Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 :

dokumen-dokumen yang mirip
KOlONISASI DAN SUKSESILABA-LABA (Araneae) PADA PERTANAMAN PADI 1)

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

commit to user BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

INTERAKSI ANTARA AGROEKOSISTEM DENGAN EKOSISTEM ALAMI

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

DIVERSITY OF SPIDERS (Araneae) ON WETLAND ECOSYSTEM WITH SOME PLANTING PATTERN IN PADANG

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

KEANEKARAGAMAN LABA-LABA ( Arachnida ) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODOLOGI PENELITAN

PENGELOLAAN DAS TERPADU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi. Siklus air adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada air

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB III METODE PENELITIAN

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Rani Armadiah, Fatchur Rohman, dan Agus Dharmawan Universitas Negeri Malang

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BIOLOGI KONSERVASI EKOSISTEM PASCA TAMBANG

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

Insects Pollinators Communities In Distinct Habitats and Distances from Margin Forest of Gunung Halimun-Salak National Park

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. esculentum Mill.), serangga pollinator, tumbuhan T. procumbens L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB III METODE PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

IV. METODE PENELITIAN

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI

III. METODOLOGI PENELITIAN

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEANEKARAGAMAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN PADA LAHAN DATARAN RENDAH DI PROVINSI BENGKULU

Transkripsi:

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 147-152 147 Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk Mempelajari Keragaman Struktur Habitat Laba-laba pada Lansekap Pertanian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur Application of Geographical Infomation System (GIS) to Study Diversity of Habitat Structure of Spider in Agricultural Landscape in Cianjur Watershed I Wayan Suana 1) & Yaherwandi 2) 1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Mataram 2 Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas ABSTRACT Spiders are dominant predators and have an important role not only in ricefield ecosystem, but also in agroecosystem in general. The complexity of landscape structure is expected to have an important role to the availability of spiders in ecosystem. Aim of this research were mapped agricultural landscape in Cianjur Watershed and to study the influence of landscape structure complexity to the diversity of spider in the landscape. Research was conducted at agricultural landscape in Cianjur Watershed, i.e: upper part (Nyalindung Village), middle part (Gasol Village) and lower part (Selajambe Village), from January to September 2003. Agricultural landscape in Cianjur Watershed were mapped by using Global Positioning System (GPS), Arc View GIS 3.2. computer program, and Digital Indonesian Land Use and Topographical Map from Bakosurtanal. These instruments were used to make a new map which consist of information of land use system. Spider in agricultural landscape were sampled by using two trapping techniques, i.e: pitfall trap and sweep net. The results showed that landscape structure at upper part of Cianjur Watershed is more complex than that of at midlle and lower part. The diversity of spider at upper part of Cianjur Watershed was also higher than that of middle and lower part. Thus, the complexity of landscape structure significantly influence to the diversity of spiders in the agricultural landscape. Keywords: GIS, agriculture, spider, landscape, Cianjur Watershed PENDAHULUAN Struktur lansekap merupakan suatu cara untuk menerangkan pola spasial elemen-elemen lansekap, yang memuat tentang ukuran, bentuk, komposisi, jumlah dan distribusi ekosistem di dalam lansekap (Arifin et al. 2001, Barnes 2003). Struktur dasar lansekap terdiri atas matriks (matrix), tapak (patch) dan koridor (corridor) (Barnes 2003). Matriks merupakan elemen lansekap yang dominan, mempunyai ukuran paling luas dan berperan dominan dalam fungsi lansekap secara keseluruhan. Tapak adalah unit-unit lahan yang tidak linier atau habitat yang lebih beragam jika dibandingkan dengan lingkungan di sekelilingnya, sedangkan lahan sempit yang kedua sisinya linier disebut koridor (Barnes 2003). Koridor dapat berfungsi sebagai penghubung antara satu habitat ke habitat yang lain (Hess & Fischer 2001) dan habitat sementara (Opdam 2002). Perkembangan ilmu ekologi lansekap dan alat analisisnya telah meningkatkan penelitian tentang pengaruh struktur lansekap terhadap keanekaragaman arthropoda yang terdapat di dalamnya (Cook et al. 2002, Hunter 2002). Pada ekosistem sawah, komunitas arthropoda adalah salah satu kelompok yang berperanan penting, yaitu sebagai pemakan tumbuhan, pemangsa, parasitoid, pemakan bahan organik dan pengunjung sementara (Rizali et al. 2002). Dalam kelompok pemangsa, laba-laba merupakan salah satu kelompok dominan dan memegang peranan penting dalam ekosistem sawah (Suana & Haryanto 2006). Tujuan penelitian ini untuk memetakan keragaman struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur dan mempelajari pengaruh keragaman struktur lansekap tersebut terhadap keanekaragaman laba-laba yang terdapat di dalamnya. METODE Waktu dan lokasi penelitian Penelitian ini berlangsung selama sembilan bulan (Januari sampai September 2003), pada lansekap pertanian di DAS Cianjur. DAS merupakan kawasan yang dibatasi secara topografis oleh punggungan

148 Aplikasi Sistem Informasi..(I Wayan Suana & Yaherwandi) bukit, dimana air hujan yang jatuh di atasnya akan dialirkan menuju saluran (outlet) tertentu. Kawasan DAS Cianjur di bagian barat berbatasan dengan puncak dan punggungan Gunung Gede Pangrango, bagian utara dengan perbukitan Gunung Geulis, dan bagian selatan dengan Gunung Puntang (Saroinsong, 2002). Pada penelitian ini dipilih tiga daerah yang mewakili bagian hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur. Pada bagian hulu DAS Cianjur dipilih Desa Nyalindung (S 06 47 22,7 E 107 03 30,6 ) dengan ketinggian 879 1010 meter diatas permukaan laut (m. dpl), bagian tengah dipilih Desa Gasol (S 06 48 17,0 E 107 05 40,1 ) dengan ketinggian 665-693 m. dpl., dan bagian hilir dipilih Desa Selajambe (S 06 48 09,0 E 107 12 52,9 ) dengan ketinggian 346 351 m. dpl. Pelaksanaan penelitian Pada ketiga lokasi penelitian dilakukan analisis lansekap dengan menggunakan perangkat lunak Global Positioning System (GPS), program komputer Arc View GIS 3.2. (ESRI 1999) dan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia skala 1 : 25.000 lembar 1209 214 dan 1209 219 (Bakosurtanal 1999). GPS dipakai untuk menentukan penutupan lahan di setiap lokasi dengan cara mengelilingi setiap tapak dan mencatat koordinatnya pada tiaptiap jarak tertentu. Data dari GPS diolah dengan program Arc View 3.2. sehingga dihasilkan peta baru yang berisikan informasi mengenai pola penutupan lahan yang meliputi ukuran, bentuk, komposisi, jumlah dan distribusi tapak-tapak di dalam lansekap. Sampel laba-laba diambil dari 20 titik pengambilan sampel (jarak antar titik adalah 100 meter) pada setiap lokasi penelitian dengan menggunakan dua alat, yaitu: perangkap jebak dan jaring ayun (Suana 2005). Perangkap jebak digunakan untuk menangkap laba-laba yang hidup di tanah. Pada setiap titik pengambilan sampel dipasang sebuah perangkap jebak yang terbuat dari gelas plastik bekas air mineral diisi dengan larutan air sabun, kemudian di tanam di tanah hingga mulut gelas rata dengan permukaan tanah. Perangkap dipertahankan tetap terpasang selama 1 x 24 jam. Jaring ayun dipakai untuk mengoleksi laba-laba yang hidup di tanaman padi atau vegetasi lainnya. Pada setiap titik pengambilan sampel dilakukan 20 kali ayunan jaring secara kontinyu. Sampel laba-laba yang diperoleh dikoleksi dalam botol film dan diawetkan dengan alkohol 70%, kemudian diidentifikasi di laboratorium. Pada ketiga lokasi penelitian juga dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui vegetasi bukantanaman (non-crop) yang terdapat di sekitar tanaman budidaya. Pengambilan sampel dilakukan pada lahan bera, kebun campur, tepian saluran irigasi, tepian sungai, tepian jalan dan pematang sawah, masingmasing 10 titik pada setiap lokasi penelitian, dengan metode kuadrat yang berukuran 1 m 2. Semua vegetasi yang terdapat dalam kuadrat dicatat nama spesiesnya dan dihitung jumlah individunya. Analisis data Keragaman struktur lansekap Keragaman struktur lansekap ditentukan dengan indeks keanekaragaman (H) (Kienast 1993) dengan formula sebagai berikut: m H = - (P k ) ln(p k ) k=1 P k = proporsi tipe penutupan lahan atau tapak ke-k terhadap total tipe penutupan lahan atau tapak m = jumlah tipe penutupan lahan atau tapak Semakin tinggi nilai H maka semakin beragam tipe penutupan lahan dan semakin banyak jumlah tipe penutupan lahan yang menyusun suatu lansekap. Dengan demikian semakin tinggi nilai H maka semakin beragam lansekap tersebut. Bila lansekap tersebut adalah sebuah lahan pertanian maka dapat diartikan bahwa pola tanam pada lansekap tersebut bersifat polikultur. Demikian pula sebaliknya semakin rendah nilai H maka semakin sederhana struktur lansekap tersebut atau pola tanamnya bersifat monokultur. Keanekaragaman laba-laba Keanekaragaman laba-laba menggunakan indeks keanekaragaman Shannon & Wiener (H') dihitung dengan program Ecological Methodology 2 nd Edition (Krebs 2000). ANOVA satu-arah (one-way ANOVA) dan uji Scheffe pada taraf kepercayaan 95% dipakai untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman laba-laba pada masing-masing lansekap. Analisis statistik menggunakan program SPSS for Windows 11.0 (SPSS 2001). Keanekaragaman vegetasi bukan-tanaman Vegetasi bukan-tanaman yang terdapat di luar habitat pertanaman padi ditentukan kerapatan, frekuensi dan indeks nilai pentingnya (Setiadi et al. 1989) dengan memakai persamaan sebagai berikut: Kerapatan Jml individu suatu jenis i Mutlak (i) = Jml total luas area petak contoh Frekuensi Mutlak (i) = Jml satuan petak contoh yang diduduki jenis i Jml petak contoh yang dibuat dalam analisis Indeks Nilai Penting (i) = Kerapatan Mutlak (i) + Frekuensi Mutlak (i)

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 147-152 149 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur Struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur terdiri atas empat tipe tapak utama yaitu: pertanaman padi, pertanaman sayuran, kebun campur di sekitar pemukiman, dan rerumputan di pinggiran sungai atau saluran irigasi. Padi yang ditanam terdiri atas beberapa varietas antara lain: Morneng dan Pandan Wangi yang merupakan varietas padi berumur panjang; IR64, Sari Wangi, Aqua dan Ciherang yang merupakan varietas padi berumur pendek. Sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Cianjur antara lain: bawang daun, caysin, wortel, cabe, kacang panjang, jagung dan ubi jalar. Tapak-tapak yang lain berupa kebun campur yang terdapat di pemukiman serta dekat areal persawahan. Selain itu terdapat juga sungai, saluran irigasi dan jalan yang menghubungkan pemukiman penduduk. Di pinggir-pinggir sungai, saluran irigasi dan jalan ditumbuhi vegetasi liar berupa rerumputan, semak dan pepohonan. Sebaran tapak-tapak pada ketiga lansekap tersaji pada Gambar 1. Lansekap di bagian hulu DAS Cianjur topografinya relatif curam sehingga sawah dibuat berteras. Padi yang ditanam umumnya varietas berumur panjang pada ketinggian 900 m. dpl. keatas, tetapi sebagian kecil pada persawahan di bagian bawah (ketinggian dibawah 900 m. dpl.) masih dijumpai varietas padi berumur pendek. Luas penutupan lahan oleh pertanaman padi mencapai 394368,57 m 2 atau 52,02%. Sisanya 47,98% merupakan tapak pertanaman sayuran dan kebun campur di sekitar pemukiman. Rumpun bambu banyak terdapat di bagian selatan dan timur lansekap yang topografinya sangat curam. Lansekap di bagian tengah DAS Cianjur mempunyai kekhasan tersendiri karena dilalui oleh dua buah sungai yang cukup besar serta beberapa saluran irigasi. Di pinggirpinggir sungai tersebut banyak ditumbuhi pohon-pohon besar. a b c Gambar 1. Struktur lansekap pertanian DAS Cianjur di bagian hulu (a), tengah (b), hilir (c).

150 Aplikasi Sistem Informasi..(I Wayan Suana & Yaherwandi) Penutupan lahan didominasi oleh pertanaman padi dengan luas area sekitar 627833,35 m 2 atau 80,60%. Sisanya merupakan tapak pertanaman sayuran dan kebun campur di sekitar pemukiman. Padi yang ditanam umumnya varietas yang berumur pendek, tetapi sebagian kecil masih dijumpai varietas yang berumur panjang. Sayuran yang ditanam terdiri atas jagung, ubi jalar, caysin dan cabe. Sawah pada bagian hilir DAS Cianjur berbentuk blok-blok dengan hamparan yang luas. Hal ini dimungkinkan karena topografinya yang relatif datar. Lansekap di bagian hilir didominasi oleh pertanaman padi dengan luas area sekitar 1197296,43 m 2 atau 84,86%. Tapak yang lain berupa kebun campur yang terdapat di sekitar pemukiman. Tidak dijumpai adanya tapak pertanaman sayuran seperti yang dijumpai pada kedua lansekap yang lain. Dengan memakai indeks keanekaragaman (H) terlihat bahwa struktur lansekap pertanian di bagian hulu DAS Cianjur paling beragam dengan H=3,186. Di bagian tengah dan hilir indeks keanekaragamannya berturut-turut 1,928 dan 1,500. Hal ini terjadi karena pola tanam di bagian hulu bersifat polikultur dan semakin ke hilir pola tanam bersifat monokultur. Keanekaragaman laba-laba Terdapat pengaruh nyata antara kompleksitas struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur terhadap keanekaragaman laba-laba (F 2,57 = 34.932 ; p = 0.000). Lansekap di bagian hulu memiliki keanekaragaman laba-laba tertinggi dan berbeda nyata dengan di bagian tengah (p = 0.008) serta di bagian hilir DAS Cianjur (p = 0.000) (Gambar 2). Keragaman Vegetasi bukan-tanaman Pada bagian hulu DAS Cianjur terdapat 52 spesies vegetasi bukan-tanaman yang termasuk ke dalam 22 familia. Sedangkan di bagian tengah dan hilir DAS Cianjur berturut-turut terdapat 47 spesies (22 familia) dan 42 spesies (22 familia). Beberapa spesies dominan yang terdapat pada bagian hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur, antara lain rumput berbunga dari famili Asteraceae (Ageratum conyzoides L., Galinsoga parviflora Cav. dan Spilanthes paniculata Wall. ex. DC). Vegetasi tersebut tumbuh di pinggir-pinggir saluran irigasi, sungai, jalan, pematang sawah dan lahan-lahan bera. Keanekaragaman spesies (H) 4.8 4.6 4.4 4.2 4.0 3.8 3.6 a b c 3.4 Hulu Tengah Hilir Lansekap Pertanian Gambar 2. Keanekaragaman laba-laba pada lansekap pertanian di DAS Cianjur yang dinyatakan dalam rata-rata ( ), ± galat baku (ٱ) dan ± 95% simpangan baku ( ). Jumlah sampel pada tiap-tiap lansekap pertanian adalah duapuluh. Huruf berbeda pada gambar yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (one-way ANOVA dan Scheffe tests pada taraf kepercayaan 95%).

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 147-152 151 Rizali et al. (2002), Shochat et al. (2004) serta Suana & Haryanto (2006) telah mempelajari hubungan antara kompleksitas struktur habitat dengan keanekaragaman spesies, dan menyimpulkan bahwa keanekaragaman spesies umumnya meningkat sejalan dengan meningkatnya keragaman struktur habitat. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa keanekaragaman laba-laba meningkat seiring dengan semakin kompleksnya struktur lansekap pertanian. Struktur lansekap yang kompleks dapat menyediakan beragam tipe habitat sehingga semakin banyak spesies dapat berkoeksistensi di dalamnya. Suana & Haryanto (2006) menemukan bahwa lansekap yang kompleks memicu keanekaragaman sumberdaya yang menjadi mangsa tambahan bagi predator. Kehadiran mangsa tambahan menjadikan populasi predator generalis, seperti laba-laba, terpelihara dalam kelimpahan yang tinggi. Selain karena pola tanam di bagian hulu DAS Cianjur bersifat polikultur, varietas padi yang ditanam juga turut menambah kompleksitas struktur habitat. Padi yang ditanam di bagian hulu DAS Cianjur umumnya adalah varietas berumur panjang yang memiliki habitus tinggi dan rumpunnya tidak terlalu rapat. Sedangkan di bagian tengah dan hilir DAS Cianjur varietas yang ditaman umumnya padi berumur pendek dengan habitus rendah serta pertumbuhan rumpunnya sangat rapat. Laba-laba pembuat jaring lebih menyukai rumpun padi yang tidak terlalu rapat karena tersedia cukup ruang untuk menempatkan jaring perangkapnya. Suana (2005) menyatakan bahwa, struktur fisik habitat menjadi pertimbangan pertama bagi laba-laba pembuat jaring untuk menginvasi suatu habitat, disamping faktor lain seperti ketersediaan mangsa pada habitat tersebut. Keberadaan vegetasi bukan-tanaman di sekitar tanaman budidaya juga turut menambah kompleksitas lansekap pertanian. Pertanaman padi yang terdapat vegetasi bukan-tanaman di sekitarnya mempunyai keanekaragaman arthropoda lebih tinggi dibandingkan dengan tidak ada vegetasi bukan-tanaman di sekitarnya (Rizali et al. 2002; Yaherwandi et al. 2005; Suana & Haryanto 2006). Hasil penelitian ini juga menunjukkan hal serupa, dimana lansekap pertanian di bagian hulu yang memiliki keanekaragaman vegetasi bukan-tanaman tertinggi juga memiliki keanekaragaman labalaba tertinggi. Beragam vegetasi bukantanaman tersebut menyediakan habitat sementara bagi laba-laba pada saat tanaman padi dipanen, dan dengan segera dapat melakukan rekolonisasi setelah tanaman padi ada di persawahan. Proses rekolonisasi bisa berjalan lambat apabila antara lahan persawahan letaknya jauh dari vegetasi bukantanaman, sehingga bila di sekitar lahan persawahan terdapat vegetasi bukan-tanaman akan mempercepat proses rekolonisasi (Hunter 2002, Opdam 2002). Selain sebagai habitat sementara, Hess & Fischer (2001) menyatakan bahwa vegetasi bukan-tanaman juga dapat berfungsi sebagai koridor penghubung yang menghubungkan antar habitat atau tapak. Labalaba yang menyebar melalui permukaan tanah, dapat memanfaatkan vegetasi di tepian saluran irigasi, tepian jalan atau pematang sawah untuk berpindah dari suatu habitat ke habitat yang lain. KESIMPULAN Struktur lansekap pertanian di DAS Cianjur terdiri atas empat tipe tapak utama yaitu: pertanaman padi, pertanaman sayuran, kebun campur dan rerumputan. Lansekap pertanian di bagian hulu DAS Cianjur memiliki struktur paling kompleks dibandingkan dengan di bagian tengah dan hilir, dimana kompleksitas struktur lansekap sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman laba-laba yang terdapat di dalamnya. Vegetasi bukan-tanaman yang tumbuh di pinggir-pinggir sungai, saluran irigasi, jalan, pematang sawah dan lahan bera dapat menjadi koridor penghubung dan habitat sementara apabila tanaman budidaya tidak terdapat di persawahan. DAFTAR PUSTAKA Arifin HS. Sakamoto K & Takeuchi K. 2001. Study of rural landscape structure based on its different bioclimatic conditions in middle part of Citarum Watershed, Cianjur District, West Java, Indonesia. Proceeding of the 1st Seminar Toward Harmonization between Development and Environmental Conservation in Biological Production. Tokyo 21 23 February 2001: 99 108. Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). 1999. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia. Jakarta. Barnes GT. 2003. Landscape ecology and ecosystems management. http://www.ca.uky.edu. [28 Januari 2008].

152 Aplikasi Sistem Informasi..(I Wayan Suana & Yaherwandi) Cook WM. Lane KT. Foster BL & Holt RD. 2002. Island theory, matrix effects and species richness patterns in habitat fragments. Ecol. Lett. 5: 619 623. [ESRI] Environmental System Research Institute. 1999. ArcView GIS 3.2. New York. Hess GR & Fischer RA. 2001. Communicating clearly about conservation corridors. Landscape and Urban Planing 55: 195 208. Hunter MD. 2002. Landscape structure, habitat fragmentation, and the ecology of insects, Agric. Forest Entomol., 4, Hal. 159 166. Kienast F. 1993. Analysis of historic landscape patterns with a Geographical Information System a methodological outline. Landscape Ecol. 8(2): 103 118. Krebs CJ. 2000. Programs for ecological methodology. Second Edition. Addison-Wesley. Menlo Park. Opdam P. 2002. Landeconet: the study of biodiversity in changing landscapes http://www.nmw.ac.uk/ite/econet/opdam.html. [20 Mei 2007]. Rizali A. Buchori D & Triwidodo H. 2002. Keanekaragaman serangga pada tepian hutanhutan persawahan: faktor indikator untuk kesehatan lingkungan. Hayati. 9 : 41 48. Saroinsong FB. 2002. Studi Alokasi Penggunaan Lahan untuk Optimasi Pelestarian Lingkungan dengan Integrasi Penggunaan Model Hidrologi, SIG, dan Penginderaan Jauh [Tesis]. IPB, Bogor. Setiadi D. Muhadiono I. & Yusron A. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. IPB. Bogor. Shochat E. Stefanov WL, Whitehouse MEA & Faeth SH. 2004. Urbanization and spider diversity: influences of human modification of habitat structure and productivity. Ecol. Appl. 14 (1): 268 280. SPSS. 2001. SPSS for Windows 11.0. Lead Tech, USA. Suana IW. 2005. Bioekologi laba-laba pada bentang alam pertanian di Cianjur: kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur, sub-sub DAS Citarum Tengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Disertasi]. IPB, Bogor. Suana IW. & Haryanto H. 2006. Keanekaragaman, ekologi dan potensi laba-laba sebagai salah satu agens pengendalian hayati hama padi. [Laporan Penelitian Fundamental DP2M DIKTI]. Unram, Mataram. Yaherwandi, Manuwoto S. Buchori D. Hidayat P. & Prasetyo L. 2005. Keanekaragaman hymenoptera parasitoid pada tumbuhan liar di sekitar pertanaman padi di DAS Cianjur. Prosiding Seminar BKS-Barat, September 2005.