1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan satu sama lain sehingga akhirnya terwujud saling pengertian, kerja sama, dan sebagainya. Di dalam pemakaian bahasa manusia membutuhkan ragam bahasa, antara lain ragam bahasa lisan dan tulis. Ragam bahasa lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa tulis digunakan manusia melalui alat tulis. Ragam bahasa tulis ini erat kaitannya dengan media komunikasi massa, khususnya media cetak seperti majalah, surat kabar, tabloid dan lain-lain. Dalam media cetak tersebut berbagai informasi, baik yang bersifat mendidik, menghiburdanmempengaruhipembaca disampaikan melalui bahasa tulis. Contoh informasi yang bersifat mendidik ini bisa berbentuk artikel atau tajuk rencana, maupun berita. Contoh informasi yang bersifat menghibur ini bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita yang mengandung minat insani, dan kadang-kadang tajuk rencana. Dan contoh isi informasi yang bersifat mempengaruhi ini secara implisit biasanya terdapat pada tajuk rencana, opini, dan iklan. Sebagaimana disebutkan diatas salah satu media cetak yang berperan besar untuk menyampaikan berbagai informasi adalah majalah. Majalah adalah terbitan yang berisi berbagai liputan jurnalistik, pandangan topik aktual pembaca. 1
2 Penerbitannya dibedakan atas bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Menurut isinya, dibedakan atas rubrik berita, rubrik wanita, rubrik remaja, rubrik olahraga, rubrik sastra, dan rubrik ilmu pengetahuan tertentu. Majalah-majalah tersebut saling bersaing memperebutkan hati pembaca. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembaca, salah satunya melalui rubrik. Melalui rubrik, pembaca dapat memperoleh informasi yang berguna bagi kehidupan mereka. Salah satu rubrik tersebut adalah rubrik poblematika dalam majalah kartini. Dalam rubrik poblematika tersebut terdapat berbagai gaya bahasa, salah satunya eufemisme. Eufemisme merupakan gaya penghalus makna yang dimiliki oleh semua bahasa. Secara singkat eufemisme berarti pandai berbicara, berbicara baik (Dale, 1971 dalam Tarigan, 1985). Menurut Keraf (2006:132) eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapanungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan, atau menyugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan. Dalam berbagai situasi, eufemisme mampu membungkus makna dengan baik. Kehadirannya menunjukkan sikap sopan dalam berkomunikasi. Eufemisme bertujuan untuk memperlancar komunikasi, yakni pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan dan tabu. Eufemisme mampu membungkus segala sesuatu yang dianggap tidak baik sehingga menjadi baik. Penggunaan eufemisme tidak hanya ditemukan pada kata yang tabu, tetapi juga dijumpai pada bahasa yang digunakan oleh media masa. Ketika peneliti membaca rubrik poblematika, peneliti menemukan kalimat Anak pasangan A (50) dan L (54) ini dimakamkan di TPU Kapuk, dekat rumahnya
3 di Bekasi. Kalimat tersebut mengandung bentuk eufemisme. Bentuk eufemisme dimakamkan, pada kalimat di atas merupakan satuan gramatikal yang berbentuk kata. Bentuk eufemisme dimakamkan menggantikan bentuk kata dikuburkan. Pada kesempatan lain peneliti menemukan lagi kalimat Bayangkan, mungkin ada ibu hamil berdiri di bus umum, tapi anak muda cuek saja, membiarkan. Pada kalimat tersebut terdapat bentuk eufemisme, yaitu kata hamil. Bentuk eufemisme hamil pada kalimat di atas, merupakan satuan gramatikal yang berbentuk kata yangmenggantikan bentuk kata bunting yang berkonotasi kurang sopan untuk diungkapkan karena dapat menyinggung perasaan orang lain. Sekarang indikasinya bergeser menjadi berapa banyak pembantu yang dimiliki untuk mengurus seorang anak. Kata pembantu dalam kalimat di atas merupakan bentuk satuan gramatikal berupa kata yang mengandung eufemisme. Bentuk eufemisme pada kata pembantu ini menggantikan bentuk babu. Karena bentuk kata babu ini kurang sopan untuk diungkapkan maka perlu diganti dengan kata-kata yang lebih sopan. Peneliti menemukan lagi kalimat dengan sendirinya anak juga mengalami stres sementara kondisi emosinya masih labil. Kata stres yang terdapat pada kalimat diatas merupakan bentuk eufemisme satuan gramatikal yang berupa kata. Bentuk kata stres diatas menggantikan bentuk kata gangguan jiwa yang berkonotasi tidak pantas untuk diungkapkan karena dapat menyinggung perasaan orang lain. Setelah peneliti melihat fenomena-fenomena diatas peneliti berasumsi bahwa di dalam rubrik poblematika ini banyak kalimat yang kata-katanya mengandung eufemisme. Untuk membuktikan kebenaran asumsi peneliti itu, perlu dilakukan kajian secara empirik. Oleh karena itu, penelitian dengan judul Kajian Eufemisme dalam Rubrik Problematika pada Majalah Kartini Edisi Tahun 2013 perlu untuk dilakukan.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di dalam latar belakang, maka diperoleh rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk eufemisme dalam majalah kartini edisi tahun 2013 pada rubrik Problematika? 2. Konotasi apa saja yang bentuknya digantikan dengan bentuk eufemisme dalam majalah kartini edisi tahun 2013 pada rubrik Problematika? C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan bentuk eufemisme dalam majalah kartini edisi tahun 2013 pada rubrik Problematika. 2. Mendeskripsikan konotasi yang bentuknya digantikan dengan bentuk eufemisme dalam majalah kartini edisi tahun 2013 pada rubrik Problematika. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan materi di bidang semantik, khususnya eufemisme sebagai salah satu pertimbangan pemilihan gaya bahasa dalam berkomunikasi. Penelitian ini juga dapat di jadikan referensi untuk melakukan penelitian yang serupa bagi Mahasiswa yang akan melakukan penelitian. 2. Manfaat Praktis Bagi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia hasil penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan mengenai semantik, khususnya eufemisme dalam
5 rubrik problematika pada majalah kartini. Bagi para pembaca, pengamat, dan peneliti rubrik problematika majalah Kartini, hasil penelitian ini berguna untuk menambah informasi tentang permasalahan yang aktual.