VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN

MODEL PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH GEDEBAGE KOTA BANDUNG

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN IDEAL MENGGUNAKAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

III. TINJAUAN UMUM KOTA BANDUNG DAN WILAYAH GEDEBAGE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI PROYEK

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba

Pembangunan Smart City Septo Indarto (Team Double S)

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

PERMASALAHAN PERUMAHAN DI GEDEBAGE KOTA BANDUNG

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Gambar 2 Peta lokasi studi

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

: Achmad Aldiansyah Npm : Kelas : 3 EA 32 Pembimbing : Supriyo Hartadi W, SE., MM.

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMEKARAN KOTA DAN PERKEMBANGAN LUAS AREA PERUMAHAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi. Peristiwa tanah

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

BAB IV ANALISA TAPAK

MODEL PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH GEDEBAGE KOTA BANDUNG

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS UMUM OLEH PENGEMBANG PERUMAHAN BERDASARKAN PERATURAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DI KOTA MALANG

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

Transkripsi:

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan sofware SPSS for windows. Penentuan faktor-faktor dominan dalam pemilihan lokasi perumahan dilakukan dengan menggunakan analisis komponen utama (Principal Component Analysis, PCA) didasarkan pada nilai akar ciri (eigen value). Selanjutnya dilakukan penyederhanaan variabel dengan mengurutkan masing-masing komponen utama yang dihasilkan dari yang memiliki eigen value tertinggi hingga terendah dan membandingkan dengan kriteria yang dikemukakan Saefulhakim (2000). Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan kelengkapan data kuesioner 2. Komputerisasi (entry) data masing-masing responden dengan menggunakan program excel 3. Memeriksa kebenaran hasil entry data 4. Transfer data dari excel ke software SPSS 5. Melakukan pengkodean untuk masing-masing variabel 6. Melakukan proses pengolahan data 7. Memeriksa hasil pengolahan data 8. Melakukan pembahasan terhadap hasil pengolahan data 6.1 Hasil Pemilihan Lokasi Perumahan Oleh Pengembang Jumlah Pengembang perumahan di lokasi penelitian dan jumlah responden tertera pada Tabel 85. Lokasi masing-masing pengembang perumahan tertera pada Gambar 39.

Gambar 39 130

131 Tabel 85 Jumlah pengembang di wilayah penelitian No Kecamatan Unit lingkungan Jumlah pengembang Jumlah responden 1 Rancasari Cisaranten Kidul (R2) 4 3 2 Rancasari Cisaranten Kidul (R4) 2 2 3 Margacinta Sekejati (M3) 4 3 4 Bandung Kidul Batununggal (B1) 1 1 5 Bandung Kidul Menger (B3) 1 1 Sumber Data : REI kota Bandung (2006) Jumlah 12 10 Hasil analisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pengembang dalam pemilihan lokasi perumahan berdasarkan nilai eigen value yang memenuhi persyaratan yaitu nilai akar ciri lebih besar dari 1 (satu) tertera pada Tabel 86 dan vektor ciri dari PCA tertera pada Tabel 87. Tabel 86 Keragaman total pemilihan lokasi perumahan oleh pengembang Akar ciri (Eigen value) Komponen Total % Keragaman % Kumulatif 1 4,201 28,004 28,004 2 3,248 21,651 49,655 3 2,883 19,220 68,874 4 1,401 9,341 78,215 5 1,148 7,654 85,869 6 1,126 7,509 93,377 Tabel 87 Vektor ciri dari PCA pilihan pengembang Variabel Komponen Utama 1 2 3 4 5 6 Aksesibilitas,917 -,824,342,157,281,184 Frekuensi banjir -,454,672,527,029 -,131 -,009 Harga beli terjangkau -,426,247 -,704 -,128,555,023 Daya dukung tanah,917,324 -,049 -,066 -,083,116 Kesesuaian dengan Renc Peng Kota -,095 -,814,401,637 -,044,233 Tersedia Fasos Fasum -,343,159,828,106,372 -,117

132 Penentuan skor keragaman PCA dan nilai bobot didasarkan pada pertimbangan nilai keragaman (variance). Untuk menentukan komponen utama didasarkan pada nilai terbesar dari keragaman seperti yang tertera pada Tabel 87. Nilai bobot untuk masing-masing variabel tertera pada Tabel 88. Tabel 88 Bobot masing-masing variabel pilihan pengembang No Variabel Komponen Skor keragaman Nilai Bobot PCA 1 Aksesibilitas Fisik 4,201 4,201 2 Daya dukung tanah Fisik 4,201 4,201 3 Frekuensi banjir Fisik 3,248 3,248 4 Tersedia Fasos Fasum Sosial 2,883 2,883 5 Kesesuaian dengan Renc Fisik 1,401 1,401 Peng Kota 6 Harga beli terjangkau Ekonomi 1,148 1,148 Berdasarkan nilai bobot yang tertera pada Tabel 88 dapat ditentukan Indeks Pilihan Lokasi Perumahan oleh pengembang yang dapat dirumuskan sebagai berikut : IPLP-P1 = 4,201xN11 + 4,201xN12 + 3,248xN13 + 2,883xN14 + 1,401xN15 + 1,148xN16 Keterangan : IPLP-P1 = Indeks pilihan lokasi perumahan oleh pengembang N11 = Skor rata-rata variabel aksesibilitas N12 = Skor rata-rata variabel daya dukung tanah N13 = Skor rata-rata variabel frekuensi banjir N14 = Skor rata-rata variabel fasos fasum N15 = Skor rata-rata variabel kesesuaian dengan rencana kota N16 = Skor rata-rata variabel harga beli terjangkau IPLP-P1 = 4,201x4,30 + 4,201x4,80 + 3,248x4,70 + 2,883x4,60 + 1,401x4,40 + 1,148x4,60 = 78,20 Berdasarkan nilai akar ciri yang tertera pada Tabel 88 dan indeks pilihan lokasi oleh pengembang, ada 4 (empat) variabel komponen fisik yang memiliki nilai

133 akar ciri memenuhi kriteria, yaitu aksesibilitas, daya dukung tanah, frekuensi banjir, dan kesesuaian dengan rencana kota. Nilai akar ciri komponen ekonomi yang memenuhi persyaratan ada 1 (satu) yaitu harga beli terjangkau dan nilai akar ciri komponen sosial yang memenuhi persyaratan adalah tersedia fasos dan fasum. Terpilihnya 4 (empat) variabel dari komponen fisik sebagai prioritas utama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pengembang di wilayah Gedebage kota Bandung mencerminkan bahwa pengadaan perumahan sangat berkaitan erat dengan faktor fisik terutama ketersediaan lahan dan persyaratan lahan untuk lokasi perumahan. Berdasarkan hasil observasi nampak bahwa di wilayah Gedebage kota Bandung masih tersedia lahan yang cukup luas dan memenuhi persyaratan untuk lokasi perumahan. Terpilihnya aksesibilitas sebagai komponen utama pertama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pengembang mengindikasikan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan, pengembang berusaha mendapatkan lokasi perumahan yang memiliki tingkat aksesibilitas baik. Aksesibilitas yang baik dapat menjadi faktor daya tarik dalam pemasaran perumahan, karena biasanya konsumen mempertimbangkan kemudahan untuk mencapai pusat kegiatan seperti tempat bekerja, sekolah, atau pusat-pusat perekonomian dalam penentuan lokasi perumahan yang akan mereka tempati. Variabel komponen fisik kedua yang menjadi prioritas pengembang dalam pemilihan lokasi perumahan adalah daya dukung tanah. Hal ini menjadikan pertimbangan untuk memudahkan mereka dalam mempersiapkan lahan tersebut sampai siap untuk dibangun dan biaya konstruksi. Daya dukung tanah yang kurang baik, akan memerlukan teknik persiapan lahan yang cukup sulit dan memerlukan biaya konstruksi yang lebih tinggi. Lokasi perumahan yang dapat terhindar dari banjir menjadi pilihan utama berikutnya dari pengembang. Hal ini mengindikasikan pengembang berusaha mendapatkan lokasi perumahan yang tidak banjir. Ada sebagian wilayah Gedebage yang masih terkena banjir, tetapi saat ini sudah dilakukan normalisasi sungai

134 Cisaranten untuk mengatasi permasalahan banjir yang masih terjadi. Dengan adanya normalisasi sungai Cisaranten tersebut telah mengatasi permasalahan banjir di wilayah tersebut. Kesesuaian dengan rencana pengembangan kota merupakan hal penting dalam pemilihan lokasi perumahan, karena berkaitan dengan pengadaan fasilitasfasilitas perkotaan yang berada di sekitar lingkungan kawasan perumahan. Adanya fasilitas yang tersedia di sekitar perumahan seperti sarana pendidikan, kesehatan, pusat perbelanjaan, pasar, dan sarana olah raga dapat mempermudah untuk memenuhi kebutuhan penghuni perumahan. Harga jual yang terjangkau merupakan variabel dari komponen ekonomi yang menjadi komponen utama pilihan pengembang. Hal ini sejalan dengan kebijakan dari pengembang yang berusaha menyediakan perumahan dengan harga yang terjangkau oleh konsumen. Perumahan dengan harga yang terjangkau diharapkan menjadi salah satu daya tarik konsumen untuk membeli rumah pada lokasi tersebut. Tersedianya fasilitas umum dan fasilitas sosial menjadi komponen sosial yang menjadi pilihan pengembang. Ini menunjukkan bahwa pengembang berusaha menyediakan fasos fasum dalam pembangunan suatu kawasan perumahan. Karena hal ini dianggap akan menjadi daya tarik dari konsumen dalam memilih lokasi perumahan. 6.2 Hasil Pemilihan Lokasi Perumahan Oleh Penghuni Profil penghuni perumahan sebagai responden dalam penelitian ini tertera pada Gambar 40. Berdasarkan data yang tertera pada Gambar 40 nampak bahwa sebagian besar responden berusia antara 25 sampai 55 tahun. Pekerjaan mereka beragam dan secara berurutan dari yang terbanyak adalah PNS/TNI/Polri, karyawan swasta, wiraswasta. Sebagian besar rumah yang mereka tempati adalah rumah milik sendiri dan hanya sebagian kecil merupakan rumah sewa.

135 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 82 28 48 34 18 93 7 22-55 >55 PNS/TNI/Polri Kar Swasta Wiraswasta Sendiri Sewa usia Pekerjaan Status Pemilikan Gambar 40 Profil responden penelitian Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan penghuni dalam pemilihan lokasi perumahan berdasarkan nilai eigen value tertera pada Tabel 89 dan vektor ciri PCA tertera pada Tabel 90. Tabel 89 Keragaman total pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni Akar ciri (Eigen value) Komponen Total % Keragaman % Kumulatif 1 2,879 19,190 19,190 2 1,793 11,953 31,143 3 1,391 9,274 40,417 4 1,267 8,446 48,863 5 1,183 7,886 56,749 6 1,047 6,981 63,730 Tabel 90 Vektor ciri dari PCA pilihan penghuni Variabel Komponen Utama 1 2 3 4 5 6 Aksesibilitas 0,860,195 -,135,163 -,051,113 Kualitas air -0,121 -,097 -,045 -,306,544,116 Harga beli terjangkau 0,644,696 -,196 -,057,065,053 Daya dukung tanah 0,064 -,105,617 -,317 -,056,182 Kualitas udara 0,340,271 -,340,289,509,418 Frekuensi banjir -0,001,182 -,064,592,515 -,248

136 Penentuan skor keragaman PCA dan nilai bobot didasarkan pada pertimbangan nilai keragaman (variance). Untuk menentukan komponen utama didasarkan pada nilai terbesar dari keragaman seperti yang tertera pada Tabel 90. Nilai bobot untuk masing-masing variabel tertera pada Tabel 91. Tabel 91 Bobot masing-masing variabel pilihan penghuni No Variabel Komponen Skor keragaman PCA Nilai Bobot 1 Aksesibilitas Fisik 2,879 2,879 2 Harga beli terjangkau Ekonomi 1,793 1,793 3 Daya dukung tanah Fisik 1,391 1,391 4 Frekuensi banjir Fisik 1,267 1,267 5 Kualitas air Lingkungan 1,183 1,183 6 Kualitas udara Lingkungan 1,047 1,047 Berdasarkan nilai bobot yang tertera pada Tabel 91 dapat ditentukan Indeks Pilihan Lokasi Perumahan oleh penghuni yang dapat dirumuskan sebagai berikut : IPLP-P2 = 2,879xN21 + 1,793xN22 + 1,391xN23 + 1,267xN24 + 1,183xN25 + 1,047xN26 Keterangan : IPLP-P2 = Indeks pilihan lokasi perumahan oleh penghuni N21 = Skor rata-rata variabel aksesibilitas N22 = Skor rata-rata variabel harga beli terjangkau N23 = Skor rata-rata variabel daya dukung tanah N24 = Skor rata-rata variabel frekuensi banjir N25 = Skor rata-rata variabel kualitas udara N26 = Skor rata-rata variabel kualitas air IPLP-P2 = 2,879x3,96 + 1,793x4,62 + 1,391x4,86 + 1,267x4,89 + 1,183x4,76 + 1,047x4,85 = 43,35 Berdasarkan nilai akar ciri yang tertera pada Tabel 91 dan indeks pilihan lokasi perumahan oleh penghuni, ada 3 (tiga) variabel dari komponen fisik yang

137 memiliki nilai akar ciri memenuhi kriteria lebih besar atau sama dengan 1 (satu) yaitu variabel aksesibilitas, daya dukung tanah, dan frekuensi banjir. Dua variabel dari komponen lingkungan yang memenuhi kriteria yaitu kualitas air dan kualitas udara. Satu variabel dari komponen ekonomi yang memenuhi kriteria yaitu harga beli terjangkau. Sedangkan nilai akar ciri variabel dari komponen sosial tidak ada yang memenuhi kriteria karena nilainya kurang dari 1 (satu). Terpilihnya 3 (tiga) variabel dari komponen fisik sebagai prioritas utama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni di wilayah Gedebage kota Bandung mencerminkan bahwa penghuni mempertimbangkan pemilihan lokasi perumahan berdasarkan komponen fisik lokasi. Mereka mengharapkan dapat menempati rumah pada lahan yang memenuhi persyaratan fisik sebagai lokasi perumahan. Hal ini untuk menjamin keamanan dan kenyamanan tinggal pada lokasi tersebut. Berdasarkan hasil observasi nampak bahwa di wilayah Gedebage kota Bandung lokasi perumahan yang ada sebagian besar telah memenuhi persyaratan fisik, karena pemerintah kota Bandung telah menetapkan wilayah Gedebage sebagai salah satu lokasi perumahan untuk menunjang kebutuhan perumahan bagi warga kota. Terpilihnya aksesibilitas sebagai komponen utama pertama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni mengindikasikan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan, penghuni berusaha mendapatkan lokasi perumahan yang memiliki kategori aksesibilitas baik. Penghuni mempertimbangkan kemudahan untuk mencapai pusat kegiatan seperti tempat bekerja, sekolah, atau pusat-pusat perekonomian dalam penentuan lokasi perumahan yang akan mereka tempati. Hal ini dapat diperoleh jika aksesibilitas mencapai lokasi perumahan tersebut baik. Variabel komponen fisik kedua yang menjadi prioritas penghuni dalam pemilihan lokasi perumahan adalah daya dukung tanah. Hal ini menjadikan

138 pertimbangan karena penghuni menginginkan tinggal pada lokasi yang memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Lokasi perumahan yang dapat terhindar dari banjir menjadi pilihan utama ketiga dari penghuni. Hal ini mengindikasikan penghuni berusaha mendapatkan lokasi perumahan yang tidak banjir. Ada sebagian wilayah Gedebage yang masih terkena banjir, tetapi saat ini sudah dilakukan normalisasi sungai Cisaranten untuk mengatasi permasalahan banjir yang masih terjadi. Dengan adanya normalisasi sungai Cisaranten tersebut telah mengatasi permasalahan banjir di wilayah tersebut. Berdasarkan hal tersebut perumahan yang berada di wilayah Gedebage memiliki tingkat keamanan yang baik dari bahaya banjir. Komponen lingkungan menjadi komponen utama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni. Kriteria yang digunakan dalam menjelaskan aspek lingkungan dalam penelitian ini adalah : (i) kualitas udara, (ii) kualitas air, dan (iii) kebisingan. Berdasarkan nilai akar ciri yang tertera pada Tabel 91, ada dua variabel komponen lingkungan yang memenuhi kriteria yaitu kualitas air dan kualitas udara. Sedangkan variabel komponen kebisingan tidak memenuhi kriteria, karena nilai akar ciri variabel tersebut lebih kecil dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komponen lingkungan yang menjadi pertimbangan utama penghuni dalam pemilihan lokasi perumahan adalah kualitas air dan kualitas udara. Terpilihnya kualitas air sebagai komponen utama pertama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni mengindikasikan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan, penghuni berusaha mendapatkan lokasi perumahan yang memiliki kualitas air yang baik. Penghuni mempertimbangkan bahwa air merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menunjang kehidupan, sehingga mereka dalam memilih tempat tinggal memprioritaskan lokasi perumahan yang memiliki kualitas air baik.

139 Variabel komponen lingkungan kedua yang menjadi prioritas penghuni dalam pemilihan lokasi perumahan adalah kualitas udara. Hal ini menjadikan pertimbangan karena penghuni menginginkan tinggal pada lokasi yang memiliki tingkat kualitas udara yang baik, karena kalau ada polusi udara pada lokasi perumahan akan menimbulkan ketidaknyamanan dan penyakit. Tingginya keinginan penghuni pada lingkungan perumahan yang bebas polusi udara, air, dan kebisingan menunjukkan tingginya kesadaran penghuni terhadap pentingnya rumah sehat. Keinginan penghuni untuk mendapatkan udara yang segar diwujudkan oleh penghuni dengan menanam pohon di sekitar rumah seperti terlihat dari hasil observasi seperti tertera pada Gambar 41. Gambar 41 Suasana perumahan asri ramah lingkungan Variabel harga beli yang terjangkau merupakan satu-satunya komponen ekonomi yang memenuhi kriteria nilai akar ciri. Hal ini berarti variabel harga jual terjangkau menjadi pilihan utama penghuni dalam penentuan lokasi perumahan. Mereka menginginkan memperoleh rumah dengan harga yang terjangkau sesuai dengan keuangan yang mereka miliki.

140 6.3 Hasil Pemilihan Lokasi Perumahan Oleh Pemerintah Pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah didasarkan pada hasil penyebaran kuesioner terhadap konsultan perencanaan tata ruang dan instansi terkait dengan kebijakan perumahan. Hal ini dilakukan karena dalam proses penyusunan rencana tata ruang dilakukan diskusi antara pihak-pihak yang mewakili pemerintah kota dengan pihak konsultan untuk menghasilkan rencana tata ruang. Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam pemilihan lokasi perumahan berdasarkan nilai akar ciri tertera pada Tabel 92 dan vektor ciri tertera pada Tabel 93. Tabel 92 Keragaman total pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah Akar ciri (Eigen value) Komponen Total % Keragaman % Kumulatif 1 3,843 25,620 25,620 2 3,096 20,643 46,263 3 2,201 14,672 60,935 4 1,619 10,793 71,728 5 1,294 8,629 80,358 6 1,022 6,816 87,174 Tabel 93 Vektor ciri dari PCA pilihan pemerintah Variabel Komponen Utama 1 2 3 4 5 6 Daya Dukung Tanah -,271 -,190,755 -,039,452,129 Frekuensi Banjir -,747,235,025 -,083 -,142,599 Kesesuaian dengan Renc Peng Kota,858 -,038,302,091 -,153,158 Kualitas Udara -,047,813,036,150 -,066,440 Harga Beli Tertangkau,104,581 -,129,620,261 -,352 Tersedia Fasos Fasum,058,529 -,359,063,544 -,008 Penentuan skor keragaman PCA dan nilai bobot didasarkan pada pertimbangan nilai keragaman (variance). Untuk menentukan komponen utama didasarkan pada nilai terbesar dari keragaman seperti yang tertera pada Tabel 93. Nilai bobot untuk masing-masing variabel tertera pada Tabel 94.

141 Tabel 94 Bobot masing-masing variabel pilihan pemerintah No Variabel Komponen Skor keragaman PCA Nilai Bobot 1 Kesesuaian dengan Renc Fisik Peng Kota 3,843 3,843 2 Kualitas Udara Lingkungan 3,096 3,096 3 Daya Dukung Tanah Fisik 2,201 2,201 4 Harga Beli Tertangkau Ekonomi 1,619 1,619 5 Tersedia Fasos Fasum Sosial 1,294 1,294 6 Frekuensi Banjir Fisik 1,022 1,022 Berdasarkan nilai bobot yang tertera pada Tabel 94 dapat ditentukan Indeks Pilihan Lokasi Perumahan oleh pemerintah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : IPLP-P3 = 3,843xN31 + 3,096xN32 + 2,201xN33 +1,619xN34 + 1,294xN35 + 1,022xN36 Keterangan : IPLP-P3 = Indeks pilihan lokasi perumahan oleh pemerintah N31 = Skor rata-rata variabel kesesuaian dengan rencana kota N32 = Skor rata-rata variabel kualitas udara N33 = Skor rata-rata variabel daya dukung tanah N34 = Skor rata-rata variabel harga beli terjangkau N35 = Skor rata-rata variabel tersedia fasos fasum N36 = Skor rata-rata variabel frekuensi banjir IPLP-P3 = 3,843x4,28 + 3,096x4,44 + 2,201x4,56 +1,619x4,39 + 1,294x4,28 + 1,022x4,78 = 57,76 Berdasarkan nilai akar ciri yang tertera pada Tabel 94 dan indeks pilihan lokasi perumahan oleh pemerintah, ada 3 (tiga) variabel komponen fisik yang nilai akar cirinya memenuhi kriteria lebih besar atau sama dengan 1 (satu) yaitu variabel kesesuaian dengan rencana kota, daya dukung tanah, dan frekuensi banjir. Satu variabel komponen lingkungan memenuhi kriteria nilai akar ciri yaitu kualitas udara, satu variabel komponen lingkungan yang memenuhi nilai akar ciri yaitu harga beli

142 terjangkau dan satu variabel dari komponen sosial memenuhi kriteria nilai akar ciri yaitu tersedianya fasos fasum. Terpilihnya komponen fisik sebagai prioritas utama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah mencerminkan bahwa pemerintah mempertimbangkan pemilihan lokasi perumahan berdasarkan komponen fisik lokasi. Mereka mengharapkan rumah yang dibangun berada pada lahan yang memenuhi persyaratan fisik sebagai lokasi perumahan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang telah menetapkan wilayah Gedebage sebagai salah satu lokasi perumahan untuk menunjang kebutuhan perumahan warga kota Bandung. Terpilihnya variabel kesesuaian dengan rencana kota sebagai komponen utama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah mengindikasikan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan, pemerintah berusaha menetapkan lokasi perumahan yang sesuai dengan rencana kota. Pemerintah berusaha untuk menegakan aturan yang tertuang dalan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), terutama yang berkaitan dengan peruntukan lahan untuk lokasi perumahan. Kesesuaian dengan rencana tata ruang kota menjadikan kriteria fisik dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah kota Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah menginginkan lokasi perumahan yang dibangun sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota. Pemerintah menginginkan lokasi perumahan berada pada daerah yang memiliki tanah stabil, tanah bebas dari erosi, dan bukan berada pada daerah bencana. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan menjadi prioritas utama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah. Ini bisa diwujudkan jika daya dukung tanah dan ketersediaan lahan cukup baik dan cukup luas. Oleh karena itu daya dukung tanah dan ketersediaan lahan merupakan variabel yang menjadi komponen utama pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah. Lokasi perumahan yang terhindar dari banjir menjadi salah satu pilihan utama pemerintah. Hal ini mengindikasikan pemerintah berusaha menempatkan perumahan pada lokasi yang tidak banjir. Ada sebagian wilayah Gedebage terkena banjir, tetapi saat ini sudah dilakukan normalisasi sungai Cisaranten, Cinambo, Cikapundung, Cikapundung Kolot, dan Cidurian untuk mengatasi permasalahan banjir. Dengan

143 adanya normalisasi sungai tersebut telah mengatasi permasalahan banjir di wilayah tersebut. Berdasarkan hal tersebut perumahan yang berada di wilayah Gedebage memiliki tingkat keamanan yang baik dari bahaya banjir. Kriteria aspek ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (i) harga beli terjangkau, (ii) nilai jual tinggi, (iii) mudah menjangkau pusat kegiatan, dan (iv) terbuka peluang berusaha. Dari keempat variabel komponen ekonomi, hanya satu variabel yang memenuhi kriteria berdasarkan nilai akar ciri yaitu harga beli terjangkau. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komponen ekonomi yang menjadi pertimbangan utama pemerintah dalam pemilihan lokasi perumahan adalah harga beli terjangkau. Harga beli terjangkau menjadi prioritas pemerintah dalam pemilihan lokasi perumahan karena berkaitan dengan salah satu tugas pemerintah adalah menyediakan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan harga yang terjangkau pemerintah mengharapkan masyarakat dapat memperoleh perumahan yang layak, sehingga membantu memberikan solusi permasalahan perumahan di kota Bandung. Kriteria nilai jual kembali menjadi tinggi merupakan prioritas karena nilai jual kembali yang tinggi merupakan salah satu pendorong masyarakat untuk membeli rumah, konsumen mengharapkan kalau rumah dijual kembali memiliki nilai jual yang tinggi. Pemerintah berkepentingan untuk menempatkan perumahan pada lokasi yang memiliki kualitas udara baik dan terhindar dari pencemaran udara. Hal ini ditunjukkan bahwa variabel kualitas udara menjadi komponen utama pilihan pemerintah dalam menentukan lokasi perumahan. Nilai indeks pilihan lokasi perumahan secara berurutan adalah pengembang (78,20), pemerintah (57,76), dan penghuni (43,35). Berdasarkan nilai indeks pilihan lokasi perumahan tersebut pilihan yang paling dominan adalah pilihan pengembang, selanjutnya pilihan pemerintah, dan terakhir pilihan penghuni. Gambaran umum urutan peringkat prioritas pemilihan lokasi perumahan dari masing-masing kelompok stakeholders (pengembang, penghuni dan pemerintah) berdasarkan nilai akar ciri tertera pada Tabel 95.

144 Tabel 95 Rangkuman urutan prioritas pilihan stakeholders Responden Penghuni Pengemban g Pemerintah Prioritas pilihan berdasarkan eigen value 1 2 3 4 5 6 Harga beli Daya Frekuensi Kualitas Kualitas terjangka dukung banjir udara air u tanah Aksesibilita s Aksesibilita s Kesesuaian dengan rencana kota Daya dukung tanah Kualitas udara Frekuens i banjir Daya dukung tanah Tersedia fasos fasum Harga beli terjangka u Kesesuaia n dengan rencana kota Tersedia fasos fasum Harga beli terjangka u Frekuensi banjir Berdasaran data yang tertera pada Tabel 95 komponen fisik merupakan komponen utama pertama pilihan stakeholders (penghuni, pengembang, dan pemerintah). Hal ini menunjukkan bahwa stakeholders sepakat bahwa komponen fisik merupakan aspek paling dominan dalam penentuan lokasi perumahan. Komponen fisik berhubungan dengan persiapan lahan sampai siap untuk dibangun. Untuk perumahan masal yang jumlahnya banyak lahan yang datar sampai landai (kemiringan berkisar antara 0% - 8%) banyak dipilih oleh pengembang karena biaya persiapan lahan relatif lebih rendah dibandingkan dengan lahan yang memiliki kontur bergelombang. Lahan perumahan di wilayah Gedebage sebagian besar memiliki kontur yang relatif datar dan lahan yang tersedia untuk lokasi perumahan masih cukup luas. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah kota Bandung yang merencanakan wilayah Gedebage berfungsi sebagai kawasan perumahan penyangga kebutuhan lahan perumahan di wilayah lainnya yang sudah padat. Pemerintah kota Bandung berusaha menyediakan lahan perumahan untuk memenuhi kebutuhan warganya.kebutuhan lahan untuk lokasi perumahan, sebagian besar berada di wilayah Gedebage. Untuk pemenuhan kebutuhan rumah hingga akhir tahun 2010 pemerintah kota Bandung merencanakan penyediaan lahan di wilayah Gedebage minimal seluas 431,3 ha dan maksimal seluas 1.119,6 ha. Rencana pemerintah membangun pusat kegiatan olahraga, terminal terpadu, dan pusat bisnis lainnya di wilayah Gedebage menjadi salah satu faktor yang

145 mempengaruhi pengembang dalam pemilihan lokasi perumahan. Untuk mendukung rencana tersebut pemerintah berusaha mengantisipasi permasalahan yang kadang muncul di wilayah Gedebage yaitu banjir. Kegiatan utama mengatasi banjir adalah melakukan normalisasi sungai Cisaranten, Cinambo, Cidurian, Cikapundung, merencanakan danau buatan, dan perbaikan sistem drainase. Penghuni memprioritaskan komponen lingkungan sebagai faktor utama kedua dalam pemilihan lokasi perumahan. Hal ini sebagai implikasi dari keinginan penghuni untuk memiliki rumah yang memenuhi persyaratan lingkungan. Mereka berusaha memilih lokasi perumahan terhindar dari risiko pencemaran udara, kebisingan suara, pencemaran air, dan pencemaran energi elektromagnetik yang membahayakan kesehatan. Lingkungan asri, udara segar, ketersediaan air bersih, dan aman akan menunjang terciptanya konsep permukiman berwawasan lingkungan. Keasrian suasana lingkungan perumahan dapat dilihat dan dirasakan pada saat konsumen melintas dan memasuki kawasan perumahan tersebut. Suasana itu dapat tercipta dengan kerindangan pepohonan besar yang tumbuh optimal, bentuk topografi lahan yang mengikuti topografi alam sekitar, tersedianya taman-taman lingkungan dengan disain menarik. Hal-hal tersebut yang diinginkan oleh konsumen (penghuni) dalam memilih lokasi perumahan. Intinya penghuni menginginkan tinggal pada lingkungan perumahan yang sehat dan asri. Komponen ekonomi menjadi prioritas utama berikutnya dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah.. Pemerintah berusaha untuk menyediakan dan menganjurkan pengembang untuk menawarkan perumahan dengan harga terjangkau oleh konsumen. Hal ini sejalan dengan pilihan konsumen yang menginginkan memperoleh perumahan dengan harga terjangkau dan kualitas yang memadai. Ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial menjadi salah satu komponen ekonomi yang menjadi pilihan utama pemilihan lokasi perumahan oleh pemerintah. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk menegakkan peraturan bahwa pada setiap lokasi perumahan, pengembang diwajibkan menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Gambar 38 Peta Kondisi Eksisting Lokasi Perumahan 128