BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Tejo Nurseto, M.Pd NIP FAKULTAS EKONOMI PENDIDIKAN EKONOMI YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT SUMARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. (Hans Daeng, 2009 :17). Andang Ismail menuturkan bahwa permainan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) formal yaitu Taman Kanak-kanak

Penerapan Pendekatan Resource Based Learning Pada Materi Energi Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Cendanapura

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB II TINJAUAN PUSTAK A DAN KAJIAN TEORI

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN LINGKARAN ANGKA DI TAMAN KANAK- KANAK QATRINNADA KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK A

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TEBAK BUNYI SUARA DI TAMAN KANAK-KANAK DHARMAWANITA AGAM Lusiana Srikartini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana hanya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

NURAINI RAHARJANTI A53B111047

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUATGARIS TEGAK, DATAR, MIRING, LENGKUNG DENGAN MENGGUNTING MELALUI

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN ANGKA DI RAUDHATUL ATHFAL AL MUTTAQIN KABUPATEN AGAM ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

PENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Lambang Bilangan 2.1.1 Pengertian dan Prinsip Lambang Bilangan Lambang bilangan adalah pengetahuan tentang bilangan dan merupakan bagian dari matematika, dengan mengemukakan beberapa pengertian matematika akan jelas bahwa matematika bukan hanya menekankan berhitung. Menurut bishop pada 1988 (dalam Runtukahu, 1996) mengatakan bahwa dalam setiap budaya bangsa terdapat enam kegiatan matematika secara umum yaitu menghitung, menempatkan, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan. Sehubungan dengan matematika yang berhubungan dengan budaya, menurut Barton pada tahun 1990 (dalam Runtukahu,1996 ) mendefinisikan matematika dalam tiga definisi :1. Matematika praktik; 2. Matematika teknik dan; 3. Matematika menurut padangan dunia. Ketiga tingkatan definisi ini tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya apa yang dikatagorikan dalam satu definisi ditentukan oleh konteks kebudayaan dan pengertian orang yang mengemukakannya.

8 Dalam matematika praktik, kegiatan-kegiatan matematika dapat dipandang sebagai praktik dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan yang dikemukakan oleh Bishop, matematika praktik merupakan kegiatan awal dalam proses pendidikan matematika disekolah, matematika teknik berhubungan dengan cara-cara dimana kegiatan matematika dikaitkan dengan aturan-aturan formal, matematika pandangan dunia didefinisikan dalam ranah kognitif dan linguistik dengan tingkatan-tingkatan abstraksi tertentu. ( J.Tombokan Runtukahu, 2014: 28). 2.1.2 Prinsip-Prinsip Lambang Bilangan Menurut Reys dkk (2002) mengemukakan prinsip-prinsip praktis pendekatan belajar kognitif dalam pembelajaran matematika. Prinsip-prinsip praktis yang dianjurkan tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan satu dengan yang lainnya yaitu : 1. Belajar lambang bilangan harus berarti bagi anak usia dini 2. Belajar lambang bilangan adalah proses perkembangan bagi anak agar lebih efektif dan efisien tidak dengan sendirinya karena membutuhkan cukup waktu dan perencanaan yang baik, guru memegang peranan penting dalam menyediakan lingkungan belajar yang kaya sesuai dengan perkembangan kognitif anak. 3. Lambang bilangan adalah pengetahuan yang sangat terstruktur oleh sebab itu pendekatan spiral dalam belajar matematika sangat cocok.

9 4. Anak aktif terlibat dalam belajar mengenal lambang bilangan, keterlibatan anak secara aktif dapat berupa keterlibatan fisik tetapi jangan lupa setiap kegiatan fisik tidak terlepas dari kegiatan mental, model-model ini adalah materi manipulatif, dimana anak dapat memegang, meraba, memindahkan dan menyusun sehingga menguasai sebuah konsep matematika. 5. Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan belajar, semua tingkatan belajar harus menggunakan kata-kata matematika karena matematika merupakan lambang bilangan atau simbol.(j.tombokan Runtukahu,2014 : 30) 2.1.3 Fungsi Lambang Bilangan Lambang bilangan berfungsi untuk memunculkan kembali konsep matematika yang ada dalam ingatan dalam diri anak karena akan membentuk persiapan untuk mengerti matematika khususnya tentang ruang, bentuk, aturan, waktu, jarak dan jumlah.(j.tombokan Runtukahu,2014 : 23). 2.1.4 Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut jean piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitifistik yang kuat, bahwa belajar sebenarnya terdiri dari 3 tahapan yakni asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru

10.equilibrasi adalah penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. ( Sofia Hartati, 2005 ) Pembelajaran yang berorentasi perkembangan berbeda dengan pembelajaran tradisional yang lebih di dominasi oleh peran guru. Perkembangan berbeda dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada materi, strategi, metode serta evaluasi yang didominasi oleh pihak guru sehingga pembelajaran bersifat kaku dan tidak menyenangkan.(masitoh, 2007:21) PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini dipikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dan tegang waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Secara garis besar gambaran PAIKEM adalah sebagai berikut : 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber

11 belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.http://machdans-modelmodelpembelajaran.blogspot.com) 2.1.5 Model-Model Permainan 2.1.5.1 Permainan Tradisional Bermain adalah suatu kegiatan yang bersifat volunter, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel. Menurut Rogers C.S dan Sawyers (Sofia Hartati, 2005: 85) Bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal, sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran pada anak usia dini. Permainan memberikan anak anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri atau bakat

12 dan untuk mengembangkan kreativitas. Motivasi bermain anak anak muncul dari dalam diri mereka sendiri, mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka untuk merasakan bahwa mereka mampu dan menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun hal hal yang baru. Batasan mengenai bermain menjadi penting untuk dipahami karena berfungsi sebagai parameter bagi kita, antara lain dalam menentukan sejauh mana aktifitas yang dilakukan anak bisa dikatagorikan dalam kegiatan bermain atau bukan bermain. Oleh karena itu kita hendaknya harus berhati hati dalam memberikan kegiatan bermain pada anak, karena bila kegiatannya lebih condong ke arah bekerja berarti hak anak untuk bermain sudah dirampas. Jika dapat disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan se pontan, dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan dan sebagian medium pertumbuhan. Menurut Gallahue (Sofia Hartati, 2005:85) bermain merupakan kebutuhan anak yang paling mendasar, saat anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya, melalui bermainlah ia lakukan dan se pontan yang dilakukan seorang anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif, serta

dengan menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya. 13 2.1.5.2 Pengertian Permainan Tradisional Menurut James Danandjaja (1987) permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak adalah sudah tua usianya, tidak diketahui asal usulnya, siapa penciptanya, dan darimana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.(keen Achroni, 2012 : 45) Sebagai salah satu wujud yang diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, permainan tradisional memiliki berbagai kelebihan dan manfaat. Berbagai kelebihan dan manfaat dari permainan tradisional antara lain sebagai berikut : 1. Tidak memerlukan biaya untuk memainkannya 2. melatih kreatifitas anak dalam mengenal lambang bilangan

14 3. mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional pada anak 4. mendekatkan anak dalam mengenal bilangan 5. mengembangkan kemampuan motorik anak 6. sebagai media pembelajaran nilai-nilai 7. meningkatkan kemampuan kognitif anak 8. memberikan kegembiraan dan keceriaan 9. mengasah kepekaan seni anak Begitu banyak manfaat yang dapat dipetik anak-anak dari permainan tradisional. Melalui permainan tradisional, anak-anak mendapatkan kegembiraan dan berbagai keterampilan yang sangat berguna untuk kehidupannya kelak. ( Keen Achroni, 2012:46 ) 2.1.5.3 Permainan Kelereng Kelereng merupakan salah satu benda yang tidak dapat dipisahkan dari anak laki-laki. Hampir semua anak laki-laki memiliki mainan yang dalam bahasa jawa disebut neker atau gundu dalam bahasa betawi ini. Tidak banyak anak perempuan yang mengoleksi atau bermain kelereng, meski banyak anak bermain kelereng saat ini permainan kelereng tidaklah sepopuler dahulu terutama anak-anak di wilayah perkotaan. Sebenarnya kelereng merupakan jenis permainan yang usianya sudah sangat tua. Permaianan ini sudah dikenal sejak zaman mesir kuno tahun 3000 SM. Pada zaman itu kelereng terbuat

15 dari batu atau tanah liat. Sementara itu kelereng tertua koleksi the british museum di london berasal dari tahun 2000 sampai 1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di kereta pada situs minoan of petsofa. Saat ini umumnya kelereng dibuat dari kaca. ( Keen Achroni, 2012:91 ) Permaian kelerang dimainkan oleh minimal dua orang anak namun semakin banyak anak yang ikut bermain permainan akan semakin seru. Permainan kelereng dapat dilakukan di atas tanah, ubin, permukaan beraspal atau permukaan semen. a) Cara bermain kelereng sangat mudah yaitu sebagai berikut. 1. Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu dibuat gambar lingkaran lebar dengan menggunakan ranting jika di permukaan tanah dan menggunakan kapur jika di permukaan semen atau aspal. 2. Semua pemain meletakkan kelereng di dalam lingkaran. 3. Semua pemain berdiri di garis start. 4. Semua pemain melemparkan sebuah kelereng yang disebut dengan gacuk ( digunakan untuk membidik ) ke dalam lingkaran untuk mengeluarkan kelereng yang ada di dalam lingkaran, jika gacuk berhenti didalam lingkaran maka pemain dianggap mati.

16 5 Jika pada saat melempar gacuk para pemain tidak berhasil mengeluarkan kelerang dari dalam lingkaran, pemilik gacuk ynag posisinya paling dekat dengan lingkaran mendapat giliran pertama untuk bermain,yaitu membidik kelereng di dalam lingkaran dengan cara menyentil gacuknya. 6. Jika pemain berhasil mengeluarkan kelereng dari dalam lingkaran dengan lemparan gacuknya kelereng tersebut menjadi miliknya, kemudian pemain ini melanjutkan permainannya dengan membidik kelereng lain di dalam lingkaran dengan menggunakan gacuknya. Jika gacuknya berhasil mengenai kelereng lain dan kelereng keluar dari lingkaran maka kelereng tersebut menjadi miliknya. 7. Pemenang dari pemain ini adalah pemain yang berhasil medapatkan kelereng terbanyak. b) Manfaat bermain kelereng untuk anak antara lain sebagai berikut : 1. Memberi kegembiraan pada anak 2. Bermain kelereng anak dapat mengenal lambang bilangan 3. Melatih konsentrasi anak karena untuk dapat menembakkan kelereng dan menghitung kelereng dan mengenal lambang bilangan

17 4. Kegiatan dalam bermain kelereng seperti melempar, menyentil, dan mengambi posisi yang tepat untuk menyentil kelereng, bermanfaat untuk melatih motorik anak, baik motorik kasar maupun halus. 5. Membentuk semangat berkompetisi yang sehat pada anak anak 6. Mengembangkan kecerdasan sosial dan kemampuan komunikasi anak karena permainan ini dilakukan secara bersama-sama. bermanfaat untuk mengoptimalkan kecerdasan sosial anak. 7. Melatih kejujuran anak. Ketika bersama anak-anak saling mengawasi dan mengontrol agar permainan sesuai aturan serta pemain berlaku jujur. Hal ini dapat menjadi pembelajaran akan nilai nilai kejujuran bagi anak. (Keen Achroni, 2012 : 94) 2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relavan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh J.Tombokan Runtukahu (2014) meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan meleui bermain kelereng pada kelompok B Tk Anisa Metro Timur. Hasil observasi didapatkan telah terjadi peningkatan hasi belajar kemampuan mengenal lambang bilangan dan permaian kelereng pada anak anak. Pada siklus I dengan rata-rata 3,75% anak. Pada siklus II dengan rata-rata 3.95% anak. Pada siklus III terjadi peningkatan dalam mengenal lambang bilangan dengan rata-rata 40,1 atau sebanyak 97%. Hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa model permainan kelereng dapat meningkatakan mengenal lambang bilangan dengan baik dalam proses pembelajaran. 18 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Adapun kerangka pikir penelitian tindakan kelas ini adalah : KONDISI AWAL Guru /peneliti : belum memanfaatkan model permainan kelereng Anak yang diteliti kemampuan mengenal lambang bilangan TINDAKAN DI Kelas KONDISI AKHIR Memanfaatkan model permainan kelereng diharapkan melalui pemanfaatan permaianan kelereng dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan SIKLUS I memanfaatkan model permainan kelereng yang didemonstrasikan oleh guru anak melihat SIKLUS II Memanfaatkan model permainan kelereng yang didemonstrasikan guru,anak mengikuti dan mencoba tapi anak belum bisa mengkognitifkan secara urut SIKLUS III Memanfaatkan model permainan kelereng yang didemonstrasikan guru,siswa dapat bermain sendirinya dan anak dapat mengenal lambang bilangan dan dapat menulis bilangan secar berurutan. Gambar. Kerangka Pikir Penelitian.

19 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dirumuskan hipotesis tindakan yaitu apabila dalam permainan model kelereng serta memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada kelompok B Tk Anisa Metro.