BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

PERKEMBANGAN HUKUM MEDIA DI INDONESIA. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

BAB I PENDAHULUAN. memakan waktu tidak sebentar. Pers yang ada saat ini dimulai jauh sebelum pers

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA MASSA CETAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF YURIDIS

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM PIDANA PERS STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik tingkat kemajuan dan taraf berpikirnya dapat dicermati.

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah ditulis pada bab sebelumnya, maka. dapat diambil kesimpulan bahwa dalam hukum positif di Indonesia,

III. METODE PENELITIAN. sekali dalam mencari, menemukan dan menganalisa suatu masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB III METODE PENELITIAN

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PERS MENURUT UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 1999 DALAM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB II TINJAUAN UMUM PENGATURAN, PERTANGGUNG JAWABAN PERS, PENCEMARAN NAMA BAIK

METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan yuridis empiris. Untuk itu diperlukan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

III. METODE PENELITIAN. pendekatan yang dilakukan secara yuridis empiris dan yuridis normatif guna

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

III. METODE PENELITIAN. akan dipergunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

Oleh : Santi Kusumaharti NIM : E BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM DELIK PERS MENURUT KUHP 1 Oleh : Hosea Otorita 2

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

III. METODE PENELITIAN. dalam melakukan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. informasi-informasi, baik berupa berita maupun hiburan masyarakat. Pers di

BAB I PENDAHULUAN. profesi sebagai acuan, sama seperti hakim dan jaksa. karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang -

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016. Pangemanan, SH, MH; M.G. Nainggolan, SH, MH, DEA. 2. Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM,

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akses kepada keadilan (access to justice) dan kesamaan di

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di atasnya. Para fouding father ( pendiri bangsa) percaya dan menyakini,

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 1

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

PENTINGNYA DEKRIMINALISASI PERS DALAM RUU KUHP

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang baru saja selesai melalui fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers pada masa orde baru tidak jauh bedanya dengan kehidupan pers pada era demokrasi terpimpin (orde lama). Pers pada saat itu secara terang-terangan dibungkam, dan hanya dijadikan alat pemerintah. Manakala pers tidak sejalan dengan pemerintahan, maka surat izin penerbitan dicabut bahkan tidak segansegan dilakukan penangkapan terhadap pemimpin redaksi tersebut. Akibatnya, pers tidak berani menyiarkan fakta dan kritik Kebebasan pers baru dirasakan setelah pemerintahan orde baru tumbang dan masuk pada era reformasi. Setelah dimulainya era reformasi di Negara Indonesia, memberikan perlindungan konstitusional pada kebebasan pers, pada tanggal 18 Agustus 2000, sidang tahunan MPR menyelesaikan penambahan/perubahan tujuh bab baru dalam perubahan kedua UUD 1945 Pasal 28F, yang erat kaitannya dengan kebebasan informasi, menyatakan : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 1 Perangkat hukum lainnya adalah disahkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang pers, yang menjamin kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga Negara, tidak dikenakannya penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum wartawan mempunyai hak tolak. 2 Kemudian Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyatakan bahwa : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, dan setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia. 3 1 Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen II, Pasal 28F. 2 Indonesia, Undang-Undang Replubik Indonesia tentang Pers, UU No. 40 Tahun 1999, Pasal 4. 3 Indonesia, Undang-Undang Replubik Indonesia tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 Tahun 1999, Pasal 14.

Pengaruh pers dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat, sebagai berikut: 4 1. Pers dapat mempengaruhi pola pikir, pola tingkah laku, pola hidup masyarakat dalam kehidupannya bermasyarakat. 2. Pers dapat mempengaruhi masyarakat di dalam pembentukan pendapat umum, sesuai dengan kehendak penulisnya. 3. Pers dapat mempengaruhi agar secara sadar atau tidak sadar, masyarakat menerima pikiran-pikiran yang disampaikan penulis, dan membawa masyarakat ke arah yang diinginkan. Mengacu pada dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebebasan pers, maka untuk mengantisipasinya ditumbuhkan paham baru yang menyatakan, bahwa kebebasan pers tersebut haruslah disertai tanggung jawab. Dalam konsep mengenai pers yang bebas dan bertanggung jawab, terjadi penumbuhan teori pers baru mengenai tanggung jawab social, maka khususnya pengertian mengenai pers yang bertanggung jawab lebih ditujukan pada etik jurnalistik. 5 Dalam tata cara penyajian berita secara universal diatur dalam kaidahkaidah penulisan yang menjadi dasar panduan jurnalisme bagi wartawan. Sebagai salah satu contoh adalah ketika sebuah pemberitaan yang ternyata 4 Jacob Rahim, Jaminan Kebebasan dan Perlindungan bagi Wartawan. (Makalah tanggal 23 Maret 1985, tanpa halaman. 5 Omar Seno Adjie, Perkembangan Delik Pers di Indonesia, Cet. 1,(Jakarta: Erlangga, 1990), hlm. 5.

menyinggung salah satu pihak, asalkan telah memuat tanggapan dari kedua belah pihak, maka berita tersebut dianggap telah memenuhi kaidah jurnalistik. Salah satu jenis pembatasan dari kebebasan pers adalah hak-hak, kehormatan, dan nama baik. Bentuk pelanggaran terhadap pembatasan ini dapat berupa pencemaran nama baik. Wartawan sebagaimana profesi yang setara advokat dan dokter, maka ia tunduk pada kode etik profesinya. Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pers Indonesia, Wartawan memiliki dan menaati kode etik jurnalistik. 6 Jika dalam suatu pemberitaan di media massa, ternyata disajikan berita yang tidak semestinya (peristiwa tidak terjadi sebagaimana yang diberitakan) dan berita tersebut menyinggung orang yang menjadi objek berita, maka pihak yang dirugikan dapat mengadakan hal tersebut atas dasar pencemaran nama baik. Tindak pencemaran nama baik, yang dilakukan oleh pers, dalam Hukum Indonesia diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 310 ayat (2). 6 Indonesia, Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang PersOp. Cit. Pasal 7 ayat (2).

B. Pokok Permasalahan Berdasarkan gambaran umum yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Undang-Undang Pers dan KUHP mengatur tentang perbuatan pencemaran nama baik? 2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku baik menurut KUHP maupun Undang-Undang Pers? C. Tujuan Penulisan Permasalahan di atas akan menjadi menarik untuk dibahas, mengingat pentinganya peran kebebasan pers. Namun di sisi lain terdapat prinsip-prinsip hukum yang melindungi kehormatan dan nama baik seseorang. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan Undang-Undang Pers dan KUHP dalam kasus pencemaran nama baik. 2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku baik menurut KUHP maupun Undang-Undang Pers.

D. Kerangka Konseptual skripsi ini : Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam penulisan 1. Media Massa Media massa dalam Leksikon Komunikasi disebutkan sebagai Sarana penyampaian pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas, misalnya radio, televisi, surat kabar, dan film. 7 Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relative sangat banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio televisi, dan film yang ditayangkan digedung bioskop. 8 Dalam penulisan ini, yang relevan adalah media massa yang tergolong media massa cetak, yaitu surat kabar dan sejenisnya. 7 Harimurti Kridalaksana (ed.), Leksikon Komunikasi, (Jakarta: Pradaya Paramita, 1984), hlm. 59-60. 8 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm.217.

2. Pers Pers mengandung dua arti, yaitu: 1. Dalam pengertian umum, semua media komunikasi massa: surat kabar, majalah, bulletin kantor berita, radio, dan televisi, yang mengelola pemberitaan, dan 2. Dalam pengertian khusus media komunikasi massa cetak yang mengelola pemberitaan. 9 Dalam penulisan ini,yang relevan adalah pengertian kedua. Pers disini dalam pengertian khusus, yaitu media komunikasi massa cetak berupa surat kabar dan majalah. Sedangkan dalam Undang-Undang Pers disebutkan bahwa: Pers adalah lembaga social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. 10 9 Ibid. hlm.281. 10 Indonesia, Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers, Op. Cit., Pasal 1 ayat (1).

3. Delik Pers Departemen Kehakiman memberi definisi sebagai berikut: Dalam hukum pidana diatur perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang dipandang melanggar hukum, dan atas perbuatan atau tindakan tersebut diberikan sanksi pidana bagi pelakunya. Perbuatan atau tindakan melanggar hukum tersebut dinamakan perbuatan pidana, atau yang lebih umum dikenal dengan tindak pidana atau delik. Dan karena berkaitan dengan penerbitan surat kabar maka dinamakan dengan delik pers. Pengertian dari delik pers adalah: a. Ia harus dilakukan dengan barang cetakan. b. Perbuatan yang dipidana harus terdiri atas pernyataan pikiran atau perasaan. c. Dari rumusan delik harus ternyata bahwa publikasi merupakan syarat untuk menumbuhkan kejahatan. 11 Sedangkan menurut R. Soebjakto, pengertian delik pers adalah sebagaimana dijabarkan berikut: Delik itu sendiri adalah suatu perbuatan yang dapat dipidana, maka nampaknya delik pers itu adalah suatu perbuatan yang dilakukan atau dengan menggunakan pers. 12 11 Andi Hamzah, Delik-delik Pers di Indonesia, (Jakarta: Media Sarana, 1987), hlm.66-77. 12 R. Soebjakto, Delik Pers (Suatu Pengantar), (Jakarta: IndoHill, 1990), hlm. 1.

3. Pencemaran Nama Baik Oemar Seno Adjie mendefinisikan pencemaran nama baik sebagai, menyerang kehormatan atau nama baik 13 Pencemaran nama baik dikenal juga dengan nama penghinaan, yang pada dasarnya adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang, yang bukan dalam arti seksual, sehingga orang itu merasa dirugikan. 14 Salah satu bentuk dari pencemaran nama baik adalah pencemaran nama baik secara tertulis, yang didefinisikansebagai, dimana penghinaan itu dilakukan secara tertulis, dan dilakukan dengan menuduhkan sesuatu hal,.. 15 Sedangkan dalam KUHP, dipergunakan kata penghinaan sebagai judul Bab XVI Buku II, sedangkan secara tertulis dipergunakan kata menista dengan tulisan atau menista secara tertulis. 16 Dalam penulisan ini yang relevan adalah bentuk pencemaran nama baik secara tertulis. 13 Oemar Seno Adjie, Op. Cit., hlm. 36. 14 Wina Armada, Wajah Hukum Pidana Pers, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1989), hlm. 52. 15 Oemar Seno Adjie, Op. Cit. 16 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, (Jakarta: Raja Grafndo, 1997). Hlm. 17.

E. Metode Penelitian Penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normative. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. 17 Data sekunder yang dipergunakan terdiri dari: 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang isinya mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat. Bahan yang digunakan berupa Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen II, KUHP, Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun 1999. 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang isinya menjelaskan mengenai bahan hukum primer, spserti: hasil-hasil penelitian dan hasil karya kalangan hukum dan lain sebagainya. 17 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cet. III, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998, hlm. 11.

3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti: kamus, ensiklopedia, dan indeks kumulatif. 18 Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini ialah metode analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. 19 F. Sistematika Penulisan Untuk mendapat gambaran secara singkat namun jelas dan untuk memudahkan dalam mengikuti pembahasan materi skripsi ini penulis menyusun dalam dalam 5 (lima) bab dengan perincian sebagai berikut: BAB I :PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penulisan, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan. 18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI Perss), 1986, hlm. 52. 19 Ronny Hanitijo Soemitro, Op., Cit., hlm. 116.

BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DAN MEDIA CETAK Pada bab ini merupakan tinjauan secara umum mengenai tindak pidana pencemaran nama baik, media massa yang meliputi tindak pidana pencemaran nama baik yaitu pengertian tindak pidana pencemaran nama baik, unsur tindak pidana pencemaran nama baik, pembuktian tindak pidana pencemaran nama baik dan penanganan tindak pidana pencemaran nama baik. Media massa, yang meliputi pengertian media massa dan macam-macam media massa. BAB III :PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK OLEH MEDIA CETAK. Pada bab ini mengenai pertanggungjawaban tindak pidana pencemaran nama baik oleh media massa cetak meliputi pertanggungjawaban menurut KUHP, Pertanggungjawaban menurut Undang-Undang Pokok Pers, tata cara pemberitaan, penggunaan kode etik jurnalistik, penggunaanhak jawab, penggunaan hak tolak

BAB IV : ANALISIS Pada bab ini diuraikan mengenai analisis kasus yang meliputi uraian kasus dan analisis kasus. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yaitu penutup dari skripsi ini yang memberikan kesimpulan disertai dengan saran-saran.