2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membantu peserta didik agar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi perkembangan Teknologi dan Informasi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Manusia tentunya diberi akal oleh Allah SWT. untuk berpikir, yakni tempat yang digunakan untuk mewadahi sejagad ilmu yang ada di dunia ini. Kehadiran potensi yang ada di dalam setiap manusia seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya karena itu merupakan suatu anugerah dari Allah SWT. Dengan demikian manusia mempunyai pembawaan sifat dan kedudukan secara alami yang membedakan dirinya dengan bawaan sifat makhuk lainnya (Rosdiana, 2011, hlm. 2) Selain mempunyai sifat individu, manusia juga sekaligus mempunyai sifat sosial dimana rasa tolong menolong dan kerjasama satu sama lain itu ada pada diri manusia. Segala aspek yang dimiliki oleh manusia seperti pembawaan dari lahir dan juga sifat secara alamiah menyatu dalam diri manusia yang begitu unik dan spesifik. Pembawaan alami manusia yang terdiri dari unsur rohani dan jasmani mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu ia penuhi. Pada dirinya ditanamkan berbagai pendorong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bermacammacam. Allah SWT melengkapi jasmani dan rohaninya dengan keberadaan daya. Semua daya yang dimiliki manusia jika ditumbuh kembangkan dengan prinsip keadilan dan keseimbangan, akan lahir akhlak dan budi pekerti mulia (al-akhlāq al-karīmaħ). Namun jika sebaliknya terjadi misalnya dengan ilmu dikembangkan secara tidak seimbang seperti kepintaran yang disertai kesombongan atau sama sekali teramat bodoh dan dungu merupakan akhlak yang jahat, sebaliknya hikmah arif bijaksana adalah akhlak mulia (Rosdiana, 2011, hlm. 2). Dalam berakhlak, manusia memiliki penggerak utama bagi kesadarannya. Saebani dan Hamid (2010, hlm. 25) menyebutkan: pembentukan akhlak manusia dalam kesadarannya ditopang oleh potensi akal atau rasio yang menggerakkan eleksitas perbuatan baik atau buruk. Kemudian, manusia pun memiliki potensi rasa melalui indra visual dan 1

2 kekuatan emosi dalam kekuatan jiwanya sehingga meningkatkan kemampuan intuisinya untuk mengadopsi sesuatu yang dinilai baik dan memberi manfaat. Dalam Undang-Undang, Pendidikan akhlak merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan nasional sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 bab 2 pasal 3 (2013, hlm. 5) yang berbunyi: tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melihat tujuan pendidikan nasional di atas, ternyata skala prioritas pendidikan adalah mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Namun pada kenyataannya akhlak remaja semakin diluar batas kewajaran. Sebagaimana yang dilansir media online okezone yang ditulis oleh Isnaini (2013) menyebutkan bahwa Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS PA) sepanjang tahun 2013, mencatat ada 255 kasus tawuran yang terjadi. Kasus tawuran pelajar ini meningkat dibandingkan tahun lalu yakni 147 kasus. Selain dari itu data dari BKKBN yang ditulis oleh Fitriani (2013) menyebutkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA melakukan seks bebas dan 21 Persen melakukan aborsi. Selanjutnya Hidayat (2013) menyebutkan persentase bentuk kenakalan perilaku seksual remaja yang terjadi di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut: membaca buku porno 33,3%, melihat gambar porno 16,7%, menonton film porno 23,3%, minum-minuman keras 16,7%, hubungan seks luar nikah 80%, menggugurkan kandungan 72,3%. Hasil data survey Departemen Kesehatan RI 2010 yang ditulis oleh Fitriani (2013) menyebutkan dari 15.210 penderita HIV/AIDS, 54 persen adalah remaja. Data di atas menunjukan bahwa belakangan ini terjadi dekadensi moral yakni penurunan nilai-nilai serta moral pada akhlak para remaja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum dengan nuansa keagamaan mutlak diperlukan untuk

3 mencetak generasi muda yang memiliki moralitas dan keimanan kepada Tuhan. Salah satu muatan materi yang bersifat wajib adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa muslim baik di sekolah yang berbasis keagamaan ataupun sekolah umum, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Sebagaimana yang tertera dalam Kurikulum PAI (Majid, 2012, hlm. 16) menyebutkan: Pada prinsipnya Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah menjadi tumpuan pembinaan dan perbaikan moral para siswa. Namun selama ini masih saja terdengar bahwa pendidikan agama masih cenderung pada perkembangan aspek kognitif dan psikomotirik saja, sedangkan aspek afektif dilupakan. Seharusnya pendidikan itu menyumbangkan tiga ranah tersebut agar para siswa dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela. Jika kita pehatikan kembali tujuan dari pendidikan nasional, maka seharusnya buah pendidikan tidak hanya menghasilkan manusia yang memiliki pengetahuan akademik saja, tetapi juga mengupayakan menghasilkan manusia yang mempunyai kepribadian religius yang mana dalam diri mereka terbina akhlak yang mulia sehingga dalam pergaulan sosial mereka terbina dengan baik. Untuk menciptakan pergaulan sosial yang baik, sekolah pastinya mempunyai suatu wadah atau kegiatan yang dapat membantu para siswa untuk mengaplikasikan berbagai pengetahuan secara optimal yang merupakan di luar jam kegiatan belajar mengajar dikelas. Syaidah (2010, hlm. 4) menjelaskan: Dalam dunia pendidikan, dikenal adanya dua kegiatan yang elementer, yaitu kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan pokok pendidikan dimana didalamnya terjadi proses belajar mengajar peserta didik dan guru untuk mendalami materi-materi

4 ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh peserta didik yakni diantaranya mata pelajaran PAI itu sendiri. Sedangkan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan pada kurikulum yang dijalankan. Sementara itu Suryosubroto (2002, hlm. 270) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa yang diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa. Mengenai posisi dari kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri Sya idah (2010, hlm. 15) menjelaskan: kegiatan ekstrakurikuler berada dibawah garis koordinasi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) yaitu organisasi kesiswaan yang berada di bawah naungan sekolah bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang dilakukan oleh ekstrakurikuler harus diketahui oleh OSIS agar dapat berkoordinasi dengan baik dan tidak bertentangan dengan visi dan misi sekolah. Adapun mengenai tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (dalam Suryosubroto, 2002, hlm. 272) diantaranya: kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor, Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif, dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Selanjutnya dalam jurnal yang ditulis oleh Fakhruddin (2009, hlm. 175) dipaparkan bahwa: kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk kegiatan individu atau kegiatan kelompok. Kegiatan individu adalah menyalurkan bakat siswa secara perorangan di sekolah dan masyarakat. Sedangkan kegiatan kelompok adalah untuk menampung kebutuhan dan bakat siswa secara bersama di sekolah dan masyarakat. Contohnya pramuka, paskibra, PMR, dan lain lain. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki kegiatan sentral dalam peningkatan kepribadian siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran pendidikan agama di sekolah.

5 Berbicara mengenai kegiatan ekstrakurikuler keagamaan itu sendiri, terdapat berbagai jenis kegiatan yang dimunculkan atas dasar kesepakatan antara pihak sekolah, orang tua, dan komite masalah. Sya'idah (2010, hal. 6) mengungkapkan beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah khususnya ektrakulikuler keagamaan diantaranya, baca tulis al Qur`ān (BTQ), tahfidz al Qur`ān, tilawah, khutbah, PHBI, pesantren kilat (sanlat), marawis, lomba keterampilan agama, dan lain sebagainya. Berbicara mengenai prestasi pendidikan formal seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), beberapa sekolah menengah atas khususnya daerah Bandung Raya yang mencakup wilayah kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat sudah menjadi sekolah yang favorit dengan sejumlah prestasi yang sudah diraih. Salah satu sekolah menengah atas favorit yang ada di Kabupaten Bandung Barat adalah SMA Negeri 1 Lembang. SMA Negeri 1 Lembang terletak di kabupaten bagian utara (sekarang Bandung Barat) Bandung tepatnya di Jalan Maribaya no.68. Sekolah ini merupakan sekolah favorit yang berada di daerah Lembang karena banyaknya prestasi yang diraih oleh sekolah tersebut baik dalam lomba antar sekolah maupun perwakilan para siswanya yang menjadi atlet (Dok. Penelitian). Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1 Lembang diantaranya adalah IKRISMA, Pramuka, Paskibra, PMR, Olahraga, Kesenian, dan masih banyak bidang yang lainnya. Ekstrakurikuler yang bersifat keagamaan adalah IKRISMA. ekstrakurikuler IKRISMA (Ikatan Keremajaan Islam Mesjid Alamanah) merupakan kegiatan yang dapat mengatasi ketimpangan kurangnya waktu materi Pendidikan Agama Islam di kelas. IKRISMA ini merupakan satusatunya ekstrakurikuler keagamaan yang ada di SMA Negeri 1 Lembang. Tujuan diadakannya IKRISMA ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dalam mengembangkan pola pikir dan sikap keberagaman siswa agar lebih baik lagi dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diberikan dalam kehidupan sehari-hari (Dok. Penelitian).

6 Sehubungan dengan akhlak dan ekstrakurikuler di atas, terdapat informasi kesenjangan antara apa yang harusnya terjadi dengan kenyataan yang ada di salah satu sekolah menengah di Kabupaten Bandung Barat yakni di SMA Negeri 1 Lembang. Terdapat beberapa penyimpangan yang terjadi di sekolah di luar jam kegiatan belajar mengajar diantaranya, ada perbedaan yang mencolok mengenai perilaku atau sikap antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan siswa yang tidak selanjutnya adanya kelompok kecil siswa yang mengikuti geng motor yang dinamakan Black Speed, dan terakhir masih adanya siswa yang melanggar aturan sekolah (Dok. Penelitian). Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh PAI dan juga kegiatan ekskurikuler terhadap akhlak. Pengaruh tersebut berkaitan antara PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak siswa. Maka peneliti tertarik membuat judul Pengaruh PAI dan kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan Akhlak Mulia Siswa (Studi deskriptif terhadap siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Lembang). B. Identifikasi Masalah Penelitian Pembelajaran PAI merupakan usaha untuk meningkatkan akhlak siswa di sekolah. Selain dari itu usaha sekolah untuk meningkatkan akhlak dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Hal ini terlihat jelas dari data lapangan yang menunjukan bahwa, 1. Adanya perbedaan yang mencolok terkait akhlak siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. 2. Adanya sekelompok pelajar yang mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilarang seperti geng motor. 3. Masih banyak siswa yang melanggar aturan sekolah.

7 C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan fokus permasalahannya. Secara umum, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pengaruh PAI dan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan Akhlak Mulia Siswa. Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana prestasi PAI siswa SMA Negeri 1 Lembang? 2. Bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMA Negeri 1 Lembang? 3. Bagaimana kualitas akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang? 4. Bagaimana pengaruh mata pelajaran PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pengaruh PAI dan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan kualitas akhlak mulia siswa. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui prestasi siswa pada mata pelajaran PAI. 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMA Negeri 1 Lembang. 3. Untuk mengetahui kualitas akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mata pelajaran PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang.

8 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa tambahan teori dan mengetahui tentang sejauhmana pengaruh PAI dan Ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan kualitas akhlak mulia siswa. 2. Manfaat Praktis Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan keluarga seperti: a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini di harapkan bisa memberikan gambaran kepada mereka mengenai sejauhmana kualitas yang mereka miliki selama mempelajari mata pelajaran PAI dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, agar mereka juga bisa memperbaiki kualitas akhlak mulia dengan lebih baik. b. Bagi Guru Agama Secara umum bagi guru agama bisa menjadikan hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi untuk memperhatikan kembali bagaimana saat membelajarkan mata pelajaran PAI dan juga membina kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dapat meningkatkan kualitas akhlak mulia siswa. c. Bagi Praktisi Pendidikan Khususnya bagi praktisi pendidikan agama Islam, sebagai informasi yang positif dalam rangka meningkatkan dan membentuk akhlak siswa. d. Bagi Peneliti Dalam rangka menambah wawasan dan keilmuan tentang pengaruh Pendidikan Agama Islam dan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan kualitas akhlak mulia siswa.

9 F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut: Bab pertama, merupakan sebuah pengantar dari penelitian yang berjudul pengaruh Pendidikan Agama Islam dan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap peningkatan kualitas akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang, yang menjelaskan latar belakang penelitian, Identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab kedua, merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka atau acuan yang digunakan penulis pada penelitian skripsi ini terdiri pembahasan mengenai Pendidikan Agama Islam, yang meliputi pengertian, tujuan, ruang lingkup, metode, dan juga evaluasi. Pembahasan mengenai Ekstrakurikuler, khususnya ekstrakurikuler keagamaan. Dan juga membahas tentang akhlak. Bab ketiga, membahas mengenai metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik penarikan sampel, pendekatan penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab keempat, membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian meliputi gambaran umum prestasi belajar PAI, gambaran umum kegiatan esktrakurikuler keagamaan dan gambaran umum akhlak mulia siswa. pembahasan meliputi pembahasan prestasi belajar PAI, pembahasan kegiatan ektrakurikuler keagamaan, pembahasan akhlak mulia siswa dan pembahasan pengaruh PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa. Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi simpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan rekomendasi.