TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

dokumen-dokumen yang mirip
TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan...

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Umum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

Peraturan...

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

X. GURU A. Dasar Hukum

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

KABIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL (Persfektif UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

- 5 - k. memfasilitasi

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

KEBIJAKAN PEMPROV BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KARIER PNS MELALUI JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN

2014, No

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

Peluang Jabatan Widyaiswara Utama Berkembang di Lembaga Diklat Pemerintah Daerah Oleh: Irwan Widyaiswara Muda BKPP Aceh

Dasar Hukum Jabatan Fungsional

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYESUAIAN/INPASSING JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

Transkripsi:

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA Oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Setiap organisasi profesi memiliki cara untuk menjaga tingkat kompetensi anggota organisasi profesinya. Sesuai dengan tugas pokoknya untuk mendidik, mengajar, dan melatih aparatur negara baik di tingkat pusat maupun daerah, widyaiswara juga dituntut untuk selalu mempertahankan dan bahkan meningkatkan kompetensinya. Salah satu cara yang ditempuh adalah adanya kewajiban pemenuhan angka kredit pemeliharaan bagi widyaiswara madya dan utama. Widyaiswara madya golongan IV/c yang sudah melewati masa kerja selama 5 tahun pada jenjang jabatannya tetapi belum dapat naik pada jenjang jabatan berikutnya karena satu dan lain hal diharuskan mengumpulkan angka kredit pemeliharaan sebanyak 20 per tahun dan didalamnya harus ada unsur Bagi widyaiswara utama golongan IV/d dan IV/e, setiap tahun diwajibkan untuk mengumpulkan angka kredit pemeliharaan sebanyak 25 dan didalamnya harus ada unsur kegiatan Beberapa permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penerapan pemenuhan angka kredit pemeliharaan adalah masih kurangnya pemahaman widyaiswara dan staf lembaga diklat terhadap peraturan tersebut dan belum adanya ketidakkonsistenan dalam penerapan aturan tersebut beserta konsekuensinya. Hal ini tentu akan menimbulkan ketidakpastian hukum dan dapat menimbulkan kerugian secara finansial bagi negara dan memberatkan bagi widyaiswara yang terkena aturan tersebut. Kata kunci: angka kredit pemeliharaan, widyaiswara madya, widyaiswara utama, dan pembebasan sementara. 1

1. Pendahuluan Dalam rangka mempertahankan kompetensi yang sudah dimiliki oleh widyaiswara pada jenjang pangkat dan jabatan tertentu maka diperlukan adanya persyaratan yang bersifat objektif dan terukur. Salah satu persyaratan yang diberlakukan untuk widyaiswara madya golongan IV/c dan widyaiswara utama golongan IV/d dan IV/e agar tetap dapat menduduki jabatannya diklasifikasikan sebagai angka kredit pemeliharaan. Bagi widyaiswara madya golongan IV/c yang belum dapat diangkat menjadi widyaiswara utama karena satu dan lain hal, setelah melewati masa lima tahun dalam pangkat dan jabatannya tersebut, yang bersangkutan diharuskan untuk mengumpulkan angka kredit pemeliharaan sebanyak 20 (termasuk di dalamnya harus ada unsur pengembangan profesi). Bagi widyaiswara utama, setiap tahun bahkan diharuskan untuk mengumpulkan angka kredit pemeliharaan sekurang-kurangnya 25 (didalamnya harus ada unsur pengembangan profesi). Ketentuan tentang pengumpulan angka kredit pemeliharaan ini, di satu sisi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mempertahankan kompetensi widyaiswara yang bersangkutan. Pada sisi lain, ketentuan ini juga dapat berdampak bagi kelangsungan karir widyaiswara yang bersangkutan. Alasannya, jika persyaratan pemenuhan angka kredit pemeliharaan tersebut tidak dipenuhi maka widyaiswara yang bersangkutan dikenakan ketentuan pembebasan sementara. Apabila setelah mencapai jangka waktu satu tahun widyaiswara yang bersangkutan tidak berhasil mengumpulkan angka kredit yang disyaratkan maka berlaku pemberhentian tetap bagi widyaiswara tersebut. Bagi widyaiswara yang berhasil mengumpulkan angka kredit pemeliharaan setelah masa pembebasan sementara berakhir, yang bersangkutan dapat diangkat kembali dalam jabatan widyaiswara dengan syarat berusia paling tinggi 2 (dua) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun sesuai jabatan terakhir yang didudukinya. Pemberlakuan ketentuan ini memerlukan perhatian yang serius dari para widyaiswara dan juga lembaga diklat yang menaungi widyaiswara yang bersangkutan. Berdasarkan pengamatan penulis, dalam beberapa kasus masih terdapat widyaiswara (yang terkena aturan tersebut) yang belum sepenuhnya mencermati ketentuan dimaksud. Di samping itu, kurangnya pemahaman staf pada lembaga diklat yang bertanggung jawab terhadap pembinaan jabatan fungsional widyaiswara terhadap ketentuan tersebut membuka peluang terjadinya ketidakkonsistenan dalam penerapan aturan tersebut. Tulisan ini dimaksudkan untuk mencermati ketentuan pemenuhan angka kredit pemeliharaan dan konsekuensinya bagi para widyaiswara yang terkena aturan tersebut dan usulan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. 2

2. Ketentuan yang Mendasari Pengumpulan Angka Kredit Pemeliharaan dan Konsekuensinya Peraturan yang terkait dengan pengumpulan angka kredit pemeliharaan bagi widyaiswara adalah sebagai berikut: a. Permenpan Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya: 1) Pasal 1 butir 14: Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Widyaiswara dalam rangka pembinaan karier jabatan dan kepangkatannya; Pasal 14 (1): Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d sampai dengan Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e setiap tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkatnya diwajibkan mengumpulkan paling rendah 25 (dua puluh lima) angka kredit dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat dan sub unsur Pasal 31 (2): Widyaiswara Utama, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap 1 (satu) tahun sejak menduduki jabatan/pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1). 2) Pasal 28 Untuk diangkat dalam jabatan Widyaiswara Utama di samping memenuhi angka kredit kumulatif yang disyaratkan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. tersedianya formasi jabatan Widyaiswara Utama; b. melakukan orasi ilmiah. 3) Pasal 29 ayat (1) dan (2): Pasal 29 (1) Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c yang telah memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi namun tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, penetapan angka kreditnya hanya akan digunakan untuk pemeliharaan dalam jabatan Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c. (2) Widyaiswara Madya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan mengumpulkan angka kredit setiap tahun paling rendah 20 (dua puluh) dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat serta sub unsur 3

4) Pasal 32 ayat (4): Pengangkatan kembali dalam jabatan Widyaiswara yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, dapat dilaksanakan apabila berusia paling tinggi 2 (dua) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun sesuai jabatan terakhir yang didudukinya. 5) Pasal 33: Widyaiswara diberhentikan dari jabatannya, apabila: a. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; b. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang disyaratkan; 6) Pasal 34 Pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dari jabatan Fungsional Widyaiswara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Pasal 32, dan Pasal 33, ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian pada instansi yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2010 dan Nomor 2 tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya: 1) Pasal 17 (1) Pasal 17 (1) Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c yang telah memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi namun tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), penetapan angka kreditnya hanya akan digunakan untuk pemeliharaan dalam jabatan Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c. (2) Widyaiswara Madya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan mengumpulkan angka kredit setiap tahun paling rendah 20 (dua puluh) dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat serta sub unsur 2) Pasal 27 (4) Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap 1 (satu) tahun tidak 4

dapat mengumpulkan angka kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2). (5) Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d dan Pembina Utama golongan ruang IV/e dibebaskan sementara dari jabatan apabila setiap tahun sejak menduduki jabatan/pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling rendah 25 (dua puluh lima) angka kredit dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat serta sub unsur 3) Pasal 30 (1) Widyaiswara diberhentikan dari jabatannya, apabila: b. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) sampai dengan ayat (5), tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan. c. Peraturan Kepala LAN Nomor 3 tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, 1) Halaman 21 huruf f.2) dan 3): Pembebasan Sementara adalah pelepasan sementara jabatan fungsional Widyaiswara dalam kurun waktu tertentu dan dapat diangkat kembali dalam jabatan fungsional Widyaiswara. Widyaiswara yang terkena pembebasan sementara tidak menerima tunjangan. Adapun pembebasan sementara sebagaimana dimaksud di atas antara lain disebabkan: a) Widyaiswara Madya Pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c yang terkena mekanisme pemeliharaan jabatan dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak memperoleh Penetapan Angka Kredit (PAK) dari Kepala LAN untuk dapat naik dalam jabatan Widyaiswara Utama Pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d, tidak dapat mengumpulkan angka kredit paling rendah 20 (dua puluh) dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat dan sub unsur b) Widyaiswara Utama Pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d sampai dengan Widyaiswara Utama Pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak menduduki pangkat dalam jabatan tersebut tidak dapat mengumpulkan angka kredit paling rendah 25 (dua puluh lima) dari sub unsur pengembangan dan pelaksanaan Diklat dan sub unsur 5

2) Halaman 24 huruf c, Penetapan Terhitung Mulai Tanggal (TMT) Pembebasan Sementara: Apabila memasuki satu tahun sejak memperoleh penetapan angka kredit bagi Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c yang telah memenuhi jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi namun tidak tersedianya formasi jabatan Widyaiswara Utama (pemeliharaan). 3) Halaman 26 huruf c, Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Widyaiswara dikenakan pada Widyaiswara antara lain apabila: Tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan dalam tenggang waktu 1 (satu) tahun setelah Pembebasan Sementara. 3. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Berdasarkan analisis penulis terhadap ketentuan tersebut, terdapat beberapa hal yang tidak diatur secara jelas, yaitu sebagai berikut: a. Tidak ada ketentuan yang mengatur secara jelas dan tegas mengenai proporsi atau jumlah angka kredit yang berasal dari pengembangan profesi yang diharuskan dalam angka kredit pemeliharaan, baik yang 20 maupun 25. Hal ini dapat diartikan bahwa berapapun unsur angka kredit yang berasal dari kegiatan pengembangan profesi tidak menjadi masalah. Dikaitkan dengan pemenuhan salah satu unsur kompetensi widyaiswara untuk mempertahankan pangkat dan jabatannya, semestinya diatur mengenai berapa proporsi angka kredit pengembangan profesi dalam pemenuhan angka kredit pemeliharaan tersebut. b. Persyaratan pemenuhan angka kredit pemeliharaan ini, di satu sisi dapat digunakan untuk memaksa widyaiswara untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kompetensinya. Akan tetapi, pada sisi lain, hal ini juga akan memberatkan bagi widyaiswara khususnya yang tidak dapat memenuhi persyaratan pemenuhan angka kredit tersebut. Bahkan, hal ini dapat menjadikan widyaiswara pensiun lebih dini dibandingkan dengan batas usia pensiun yang semestinya pada jenjang pangkat dan jabatannya. Dalam kondisi yang ekstrim, misalnya, jika semua usulan pengajuan angka kredit kegiatan pengembangan profesi tidak disetujui tanpa alasan yang jelas, hal ini semakin mempersulit posisi widyaiswara untuk tetap dapat berkarir pada profesinya. c. Ketidakcermatan staf lembaga diklat yang mempunyai fungsi melakukan pembinaan terhadap jabatan fungsional widyaiswara juga dapat berakibat fatal. Misalnya, tidak mengusulkan pemberhentian sementara atas widyaiswara yang tidak memenuhi persyaratan pemenuhan angka kredit 6

pemeliharaan bagi widyaiswara sesuai jenjang jabatan dan pangkatnya, meskipun telah direkomendasikan oleh lembaga yang berwenang menetapkan angka kredit bagi widyaiswara yang bersangkutan. Hal ini tentunya akan mengakibatkan kerugian secara finansial bagi negara yang terus membayarkan penghasilan widyaiswara tersebut, padahal, misalnya kalau ketentuan ini diterapkan dengan cermat, widyaiswara yang bersangkutan seharusnya dibebaskan sementara dari jabatan widyaiswara dan tidak dibayarkan tunjangan fungsionalnya atau bahkan sudah harus pensiun. Jika permasalahan ini ditemukan oleh lembaga pemeriksa eksternal, tentunya ada konsekuensi finansial yang harus diselesaikan oleh widyaiswara yang bersangkutan. Misalnya, berupa kelebihan pembayaran tunjangan fungsional bagi widyaiswara yang seharusnya dibebaskan sementara tersebut. Pada kasus lainnya, bagi widyaiswara yang seharusnya pensiun tetapi tidak dipensiunkan maka yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan penghasilan berupa gaji dan tunjangan yang diterima pada periode yang seharusnya sudah tidak diterimanya lagi. Berkaitan dengan analisis permasalahan yang diuraikan di atas, penulis mengusulkan beberapa alternatif solusi untuk lebih efektifnya penerapan ketentuan tentang angka kredit pemeliharaan bagi widyaiswara dengan pangkat dan jabatan yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut: a. Proporsi angka kredit yang berasal dari kegiatan pengembangan profesi sebagai bagian dari komponen angka kredit pemeliharaan ditetapkan secara jelas, bisa dalam bentuk angka atau persentase. b. Konsekuensi pembebasan sementara atas tidak tercapainya perolehan angka kredit pemeliharaan tidak lagi diberlakukan. Akan tetapi, ketentuan ini diganti dengan menyaratkan widyaiswara yang tidak memenuhi perolehan angka kredit pemeliharaan tersebut untuk mengikuti diklat penyegaran untuk mempertahankan kompetensi widyaiswara yang bersangkutan. Berdasarkan diklat tersebut, Lembaga Administrasi Negara dapat menerbitkan rekomendasi untuk kelanjutan karir widyaiswara yang bersangkutan. c. Mengikutsertakan staf pada lembaga diklat yang bertanggung jawab dalam pembinaan jabatan fungsional widyaiswara untuk mengikuti diklat yang berkaitan dengan pemahaman dan penerapan mengenai peraturan jabatan fungsional widyaiswara dan angka kreditnya. d. Melakukan penilaian terhadap usulan angka kredit widyaiswara secara transparan dan akuntabel. Permasalahan yang menjadi sebab tidak disetujuinya usulan angka kredit hendaknya disampaikan kepada widyaiswara yang terkait demi perbaikan pada pengusulan angka kredit periode berikutnya. e. Mengakomodasi aturan mengenai pemberian sanksi yang tegas kepada pimpinan dan staf lembaga diklat yang bertanggung jawab terhadap pembinaan jabatan fungsional widyaiswara jika terdapat bukti-bukti adanya 7

pembiaran ataupun pengabaian terhadap ketentuan yang diberlakukan untuk pembinaan widyaiswara. 8

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2010 dan Nomor 2 tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Peraturan Kepala LAN Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Widyaiswara. Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Tata Kerja dan Tata Cara Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara. 9