BAB I PENDAHULUAN. (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan; (2) proses pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

I. PENDAHULUAN. kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri masih tetap saja tertinggal dari negara negara berpendidikan maju.

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah.

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya.

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didiknya, ia harus kreatif terlebih dahulu. Umumnya guru yang kreatif itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

61. Mata Pelajaran Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERAWATAN PREVENTIF SARANA/PRASARANA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang menuntut untuk lebih profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan.

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN PEMUAIAN MELALUI WORKSHOP MODEL TMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dapat membantu siswa dalam membangun pemahamannya. siswa untuk membuat ide-ide matematika lebih sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek. Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2013 : 25-27) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan; (2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; (3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif; (4) efisiensi dalam waktu dan tenaga; (5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik; (6) media memungkinkan 1

2 proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja; (7) media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses belajar; dan (8) mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dari isi pelajaran pada saat itu, sehingga yang menjadi tujuan dari pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pembuatan media pembelajaran merupakan kewajiban seorang guru dalam mengelola pembelajaran karena merupakan salah satu dari kompetensi guru yang harus dikembangkan guru yaitu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan pembelajaran peserta didiknya. Mulyasa (2008:103) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru dalam proses pembelajaran diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan potensi peserta didik agar pembelajaran berjalan secara efektif dan

3 mencapai hasil yang diharapkan. Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran diperlukan agar dapat menciptakan suatu hubungan yang akrab dengan siswa dan dapat memacu semangat siswa untuk belajar. Siswa akan lebih merasa nyaman dan bersemangat apabila guru dapat mengelola pembelajaran dan mengerti siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; (4) mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untukmenjelaskan berbagai peristiwa alam danmenyelesaian masalah baik secara kualitatifmaupun kuantitatif; dan (5) menguasai konsep dan prinsip fisika sertamempunyai keterampilan mengembangkanpengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekaluntuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yanglebih tinggi serta mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi. Perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemamfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut

4 sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurangkurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dalam membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi Hamalik (1994:6) : (1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (3) seluk-beluk proses belajar; (4) hubungan antara metode mengajar dan media pembelajaran; (5) nilai atau mamfaat media pendidikan dalam pengajaran; (6) pemilihan dan penggunaan media pendidikan; (7) berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan; (8) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran; dan (9) usaha inovasi dalam media pendidikan. Belajar dengan menggunakan media pembelajaran dapat mengaktifkan siswa melakukan pengamatan maupun eksperimen sehingga dapat menghasilkan pengalaman langsung bagi siswa tersebut. Hal ini sesuai bila merujuk pada kerucut pengalaman Dale dalam Sanjaya (2008:199-200) yang mengatakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkanmelalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa mempelajari bahan pengajaran contohnya melalui

5 pengalaman langsung maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa.untuk dapat membelajarkan siswa dengan pengamatan dan pengalaman langsung maka guru dituntut harus mampu membuat media pembelajaran sehingga materi pelajaran dapat dengan rnudah dikuasai oleh siswa. Arsyad (2013:2) mengatakan guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah, sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diliarapkan. Selanjutnya dalam berbagai proses pembelajaran, peranan guru terasa masih sangat dominan walaupun sebagian dari mereka telah berupaya untuk menjadi fasilitator disamping sebagai sumber informasi. Kenyataannya pengetahuan manusia sangat terbatas sehingga kita perlu sumber-sumber informasi lainnya baik dalam belajar maupun dalam membelajarkan orang lain. Oleh sebab itu pendekatan pembelajaran yang dilakukan dalam menyajikan pelajaran perlu diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan dan pengharapan siswa dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Dalam proses pembelajaran, sering kali terjadi hambatan-hambatan, baik yang datang dari pihak guru maupun siswa. Hambatan-hambatan tersebut secara langsung mempengaruhi suasana pembelajaran. Salah satu hambatan yang sering kali muncul adalah ketika guru harus memvisualkan suatu konsep atau ide. Dalam halini guru membutuhkan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar karena pembahasan secara lisan tidak memuaskan siswa. Apa bila sekolah tidak dapat menyediakan media tersebut, guru dapat berupaya membuatnya dari bahan-bahan yang sederhana. Guru selalu dituntut mengembangkan kreativitasnya agar materi bisa diterima dengan baik oleh siswa. Kreativitas seorang guru bisa terlihat ketika ia mencoba

6 memanfatkan bahan-bahan sederhana yang bisa dijadikan suatu media di dalam mata pelajarannya. Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru SMA Negeri Sub Rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah yang dilaksanalkan peneliti pada tanggal 7 sampai dengan 12 Oktober 2013 diperoleh data awal: 83,33 % labortorium IPA tidak berfugsi dengan baik hal ini disebabkan alat/bahan tidak lengkap, 83,33 % guru-guru fisika melakukan proses belajar mengajar secara konvensional, materi pelajaran disampaikan secara verbal padahal materi pelajaran fisika dituntut menggunakan media pembelajaran, 83,33 % guru-guru fisika belum mampu membuat media pembelajaran Fisika, motivasi guru dalam membuat media pembelajaran masih rendah, supervisor dalam kegiatan supervisi belum pernah melaksanakan supervisi akademik dalam pembuatan media pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakan Jelarwin Dabutar (2007) bahwa guru dalam menyampaikan pengajaran sering mengabaikan penggunaan media sehingga pembelajaran yang dilaksanakan hanya metode ceramah, penelitian yang dilaksanakan, Simbolon (2009) kompetensi guru membuat media pembelajaran sangat rendah sehingga perlu dilaksanakan pelatihan dalam pembuatan media, penelitian yang dilakukan Roisa Isna dan Khikmawati (2012) masih terdapat guru yang kurang memamfaatkan media pembelajaran, Wulan Fitriyani dan Enjang Jaenal Mustopa (2011) kendala yang dihadapi di sekolah, terutama yang terletak jauh dari perkotaan adalah terbatasnya sarana dan prasarana seperti laboratorium, alat praktikum, alat peraga dan lain sebagainya.

7 Dari data awal tersebut ternyata bahwa guru fisika pada SMA Negeri sub rayon 1 dan 2 dalam penyampaian konsep fisika belum mampu membuat media pembelajaran. Misalnya untuk materi pokok Perpindahan Kalor, pendeskripsiannya secara verbal atau hanya dengan menuliskan cara Perpindahan Kalor di papan tulis bahkan didiktekan. Siswa dipaksa untuk membayangkan dalam pikirannya, bahwa kalor dapat berpindah dari suatu tempat ketempat lain dengan berbagai cara. Kondisi yang terjadi dalam penerapan konsep fisika adalah kurang difungsikannya laboratorium dalam pembelajaran fisika karena guru belum mampu membuat media pembelajaran Perpindahan Kalor dan juga alat/bahan tidak lengkap, sedangkan penyediaan alat/bahan jarang dilakukan oleh kepala sekolah. Dalam membuat media pembelajaran Perpindahan Kalor kenyataannya guru belum kompeten, padahal media pembelajaran bisa saja dibuat secara sederhana bahkan dari barang-barang bekas maupun dari bahan yang harganya murah sehingga dapat terjangkau. Mengajar Fisika tidak cukup hanya berupa konsep dan teori saja tetapi harus mengembangkan keterampilan proses, misalnya melalui pengamatan, demonstrasi maupun eksperimen. Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru Fisika membuat media pembelajaran pada SMA Negeri Sub Rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah adalah (1) sosialisasi; (2) penataran; (3) rapat guru; (4) tukar menukar pengalaman maupun; (5) diskusi panel; (6) seminar; dan (7) workshop. Dari pembahasan mengenai cara-cara meningkatkan kompetensi guru yaitu sosialisasi dan penataran guru fisika belum berhasil dengan baik karena

8 penyampaiannya hanya bentuk ceramah atau guru bertanya kalau ada yang belum dimengerti sehingga tidak langsung mengasilkan produk media, sehingga kegiatan pelatihan tersebut tidak bermamfaat bagi guru dalam hal pembuatan media pembelajaran. Maka perlu dipikirkan bagaimana upaya meningkatkan kompetensi guru membuat media pembelajaran. Berdasarkan hasil data awal yang diperoleh pada tanggal 7 sampai dengan 12 oktober 2013 maka peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah SMA Negeri Sub Rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah menghadirkan guru fisika untuk mengadakan workshop pembuatan media pembelajaran perpindahan kalor. Kegiatan workshop ini dipilih karena setelah selesai mengikuti pelatihan guru akan menghasilkan produk media pembelajaran perpindahan kalor yang dapat langsung digunakan guru dalam pembelajaran ditempat tugas masing-masing. Sesuai dengan keadaan guru Fisika SMA Negeri Sub Rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah tersebut, maka perlu dilakukan Penelitian Tindak Sekolah (PTS) dengan judul: MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU FISIKA MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN PERPINDAHAN KALOR MELALUI WORKSHOP DI SMA NEGERI SUB RAYON 1 DAN 2 KABUPATEN TAPANULI TENGAH. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi pada SMA Negeri sub rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut: (1) dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah/konvensional; (2) guru belum mengunakan media dalam pembelajaran; (3) kompetensi guru membuat media pembelajaran masih sangat rendah; (4)

9 motivasi guru masih rendah untuk meningkatkan kompetensinya dalam pembuatan media; (5) supervisor selama ini belum pernah melaksanakan pelatihan terhadap guru dalam pembuatan media pembelajaran fisika; (6) penggunaan laboratorium masih minim dengan alasan alat-alat laboratorium tidak lengkap; (7) banyak jenis pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru membuat media pembelajaran (a) sosialisasi, (b) penataran, (c) rapat guru, (d) tukar menukar pengalaman maupun, (e) diskusi panel, (f) seminar, dan (g) workshop. C. Pembatasan Masalah Dari yang diuraikan di atas, ada beberapa teknik pelatihan dalam dalam meningkatkan kompetensi guru membuat media pembelajaran perpindahan kalor namun pada penelitian ini dibatasi hanya pada teknik workshop. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah workshop dapat meningkatkan kompetensi guru fisika membuat media pembelajaran perpindahan kalor di SMA Negeri Sub Rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru fisika membuat media pembelajaran perpindahan kalor melalui workshop di SMA Negeri sub rayon 1 dan 2 Kabupaten Tapanuli Tengah.

10 F. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dan penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti sebagai sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak: 1. Secara teoritis a. Penelitian ini untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang pembuatan media pembelajaran fisika. b. Sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian tindakan lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis : Manfaat Penelitian Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi guru, siswa, dan pihak sekolah. a. Manfaat bagi guru : 1. Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan efektif. 2. Meningkatkan kompetensi guru membuat media pembelajaran fisika. b. Manfaat bagi siswa: 1. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik. 2. Meningkatkan minat dan aktivitas siswa di dalam belajar. 3. Meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. 4. Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam kelompok/ membiasakan bekerja sama dengan teman

11 c. Manfaat bagi sekolah : 1. Meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis. 2. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.