REPOSISI REPRESENTASI BPD MENUJU PELEMBAGAAN PROSES DEMOKRATISASI DESA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

Otda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Oleh : STENLY UANG BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak pengalaman dan pelajaran

IRE YOGYAKARTA. Membangun Asa Demokrasi Alternatif di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN. yang diyakini mampu memberikan nafas segar dari keterpurukan politik

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Majalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober

KEPALA DESA RANTAU JAYA UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PERATURAN DESA RANTAU JAYA UDIK NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DESA GONTAR BARU DI KECAMATAN ALAS BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

KEPALA DESA RANTAU JAYA UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PERATURAN DESA RANTAU JAYA UDIK NOMOR 3 TAHUN 2016

BAB V PENUTUP. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. TAHAPAN UU No 5 Tahun 1974 UU No 22 Tahun 1999 UU No 32 Tahun 2004 Tahapan Pencalonan

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PUSANEV_BPHN PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PERUNDANG-UNDANGAN. Sigit Nugroho.

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, namun secara geografis berjarak cukup jauh dari pusat kekuasaan di

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2013

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK KECAMATAN BUNGARAYA DESA BUNGARAYA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Desa adalah unit lembaga terkecil pemerintahan di Negara Kesatuan

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Transkripsi:

REPOSISI REPRESENTASI BPD MENUJU PELEMBAGAAN PROSES DEMOKRATISASI DESA Oleh: Muhammad Hidayanto & Yonatan H.L Lopo (hidayanto.12muhammad@gmail.com; yonlp@ymail.com) Disampaikan dalam Simposium Nasional Demokrasi Desa yang diselenggarakan Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta, 13 Januari 2017

PROBLEMATISASI Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan upaya menghadirkan lembaga demokrasi di desa. Namun, usaha menghadirkan lembaga demokrasi desa ini, tidak serta merta dapat menghadirkan kehidupan yang demokratis di desa. Pengalaman regulasi desa selama ini kerapkali diperhadapkan dalam situasi yang dilematis: Ketika lembaga demokrasi desa (BPD) diberikan kewenangan besar, yang tercipta adalah situasi konfliktual yang dapat mengancam kelangsungan demokrasi desa. Sebaliknya, ketika kewenangannya diperlemah, penyelewengan kekuasaan yang terjadi dan cenderung koruptif.

Kedudukan dan Fungsi BPD menurut UU No. 22/1999, UU No. 32/2004 dan UU No. 6/2014 Komponen UU No. 22/1999 UU No. 32/2004 UU No. 6/2014 Definisi BPD BPD atau Badan Perwakilan Desa, berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan BPD atau Badan Permusyawaratan Desa, berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD atau Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakanwakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis Kedudukan BPD Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa yang powerful melakukan kontrol terhadap kepala desa, bahkan dapat melakukan pemakzulan terhadap kepala desa. Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. BPD berwenang dan ikut mengatur dan mengurus desa Sebagai lembaga desa yang terlibat melaksanakan fungsi pemerintahan, tetapi tidak secara penuh ikut mengatur dan mengurus desa. Fungsi hukum Fungsi hukum/legislasi kuat: menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa Fungsi hukum/legislasi kuat: menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa Fungsi hukum/legislasi lemah: membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa Fungsi Politik BPD sebagai kanal (penyambung) aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraaan pemerintahan: kontrol terhadap kepala desa BPD sebagai kanal (penyambung) aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa (Perdes) dan Peraturan Kepala Desa 1. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa 2. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa 3. Menyelenggarakan musyawarah desa

MODEL REPRESENTASI OLLE URUSAN PUBLIK OLEH INSTITUSI PEMERINTAH PARTICIPATION BY INTERMEDIARY/MEDIATORS DEMOS

SKEMA REPRESENTASI OLLE TORNQUIST Terdapat 3 unsur utama, yaitu masyarakat (demos), perantara (mediators), dan urusan/ranah publik (public affairs). Masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya melalui para mediator seperti organisasi masyarakat, atau pemimpin informal, ataupun secara langsung, sehingga secara ideal terbentuk suatu alur komunikasi bottom-up yang berfungsi menyampaikan kepentingan masyarakat. BPD dalam hal ini dapat memainkan peran sebagai aktor intermediari yang menghubungkan masyarakat desa (demos) dengan pemerintah desa.

Popular Control dan Political Equality (Beetham) Beetham (1999) mengemukakan bahwa demokrasi berlandaskan pada kontrol masyarakat dan kesetaraan berpoli0k Popular Control : BPD memasbkan bahwa rakyat tetap menjadi pemilik kedaulatan yang sah melalui BPD sebagai instrument representasi polibk warga Poli-cal Equality : BPD menjamin bahwa semua masyarakat desa memiliki hak yang sama untuk memangku jabatan publik, untuk menyuarakan isu-isu publik, dan untuk mendapatkan pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, BPD haruslah menjadi arena di mana sebap warga desa memiliki vote dan value yang sama dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan Desa

Reposisi Representasi BPD: Dari Representasi Geografis Menuju Representasi Nilai Upaya reposisi fungsi representasi BPD menuju demokrasi desa yang lebih bermartabat dapat dilakukan dalam beberapa cara: Pertama, sebagai upaya perwujudan popular control atas penyelenggaraan pemerintahan di Desa. BPD harus memastikan bahwa titik pangkalnya penyelenggaraan pemerintahan terletak pada kemampuan warga desa dalam mengendalikan keputusan-keputusan publik dan melaksanakan kontrol terhadap para penyelenggara pemerintahan desa Kedua, BPD memiliki peran besar dalam hal memastikan setiap warga desa memiliki kesetaraan secara politik dalam dinamika pemerintahan desa. Kesetaraan dalam hal ini bukan sebatas one man one vote seperti dalam logika pemilu, tetapi tentang value.

Oleh karena itu, peran BPD dalam mendorong proses demokratisasi di desa dapat dilaksanakan melalui beberapa hal, misalnya : 1. Membuka ruang yang memungkinkan warga mendiskusikan isu-isu publik dan membentuk opini; 2. Memberikan masukan bagi pemimimpin desa tentang wawasan yang lebih baik mengenai isu-isu yang berkembang di desa; 3. Membuka ruang bagi warga untuk memberikan justifikasi pandangan mereka sehingga pemerintah desa bisa mengidentifikasi pilihan yang baik dan yang buruk.

Untuk sampai pada tahap itu, maka BPD harus diisi oleh perwakilan yang memenuhi beberapa kriteria kriteria tertentu, dan bukan sebatas perwakilan aspek geografis. Kriteria yang dimaksud, diantaranya: 1. Aktor berpengaruh: anggota BPD harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan pembuatan keputusan; 2. Keterbukaan (inclusion): perwakilan warga, keterbukaan pandangan dan nilai-nilai yang beragam, serta kesempatan yang sama untuk berpartisipasi; 3. Deliberasi: komunikasi terbuka, akses informasi, ruang untuk memahami dan membingkai ulang berbagai isu, saling menghormati, dan gerakan menuju konsensus.

Dengan demikian, untuk mewujudkan BPD yang lebih bermakna dalam mendorong proses pelembagaan demokrasi di desa, maka BPD harus menjadi institusi yang tidak hanya diisi oleh aktor-aktor desa yang berkepentingan. Selain itu, BPD haruslah menjadi arena di mana setiap warga desa memiliki vote dan value yang sama dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan desa. Musyawarah Desa, bukan saja menjadi space bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya, melainkan juga menjadi sphere, yakni kesempatan seluas-luasnya kepada semua warga desa menyuarakan aspirasinya yang berbasis pada kesetaraan.

Penutup Penguatan fungsi politik BPD tidak akan berdampak apapun, jika representasi BPD baru sekadar menyentuh unsur keterwakilan wilayah (representasi geografis); Reposisi representasi BPD menjadi penting untuk dilakukan. Reposisi representasi yang dimaksud adalah meletakkan representasi BPD dalam makna yang substansial, yakni dari representasi geografis menuju pada representasi nilai (substansial).

TERIMA KASIH