BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

HUBUNGAN PROGRAM DESA SIAGA DENGAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI DESA KAWU KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun Pembangunan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB 1 PEDAHULUAN. Manusia (IPKM). Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN, SOSIAL EKONOMI DAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (PKD) DI KECAMATAN COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten dan kota. 2

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KADER POSYANDU BALITA DI DESA TANGGUNGPRIGEL KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK PADA PENYELENGGARAAN POLIKLINIK KESEHATAN DESA DI KABUPATEN BATANG TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MERANGIN NOMOR : 443/ /DINKES/2007 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa. Strategi yang ditetapkan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes, 2009). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 menyatakan bahwa untuk menggerakkan masyarakat dalam mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat dilakukan berbagai upaya, termasuk pengembangan Desa Siaga melalui Pos kesehatan desa (Poskesdes). Desa siaga adalah desa dengan penduduk yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri

2 (Depkes, 2007). Secara umum Desa Siaga bertujuan untuk mewujudkan masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Tatanan otonomi daerah mengembangkan sistem kesehatan kabupaten/kota yang merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan ditetapkan pula kegiatan minimal yang harus dilaksanakan sesuai yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota. SPM promosi kesehatan yang merupakan acuan kabupaten/kota adalah rumah tangga sehat (65%), ASI eksklusif (80%), desa dengan garam beryodium (90%), dan Posyandu Purnama (40%) (Dinkes, 2006). Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat. Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat, dan jabaran tersebut disebut paradigma sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan wujud nyata paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya (Depkes, 2006).

3 PHBS merupakan upaya menciptakan kondisi bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk membantu mengenali masalahnya sendiri agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. Dalam kebijakan menuju Indonesia sehat, menetapkan 3 kriteria utama pencapaian PHBS yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, serta pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga yang meliputi sasaran individu, keluarga, dan masyarakat (Dinkes, 2006). PHBS sangat penting dalam kehidupan dan dianjurkan oleh agama. Rasulullah bersabda dalam Hadist Riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman. Disebutkan pula dalam hadist Hadist Riwayat Tirmizi bahwa sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu (Sukini et. al, 2008). Hasil studi pendahuluan di desa Kawu Kedunggalar Ngawi adalah desa Kawu terdiri dari 6 dusun yaitu dusun Pilang, dusun Kawu, dusun Kliyangan, dusun Sooko, dusun Cangakan, dan dusun Wates. Menurut kepala desa, pelaksanaan desa siaga sudah dimulai sejak tahun 2007 hingga tahun 2012 ini masih berjalan aktif. Pelaksanaannya dikoordinir oleh seorang bidan desa dan dibantu oleh 67 kader. Program yang sedang

4 dijalankan antara lain adalah program PHBS, penanggulangan bencana, dan keluarga sadar gizi. Desa siaga terbentuk atas koordinator bidan dan dibantu oleh beberapa tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan bisa dari kecamatan, kabupaten, maupun propinsi. Mereka memberikan pelatihan kepada kader yang akan membantu dalam upaya terlaksananya desa siaga. Setelah dilakukan pelatihan, maka kader akan digerakkan untuk berinteraksi ke masyarakat dan memberikan informasi serta pelatihan agar masyarakat mandiri. Program PHBS merupakan salah satu program desa siaga yang akan dibahas dalam penelitian ini. Program yang sedang dijalankan di desa Kawu antara lain adalah kunjungan rumah oleh, pendidikan kesehatan, pemberantasan jentik nyamuk dan taman gizi untuk balita. Hasil wawancara terhadap 12 responden bahwa di masing-masing rumah sudah memiliki toilet, namun dua diantaranya terkadang masih mandi dan buang air besar (BAB) di sungai. Masyarakat yang rumahnya terletak di dekat sungai masih suka membuang sampah di sungai. Terdapat selokan di desa Kawu tapi jika hujan deras, air di beberapa selokan meluap karena saluran tertutup oleh sampah yang dibuang di sungai. Setiap bulan diadakan posyandu lansia dan posyandu balita, serta diadakan taman gizi setiap hari untuk balita.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan program desa siaga dengan sikap keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di desa Kawu kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan program desa siaga dengan sikap keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di desa Kawu kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan program desa siaga di Kawu kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. b. Mengetahui sikap keluarga di desa Kawu tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kawu kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. c. Menganalisis hubungan program desa siaga dengan sikap keluarga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di desa Kawu kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk masyarakat Menambah pengetahuan, perhatian, dan kepedulian keluarga dalam meningkatkan sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat

6 2. Manfaat untuk Profesi Keperawatan Menambah pengetahuan dan mampu membina kader serta memberikan asuhan keperawatan. 3. Manfaat untuk penelitian keperawatan Sebagai sumber informasi mengenai program desa siaga dan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengembangkan penelitianpenelitian terkait. E. Penelitian Terkait Penelitian yang dapat dijadikan acuan, antara lain adalah : 1. Azhar (2007) dengan judul Pelaksanaan Desa Siaga Percontohan di Cibatu, Purwakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif eksploratif dengan design studi kasus. Jumlah respondennya adalah 28 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan. Pengumpulan data diperoleh dengan focus group discussion dan wawancara mendalam kepada seluruh responden. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan penelitian noneksperimen menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di desa Kawu, kecamatan Kedunggalar, kabupaten Ngawi dengan populasi seluruh ibu rumah tangga desa Kawu dan jumlah sampel sebesar 91 ibu rumah tangga. Tehnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling, menggunakan instrumen kuesioner. 2. Patramanda (2010) dengan judul Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo.

7 Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Subyek penelitian merupakan situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku, dan aktifitas. Instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri dengan instrumen pendukung berupa pedoman wawancara, recorder, alat tulis, buku catatan, dan kamera. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di desa Kawu, kecamatan Kedunggalar, kabupaten Ngawi dengan populasi seluruh ibu rumah tangga desa Kawu dan jumlah sampel sebesar 91 ibu rumah tangga. Tehnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling, menggunakan instrumen kuesioner. 3. Sari (2009) dengan judul Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Merupakan penelitian survey dengan pendekatan explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat nelayan di Desa Bagan Kuala di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Beagai dengan sample 95 orang. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda dengan tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di desa Kawu, kecamatan Kedunggalar,

8 kabupaten Ngawi dengan populasi seluruh ibu rumah tangga desa Kawu dan jumlah sampel sebesar 91 ibu rumah tangga. Analisis yang digunakan adalah Spearman Rank.