BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH

dokumen-dokumen yang mirip
Bell s Palsy dan Manifestasinya pada Saraf Wajah. Viqtor Try Junianto / C2. Universitas Kristen Krida Wacana

BAB 3 PENURUNAN KESADARAN

Definisi Bell s palsy

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati

PARALISIS BELL. Pendahuluan

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

Bell s palsy. Dr Nurdjaman Nurimaba Sp.S(K) Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UNPAD - RSHS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELLS PALSY DEXTRA DENGAN

GEJALA DAN TANDA DINI STROKE. Harsono

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

NERVUS FASIALIS (N.VII)

LAPORAN KASUS POLI BELL S PALSY. Oleh : Ayu Rizky Andhiny S.Ked Pembimbing : dr. Setyawati Asih Putri, Sp.S. M.Kes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Bell s palsy adalah paralisis saraf fasial unilateral akut yang

Sistem Saraf Tepi (perifer)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

Pemeriksaan Neurologis : Fungsi Nervus Cranialis

BAB 4 PUSING BERPUTAR

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan. kemajuan teknologi saat ini, diharapkan dapat mewujudkan

Kecantikan Mata. Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER

BELL S PALSY. Terapi Akupuntur Untuk Penderita Bell s Palsy. Rido Maulana ( )

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSUD SALATIGA

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. Tic fasialis termasuk dalam golongan movement disorders yang secara karakteristik ditandai

Bab 10 NYERI. A. Tujuan pembelajaran

Herpes Zoster Oicus DEFINISI

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PERBEDAAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY

ANATOMI DAN FISIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

PEMERIKSAAN FISIK (PHYSICAL ASSESMENT) Ulfatul Latifah, SKM

SINDROMA GUILLAINBARRE

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL SPALSYDEXTRA

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

Disusun oleh: RUSTRIA IKA PURWANINGSIH J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Cara Membaca Bahasa Tubuh

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BELL S PALSY DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT FKG USU PERIODE DESEMBER 2014 JANUARI 2015

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELLS PALSY DEXTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan respon refleksnya digolongkan pada suatu skala tertentu. Refleks regang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

TUTORIAL KLINIK. : dr. Hj. Tri Wahyuliati, Sp.S, M.Kes Tanggal Periksa : 26 Desember 2015

BAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

Postherpetic Neuralgia Setelah Menderita Herpes Zoster Oris (Laporan Kasus)

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BELL S PALSY Impuls motoric yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuclear, dan infranuklear.

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2

FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE)

THT CHECKLIST PX.TELINGA

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ]

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdarahan dari saluaran genitelia diakhir kehamilan setelah usia gestasi 24

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

Aging and Cosmetic Enhancement

BAB III METODE PENELITIAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DEXTRA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY SINISTRA DI RSU AISYIYAH PONOROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

PROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL S PALSY DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB VII. Fungsi Indera Pengecap

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

BAB 5 KELUMPUHAN DAN GANGGUAN BERJALAN

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD SRAGEN

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

BELL S PALSY I. Pengertian II. Anatomi Perjalanan Nervus Facialis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

Sistem Saraf pada Manusia

TEMPLATE OSCE STATION

Transkripsi:

BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien Bell's kelumpuhan otot wajah. 1. Menerangkan mekanisme terjadinya kelumpuhan otot wajah. 2. Membedakan klasifikasi dan etiologi kelumpuhan otot wajah. 3. Mengidentifikasi tanda dan gejala kelumpuhan otot wajah. 4. Membedakan kelumpuhan otot wajah yang perifer dan yang sentral 5. Melaksanakan pemeriksaan neurologi pada pasien kelumpuhan otot wajah. 6. Merencanakan manajemen terapi pada pasien dengan kelumpuhan otot wajah. 7. Menentukan kapan kelumpuhan otot wajah dirujuk B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda 1. Dokter muda mampu melakukan pemeriksaan nervus fasialis 2. Dokter muda mampu membedakan parese nervus fasialis perifer dan sentral 3. Dokter muda mampu menjelaskan patofisiologi kelumpuhan otot wajah 4. Dokter muda merencanakan manejemen terapi pasien dengan kelumpuhan otot wajah 5. Pemeriksaan neurologis pada kelumpuhan otot wajah 6. Merencanakan terapi yang tepat pada pasien kelumpouhan otot wajah

C. Algoritme kasus (algoritme kasus) D. Daftar keterampilan (kognitif dan psikomotor) 1. Dokter muda mampu melakukan pemeriksaan nervus fasialis E. Penjabaran prosedur Pemeriksan Nervus VII (fasialis) : Pada pemeriksaan n.vii yang umum diperiksa adalah: - pemeriksaan motorik: inspeksi wajah yaitu pada kerutan dahi, kedipan mata, lipatan nasolabial, dan sudut mulut serta beberapa gerakan volunter dan involunter reflektorik - pemeriksaan vasomotor: misal lakrimasi - pemeriksaan sensorik: cita rasa (kecap) lidah. a. Kerutan kulit dahi - perhatikan kulit dahi pasien apakah tampak kerutan kulit dahi atau tidak - pada kelumpuhan n. VII perifer (hemifasialis), kerutan kulit dahi pada sisi sakit akan hilang - pada kelumpuhan n. VII sentral (hemifasialis), kerutan kulit dahi masih akan tampak. b. Kedipan mata - perhatikan apakah masih tampak kedipan mata - pada sisi yang lumpuh kedipan mata lambat, tidak gesit dan tidak kuat. Disebut Lagoftalmos - pada kelumpuhan sentral mata masih baik.

c. Lipatan nasolabial Lipatan nasolabial pada sisi yang lumpuh tampak mendatar. d. Sudut mulut Sudut mulut pada sisi yang lumpuh tampak lebih rendah. e. Mengerutkan dahi - pasien disuruh mengerutkan dahi unilateral dan bilateral. Pada kelumpuhan n. VII perifer pasien tidak mampu mengerutkan dahinya unilateral dan bilateral - pada kelumpuhan n. VII sentral pasien masih mampu mengerutkan dahinya. Dalam hal ini pemeriksa hendaknya melakukan palpasi antara kanan dan kiri dan bandingkan sisi mana yang terkuat, akan didapatkan perbedaan tonus. f. Mengerutkan alis Cara kerjanya sama dengan mengerutkan dahi. g. Menutup mata - pasien disuruh menutup mata - pada kelumpuhan perifer mata tidak dapat menutup - pada kelumpuhan sentral unilateral mata masih bisa menutup. Dalam hal ini pasien disuruh menutup mata kuat-kuat, kemudian pemeriksa mencoba membuka mata pasien yang sedang dipejamkan tersebut, akan didapatkan perbedaan tonus kanan - kiri. h. Meringis - pasien disuruh meringis - baik kelumpuhan sentral maupun perifer pada sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat. i. Bersiul - pasien disuruh bersiul - adanya kelumpuhan n. VII baik unilateral maupun bilateral menyebabkan pasien tidak dapat bersiul.

j. Tikfasialis (spasmus klonik fasialis) - adanya gerakan involunter di mana sudut mulut terangkat dan kelopak mata terpejam beberapa kali, berlebihan - tidak punya dasar organik, tetapi mungkin diduga adanya iritasi di gln. genikulatum. k. Lakrimasi - dapat dinilai dari anamnesis maupun observasi langsung - adanya paralisis fasialis perifer menyebabkan hiperlakrimasi, tampak nerocos. l. Daya kecap lidah 2/3 depan Diperlukan 4 rasa pokok: manis, asin, asam, pahit. Bahan rangsang sebaiknya cairan. - pasien diminta menjulurkan lidahnya keluar, satu persatu rasa diteteskan - penyebut tidak boleh menyebut rasa dengan bicara, melainkan dengan memberi kode berupa tulisan yang sudah disiapkan. Hal ini akan mencegah kacaunya identifikasi. m. Gerakan fasial reflektorik 1. Reflek visuopalpebra - ancaman colokan pada salah satu mata akan menimbulkan pejaman pada kedua mata - ini terjadi pada orang normal. 2. Reflek glabela - pada orang normal setiap kali glabela diketuk akan menyebabkan kedua mata berkedip - akan tetapi setelah berturut-turut diketuk (3-4 kali) kedipan mata tidak akan timbul lagi - sebaliknya pada orang dengan demensia, mata akan berkedip terus seiring dengan ketukan berturut-turut pada glabela itu.

3. Reflek aurikulopalpebra - ialah gerak reflek berupa mata, jika terdengar suara keras dan tak terduga - dapat dihasilkan melalui tepuk tangan yang keras dan tiba-tiba. 4. Tanda Myerson - pada orang normal ketukan pada pangkal hidung menyebabkan kedipan mata hanya sekali saja - pada penderita Parkinson menyebabkan kedipan yang gencar. 5. Tanda Chovstek - dengan palu atau ujung jari tangan, cabang-cabang n. fasialis di depan lubang telinga kita ketuk - tanda Chovstek positif bila timbul reflek berupa kontraksi otototot rasialis sebagai jawaban atas pengetukan pangkal cabangcabang n. fasialis - tanda Chovstek positif khas untuk tetani.