IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan internasional. Pergeseran pariwisata dari mass tourism ke

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pasar modal semakin banyak mendapat perhatian, baik

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA FENOMENA ALAM BLEDUG KUWU DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

Hotel Resort Bintang 3 di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Penekanan Desain pada Arsitektur Hemat Energi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

HOTEL WISATA PEGUNUNGAN DI KAWASAN WISATA BATURADEN

I. PENDAHULUAN. perkebunan, kelautan dan perikanan, serta pertambangan Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, pasar modal tidak lepas dari pengaruh lingkungan, terutama

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat

HOTEL RESORT BINTANG DUA DAN PUSAT KEBUGARAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN #Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata#

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sektor andalan dalam pembangunan Indonesia dan pembangunan daerah

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata dewasa ini merupakan industri yang paling kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Transkripsi:

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D 301 542 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAKSI Kawasan Wisata Baturaden merupakan kawasan wisata unggulan Kabupaten Banyumas yang cukup potensial. Krisis nasional pada tahun 1997/1998, juga berbagai teror bom (tahun 2002-2004) yang berakibat dikeluarkannya travel warning oleh beberapa negara berdampak juga kepada kegiatan industri pariwisata di Kawasan Wisata Baturaden. Dari lima obyek wisata yang ada di Baturaden, tidak semua mengalami perkembangan yang sama. Terjadi ketimpangan jumlah pengunjung antara obyek wisata Lokawisata dengan obyek-obyek wisata yang lainnya. Selain itu jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga mengalami penurunan selama sepuluh tahun terakhir yang berakibat pada menurunnya aktifitas industri pariwisata di Kawasan Wisata Baturaden. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka studi ini bertujuan mengidentifikasi potensi obyek-obyek wisaya di Kawasan Wisata Baturaden untuk menentukan arahan pengembangan pariwisata, dengan sasaran studi meliputi : identifikasi obyek dan daya tarik wisata yang ada, identifikasi aspek supply dan aspek demand serta kesesuaian antara keduanya, mengetahui kecenderungan perkembangan obyek-obyek wisata, mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kawasan dan masing-masing obyek wisata, dan menentukan arahan pengembangan kawasan dan masing-masing obyek wisata. Tahapan analisis dalam penentuan arahan pengembangan dalam studi ini diawali dengan identifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada, identifikasi aspek supply dan aspek demand serta kesesuaian antara keduanya. Penilaian terhadap aspek supply dan aspek demand dilakukan untuk mengetahui kecenderungan perkembangan obyek-obyek wisata, sementara analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kawasan dan masing-masing obyek wisata dan berdasarkan matriks SWOT tersebut dihasilkan arahan pengembangan kawasan dan masing-masing obyek wisata. Hasil identifikasi kesesuaian aspek supply dan aspek demand bersama-sama dengan hasil analisis kecenderungan perkembangan dan hasil analisis SWOT digunakan untuk menentukan arahan pengembangan kawasan dan masing-masing obyek wisata. Hasil dari semua tahapan analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengembangan Kawasan Wisata Baturaden meliputi : (1) Penggalian budaya dan event tradisional yang dapat dijadikan sebagai atraksi atau menunjang promosi wisata, (2) Pengembangan atraksi wisata baru, seperti: agrowisata, pasar souvenir, desa wisata, dan atraksi budaya Banyumasan, (3) Mendorong masyarakat setempat untuk lebih terlibat diantaranya dengan menciptakan produk-produk souvenir khas, (4) Koordinasi antar pelaku pariwisata dalam kegiatan pariwisata dan pengembangannya, (5) Penetapan peraturan untuk antisipasi kerusakan alam, dan (6) Promosi yang lebih gencar dengan berbagai media. Sementara pengembangan masing-masing obyek wisata dapat dilakukan dengan : (1)Untuk obyek wisata Lokawisata dilakukan dengan menjaga dan merawat daya tarik yang sudah ada, meningkatkan kualitas sarana permainan yang ada, mengakomodasi kelompok seni tradisional yang telah sering tampil, melakukan penataan terhadap PKL, pembinaan terhadap para pedagang dan penyedia berbagai jasa, merawat kondisi jalan raya,menambah jumlah angkutan wisata, menerapkan sistem retribusi satu kali bayar, dan menambah berbagai jenis fasilitas: tempat parkir, shelter/bangku taman, toilet dan kamar mandi, mushola, dan tempat sampah. (2)Untuk obyek wisata Pancuran Tujuh dilakukan dengan: memperbaiki kerusakan Goa Sarabadak, tebing belerang lebih ditonjolkan, pijat refleksi lebih diwadahi, dibuat shelter-shelter semi permanen di sudut-sudut yang menghadap ke selatan, melakukan penataan terhadap PKL di dalam lokasi obyek wisata, menambah jumlah angkutan wisata, melebarkan jalan menuju lokasi dan memberi rambu-rambu jalan, dan fasilitas pendukung yang perlu ditambah adalah : shelter/bangku taman, toilet dan kamar mandi, dan mushola. (3)Untuk obyek wisata Pancuran Tiga dilakukan dengan : penataan tampilan fisik pancuran tiga, menyediakan tempat yang lebih representatif untuk pijat refleksi, menyediakan lebih banyak shelter-shelter semi permanen, memperjelas akses dari Lokawisata dengan memperbaiki jalan setapak dari Lokawisata, membuat retribusi bersama dengan Lokawisata, dan fasilitas yang perlu ditambah adalah : shelter/bangku taman, toilet dan kamar mandi. (4)Untuk obyek wisata Wanawisata dan Bumi Perkemahan dilakukan dengan : pengembangan jenis wisata adventure dan olahraga alam, pembatasan dan pengaturan pelaksanaan wisata jenis adventure dan olahraga alam, pemeliharaan dan pemanfaatan fasilitas yang telah ada, membuka rute Wanawisata-Bambangan terutama untuk para pendaki Gunung Slamet, menambah jumlah angkutan umum, dan fasilitas pendukung yang perlu ditambah : toilet dan kamar mandi dan mushola. (5)Untuk obyek wisata Telaga Sunyi dilakukan dengan : penataan fisik lokasi Telaga Sunyi, menambah daya tarik pendukung yang memungkinkan, mengembangkan wisata perjalanan atau kunjungan ke peternakan sapi, pemasangan rambu-rambu di jalan, pemasangan papan informasi di jalan menuju lokasi Telaga Sunyi, penyediaan trayek angkutan umum menuju Telaga Sunyi, menyediakan fasilitas pendukung yang dibutuhkan, yaitu toilet dan kamar mandi, mushola, tempat sampah, dan shelter/bangku taman.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pariwisata telah tumbuh menjadi aktifitas dunia yang penting dan signifikan. WTTC (World Travel and Tourism Council) mengumumkan bahwa pariwisata merupakan industri terbesar di dunia melampaui industri mobil, industri elektronik dan industri pertanian. Pada tahun 1994 pengeluaran kotor untuk barang dan jasa dari industri global itu mencapai 3,4 triliun dolar. Selama tahun yang sama 665 miliar dolar telah dibayarkan sebagai pajak oleh perusahaan, personel dan lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang pariwisata. WTTC juga memperkirakan bahwa pariwisata menciptakan lapangan kerja untuk 204 miliar laki-laki dan perempuan atau 1 diantara 9 lapangan kerja didunia. Selain itu pariwisata juga tercatat sebagai 11 % dari belanja konsumsi. Selama tahun 1991 industri pariwisata juga telah menginvestasikan 613 miliar dolar dalam modal baru yang merupakan 11,2 % investasi modal seluruh dunia (McIntos, 1995). Sementara itu kondisi pariwisata Indonesia sendiri dalam tujuh tahun terakhir mengalami banyak guncangan yang datang silih berganti. Setelah mengalami kondisi puncak pada tahun 1996, pada tahun 1997 pariwisata Indonesia mulai mengalami penurunan yang diakibatkan oleh gangguan asap akibat kebakaran hutan dan terutama terjadinya krisis nasional yang mengakibatkan terjadinya berbagai kerusuhan dan aksi demonstrasi sehingga keamanan nasional secara umum tidak kondusif untuk industri pariwisata (Suhandi dalam Sinar Harapan, Juni 2004). Setelah kondisi nasional mulai membaik dengan terpilihnya presiden Abdurrahman Wahid yang kemudian digantikan oleh Megawati, guncangan kembali datang dengan terjadinya peristiwa bom Bali pada Oktober 2002. Akibat dari bom Bali ini industri pariwisata terutama di Bali mengalami penurunan yang sangat drastis. Kunjungan wisatawan di Bali yang sebelum terjadinya ledakan mencapai 5.500 wisatawan perhari menurun menjadi hanya 800an perhari (Kompas, 2003). Ketika pariwisata Indonesia mulai kembali bangkit pada tahun 2003, teror bom kembali terjadi yaitu meledaknya bom di Hotel JW Marriot pada Agustus 2003 dan yang terakhir meledaknya bom di Kedutaan Australia di Kuningan pada September 2004. Walaupun kedua kasus bom terakhir tidak sebesar kasus bom Bali, dan efeknya terhadap pariwisata juga tidak sebesar efek bom Bali, tetapi efek negatif tetap terasa.

2 Beberapa negara yaitu Amerika, Australia dan Inggris mengeluarkan travel warning yang berisi peringatan bagi warga negaranya untuk tidak berkunjung ke Indonesia karena dinilai belum aman dari ancaman bom dan aksi terorisme. Walaupun banyak warga dari ketiga negara tersebut yang tetap berkunjung ke Indonesia, tetapi dikeluarkannya travel warning berpengaruh pada industri pariwisata secara umum, diantaranya adalah dibatalkannya sejumlah kunjungan wisatawan dari berbagai negara. Travel warning yang terakhir dikeluarkan Amerika, Australia dan Inggris sehubungan Natal dan Tahun Baru 2005 pada bulan Desember 2004 mengakibatkan sekitar 500 wisatawan asing membatalkan kunjungannya (Kapanlagi.com, Desember 2004). Sebagai negara yang berada di daerah tropis, Indonesia memiliki banyak potensi wisata berupa keindahan alam sebagai daya tarik wisata. Ada banyak daerah termasuk Jawa Tengah yang memiliki obyek wisata alam dengan keindahan alam sebagai daya tarik utamanya, misalnya Tawangmangu, Bandungan, Baturaden, dan lain-lain. Ada beberapa alasan mengapa keindahan alam menarik bagi wisatawan, diantaranya : wisatawan tertarik oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam terbuka, orang sering mengadakan perjalanan akhir pekan ke daerah dengan suasana pedesaan atau kehidupan di luar kota, banyak wisatawan yang mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, pemandangannya bagus dan terbuka luas, dan alam juga sering menjadi bahan studi untuk widya wisata (Soekadijo, 1996). Perencanaan dan pengelolaan pariwisata alam yang baik dan tepat akan membuat kawasan wisata alam tersebut berkembang, sehingga manfaat keberadaannya dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah, pengelola wisata, maupun penduduk setempat. Manfaat yang didapat selain manfaat ekonomi (menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan penduduk lokal, pemasukan bagi pemerintah daerah), juga manfaat lain berupa manfaat konservasi, seperti keberagaman mahluk hidup, perlindungan sumber air, filter polusi, dan lain-lain (Whelan, 1991). Kawasan Wisata Baturaden yang berada di Kabupaten Basnyumas merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang cukup potensial. Dari sebelas obyek wisata yang ada di Kabupaten Banyumas sebanyak lima obyek wisata berada di Kawasan Wisata Baturaden. Kawasan Wisata Baturaden menjadi kawasan wisata unggulan Kabupaten Banyumas yang banyak dikunjungi oleh masyarakat Kabupaten Banyumas sendiri maupun masyarakat di kabupaten-kabupaten sekitarnya. Baturaden telah dikenal sebagai kawasan

3 wisata dengan berbagai obyek wisata yang ada dan fasilitas pendukungnya yang cukup lengkap. Selain wisatawan regional, wisatawan mancanegara juga banyak yang berkunjung ke Baturaden, sehingga skala pelayanan selain regional juga internasional. Kawasan Baturaden berada di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m diatas permukaan laut, dengan suhu udara antara 18 Celcius - 25 Celcius. Kawasan Wisata Baturaden menyuguhkan keindahan alam pegunungan dengan beberapa pilihan obyek wisata berupa taman bermain (Lokawista Baturaden dan Kaloka Widyamandala), air terjun (Lokawisata), telaga atau danau (Telaga Sunyi), sumber air panas dalam bentuk pancuran (Pancuran Tiga dan Pancuran Tujuh), goa (Goa Sarabadak di Pancuran Tujuh), hutan tropis (Wanawisata), dan areal bumi perkemahan yang pada tahun 2000 yang lalu dijadikan sebagai tempat Jambore Nasional. Sebagaimana kondisi pariwisata Indonesia secara umum yang mengalami penurunan akibat krisis sosial politik dan ekonomi nasional pada tahun 1997-1998, isu terorisme global pasca peristiwa bom Bali Oktober 2002 dan dikeluarkannya travel warning oleh beberapa negara, industri pariwisata di Kawasan Wisata Baturaden juga terkena dampaknya. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah wisatawan mancanegara terus mengalami penurunan, termasuk didalamnya adalah penurunan yang cukup besar pada tahun 1998. Dari tahun 1998 sampai pada tahun 2003 tetap mengalami penurunan dan belum mampu menaikkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara. Berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung berdampak pada menurunnya tingkat hunian hotel, berkurangnya pemasukan restoran/rumah makan, tempat hiburan, dan pedagang souvenir, juga berkurangnya penghasilan para guide, sehingga berdampak pada berkurangnya aktifitas ekonomi secara umum di Kawasan Wisata Baturaden. Jumlah kunjungan wisatawan regional dan nasional yang cenderung stabil dan mengalami puncaknya pada tahun 1999-2000 karena pengaruh event Jambore Nasional tahun 2000 di Baturaden tidak sepenuhnya mampu menghidupkan dan membangkitkan industri wisata Baturaden, karena wisatawan regional merupakan jenis wisatawan one day tripper yang lama tinggal dan jumlah pengeluarannya terbatas. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan kondisi eksisting Kawasan Wisata Baturaden, maka dapat ditemukan beberapa permasalahan penting, yaitu :