruisme terhadap orang lain. 2. Bagi Mahasiswa terdapat 56,2% sisanya Diharapkan mahasiswa dipengaruhi variable lain yang dapat mempengaruhi variabel perilaku altruisme diluar variabel empati. mampu mempertahankan dan meningkatkan empati dan perilaku altruisme yang sudah mahasiswa miliki. 9

3. Bagi peneliti lain Diharapkan hasil dari penelitian ini sebagai referensi, untuk bahan masukan, pertimbangan, informasi tambahan bagi peneiliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis, sehingga dapat menjadi acuan dalam penyempurnaan penelitian yang sejenis. Developmentpsycology.112 (2), 275-281. Gusti, A. Y., & Margaretha P. M.(2010).Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi. Vol. 9 No.3 Desember, hal. 56-78. Goleman, D. (2003).Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Myers, D, G (2012). Psikologi sosial.edisi sepuluh. Jakarta : Salemba Humanika. DAFTAR PUSTAKA Agustin, P.(2008). Kontribusi Empati Terhadap PerilakuAltruisme Pada Siswa Siswi SMA N 1 Setu Bekasi. Jurnal Psikologi. Vol.3,No.7 April, hal.45-53. Dayakisni, T., & Hudaniah.(2003). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press Frans, B, M. (2008).Putting the Altruism Back into Altruism: The Evolution of Empath. Annu Rev.Psychol.59:279-300. Garton, A.F., & Gringart, E. (2005). The Development Of a Scale to Measure Empathy in 8- and 9-year Old Children. Australian Journal Of Education and 10