BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hilda Maulany, 2013

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu potensi bagi sebuah negara dimana

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan yaitu implementasi, proses tersebut memerlukan kerjasama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:48) mempunyai predikat tradisional yang dapat diartikan segala yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan kerangka pola-pola bentuk maupun penerapan yang secara berulang. Kesenian dinyatakan termasuk kedalam seni tradisional jika unsur-unsur didalamnya mengandung tradisi atau adat istiadat yang turun-temurun (sudah ada sejak lama), serta mempunyai pakem atau aturan tertentu. Tradisi atau adat istiadat yang terkandung dalam sebuah kesenian tradisional biasanya disesuaikan dengan asal mula tempat lahirnya kesenian dan mencerminkan identitas mayarakat serta daerah penciptanya. Pakem atau aturan ditentukan agar sebuah kesenian tradisional menjadi baku dan terikat sehingga tetap terjaga keorisinilannya. Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:119) dapat juga diartikan dengan seni untuk tradisi. Dalam hal ini, dapat sisimpulkan bahwa penciptaan dan pertunjukan kesenian dilakukan untuk menguatkan tradisi. Kesenian dijadikan sebagai media pengungkapan suatu tradisi atau adat istiadat, penyebaran, pengenalan, dan pelestarian kepada masyarakat luas. Provinsi Jawa Barat memiliki jenis kesenian tradisional yang beraneka ragam bentuknya. Jenis kesenian yang berkembang merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, karena kesenian yang dimiliki adalah hasil dari penciptaan karya masyarakat setempat serta cerminan budaya yang menjadi kekhasan setiap daerah. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sedyawati (1981:56), bahwa dalam lingkungan adat dan kesepakatan yang turun temurun mengenai perilaku mempunyai wewenang yang amat besar untuk menentukan rebah bangkitnya kesenian. Kabupaten merupakan salah satu contoh daerah di Provinsi Jawa Barat dimana masyarakatnya memiliki keanekaragaman jenis kesenian tradisional. Kesenian tersebut dalam inspirasi penciptaannya tidak luput dari perilaku, adat dan budaya masyarakat penciptanya, diantaranya yaitu Seni 1

Bangreng, Seni Umbul, Tarawangsa, Upacara Seren Taun, Kuda Renggong, dan sebagainya. Kesenian-kesenian tersebut secara turun-temurun dilestarikan mulai dari silsilah keluarga (keturunan penciptanya) sampai berkembang luas diterapkan ke masyarakat umum hingga diantaranya bisa menjadi ikon atau ciri khas daripada kota, salah satunya yaitu kesenian Kuda Renggong. Kesenian kuda renggong merupakan seni pertunjukan atraksi beberapa kuda renggong atau kuda menari dengan dipandu oleh sang pawang kuda mengikuti iringan musik tanji, dimana kuda tersebut ditunggangi oleh anak khitan beserta keluarganya yang masih anak-anak. Berdasarkan literatur yang di unduh dari internet http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/kudarenggong/. Kesenian Kuda Renggong murni berasal dari kota tepatnya diciptakan oleh Alm. Sipan sekitar tahun 1910 di Kecamatan Buah Dua, Kabupaten. Pertunjukan kesenian kuda renggong biasanya diadakan sebagai hiburan pada hajatan sunatan atau khitanan anak untuk menghibur anak yang merasa sakit paska dikhitan. Adapun struktur pertunjukan Kuda Renggong biasanya diawali dengan pemanasan yaitu kuda berjalan mengelilingi balandongan atau pekarangan rumah hajat, lalu anak khitan dan anak-anak sekerabatnya menaiki kuda renggong dimana kuda tersebut mulai berjoget diiringi musik tanji, dimana kuda tersebut masih berjalan mengelilingi balandongan yang telah disediakan. Kemudian arakarakan pun dilaksanakan, biasanya menyusuri jalan di sekitar desa. Setelah itu, dilanjutkan ke acara saweran anak khitan yang kemudian diakhiri dengan atraksi kuda silat. Pertunjukan kesenian Kuda Renggong bagi masyarakat memiliki peranan yang sangat bermanfaat, diantaranya memberikan lapangan pekerjaan, memberikan keterampilan tambahan melalui sanggar-sanggar kesenian kuda renggong yang melatih anggota-anggotanya, serta melestarikan kearifan budaya lokal. Dalam perkembangannya sekarang, selain atraksi kuda menari, pada pertunjukan kuda renggong terdapat pula atraksi kuda silat sehingga kesenian kuda renggong memiliki tiga unsur seni yaitu seni tari, seni musik, dan seni rupa. 2

Atraksi kuda silat pada pertunjukan kuda renggong berupa atraksi kuda bertarung melawan manusia ( pawang kuda atau penari) dengan gerakan-gerakan pencak silat sebagai gerak dasarnya. Keunikan yang terdapat dalam atraksi kuda silat ini adalah gerakan ibingan silat dirubah menjadi gerak untuk bertarung melawan kuda oleh sang penari atau pawang. Pada umunya, pencak silat adalah gerakan yang digunakan untuk bertarung melawan manusia bukan hewan atau sebagai ibingan silat. Namun dalam atraksi kuda silat, sang pawang atau penari harus ahli dalam memoles gerakan pencak silat menjadi media untuk bertarung melawan hewan dengan tetap membawa nilai estetis tari dimana dalam setiap pertunjukan, pawang atau penari tidak dapat menduga gerakan tambahan atau spontanitas dari kuda yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, tidak semua penari pencak silat mampu menampilkan atraksi kuda silat tersebut karena harus mengalami beberapa proses latihan yang berbeda. Hal inilah yang menambah nilai estetis dan daya tarik dalam pertunjukan atraksi kuda silat, serta menjadi faktor pendorong peneliti untuk menjadikan pertunjukan atraksi kuda silat sebagai objek penelitian. Dalam upaya merealisasikan ketertarikan peneliti mengenai pertunjukan atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong di, peneliti memilih salah satu sanggar kesenian kuda renggong yang ada di yaitu Grup Dinnar Kelana Jaya dimana grup tersebut merupakan salah satu grup kuda renggong yang paling buhun dan terkenal di Kabupaten. Grup Dinnar Kelana Jaya juga merupakan salah satu pencetus terbentuknya atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong. Keunikan-keunikan yang terdapat dalam kesenian kuda renggong khususnya pada atraksi kuda silat, menimbulkan pertanyaan dari peneliti yaitu tentang bagaimana penari atau pawang kuda bisa menyajikan gerak dasar pencak silat bersama kuda renggong? Karena tidak semua penari ibing pencak silat mampu dan bisa menjadi penari kuda silat. Hal tersebut terbukti dengan adanya komunitas sanggar pelatihan ibing pencak silat yang cenderung melatih ibing pencak silat dengan tujuan hanya mampu menampilkan pertunjukan seni ibing pencak atau demonstrasi (pertarungan manusia dengan manusia) seperti pada umunya (di sanggar atau padepokan pencak silat yang ada di Indonesia), tidak 3

dengan mengaplikasikan serta menyajikan ibing pencak dengan kuda renggong sekaligus ahli dalam mengendalikan kuda renggong sebagai esensi lain yang terkandung dalam ilmu pencak silat. Adapun untuk menjadi penari dalam atraksi kuda silat, penari tidak hanya mampu dan menguasai gerak dasar pencak silat serta ibingan-ibingan atau jurus pencak silat saja, akan tetapi penari harus memiliki keterampillan atau keahlian khusus untuk mengaplikasikan gerak pencak silat dengan kuda renggong. Oleh karena itu, munculah gagasan untuk mengadakan pengalihan kemampuan atau pewarisan ilmu untuk menjadi penari kuda silat dari guru (seorang ahli atau pawang kuda silat) kepada muridnya. Atas dasar itulah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih spesifik terhadap bagaimana proses pelatihan penari kuda silat dengan tujuan dapat ikut serta mentransmisikan salah satu khasanah kebudayaan Kabupaten melalui penelitian yang mendeskripsikan tentang proses pelatihan tersebut. Selain alasan tersebut, penelitian tentang pelatihan penari kuda silat ini mempunyai peranan penting bagi masyarakat umum khususnya daerah, bahwa ada esensi lain dalam ibing pencak silat yang mempunyai hubungan dengan salah satu budaya khas kota yaitu atraksi kuda silat berupa keahlian sebagai penari kuda silat yang patut dipelajari baik untuk pengetahuan, pengalaman, atau pewarisan kepada generasi penerus. Serta sebagai sarana untuk mentransmisikan atraksi kuda silat, sehingga hasilannya dapat diharapkan para pendekar pencak silat di Kabupaten juga mampu menjadi penari dalam atraksi kuda silat. Maka dari itu peneliti merumuskannya kedalam judul skripsi PELATIHAN PENARI PADA KESENIAN KUDA RENGGONG GRUP DINNAR KELANA JAYA DI KABUPATEN SUMEDANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka fokus penelitian yang akan dilakukan dirumuskan kedalam rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pelatihan menjadi penari dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten? 4

2. Apa saja syarat yang harus dimiliki penari dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten? 3. Bagaimana interaksi antara penari dengan kuda renggong dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang jelas merupakan kebermaknaan suatu pekerjaan, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang berarti, dari pernyataan di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses pelatihan menjadi penari dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten. 2. Untuk mengetahui syarat yang harus dimiliki penari dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten. 3. Untuk mengetahui interaksi antara penari dengan kuda renggong dalam atraksi kuda silat pada kesenian Kuda Renggong Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk memahami salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yaitu atraksi kuda silat pada kesenian kuda renggong grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten. Serta mengetahui salah satu metode pelestariannya melalui proses pelatihan penari kuda silat dan mendeskripsikannya menjadi sebuah karya tulis ilmiah. Selain itu, melalui penelitian ini di harapkan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap kearifan budaya lokal dan menstimulasi untuk berperan serta dalam pelestariannya 5

baik secara langsung (terjun ke dalam pertunjukan) maupun tidak langsung (sebagai apresiator). 2. Bagi Kesenian Kuda Renggong GrupDinnar Kelana Jaya Hasil penelitian ini diharapkan menjadi catatan penting tentang proses pelatihan penari kuda silat yang ada pada Grup Dinnar Kelana Jaya di Kabupaten sebagai media pewarisan yang dapat ditransformasikan kepada generasi muda. Selain itu menjadi temuan faktual dan fenomenal tentang keilmuan kearifan lokal. 3. Bagi Pendidik Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik sebagai referensi ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu seni serta dapat mengambil nilai-nilai positif dan metode kepelatihan yang terkandung untuk bahan ajar dengan tambahan-tambahan atau modifikasi sesuai kebutuhan. 4. Bagi Lembaga UPI Dengan hasil penelitin ini diharapkan dapat dijadikan sumber ilmu (referensi) tentang seni pertunjukkan tradisi yang tumbuh dan berkembang di kabupaten serta tentang metode pewarisan melalui pelatihan kesenian tersebut. 5. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan menjadi catatan penting bagi masyarakat umum khususnya masyarakat untuk lebih mengetahui dan mengenal budayanya, juga sebagai referensi pendokumentasian salah satu kesenian tradisionalnya. Selain itu, diharapkan menjadi salah satu media yang berperan dalam pelestarian kesenian Kuda Renggong dan dapat menstimulus masyarakat untuk mencintai juga ikut berperan serta dalam proses pelestarian baik secara langsung (terjun ke dalam pertunjukan dan turut serta mempelajarinya) maupun tidak langsung (sebagai apresiator). 6