sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengecualian Dari Ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

A. LATARBELAKANG BAB I PENDAHULUAN. Maka premi harus dibayar terlebih dahulu oleh tertanggung, karena tertanggunglah

PERUSAHAAN, PENGUSAHA dan PEMBANTU PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi dan dibagi kepada pihak lain yang bersedia ikut menanggung risiko

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI JIWA ATAS KERUGIAN YANG DIDERITA PEMEGANG POLIS KARENA KESALAHAN AGEN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, manusia pasti akan menemui risiko-risiko dalam hidupnya.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

TENAGA KERJA DAN ASURANSI. ( Studi Tanggung Jawab Karyawan Terhadap Tertanggung Di Perusahaan. AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Sukoharjo ) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang kehidupan masyarakat semakin kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transaksi ekonomi pada masa sekarang ini cukup tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi adalah

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Pedagang Perantara Copyright by dhoni.yusra

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN KERJA KARYAWAN PADA RUMAH SAKIT WOODWARD KOTA PALU. Ardy Pramana Putra / D Abstrak

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, jiwa,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OJK Terbitkan Izin Unit Usaha Syariah 2 Perusahaan Asuransi Bisnis.com,

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang semakin kuat sangat berpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan pertanggungan atau perusahaan asuransi adalah suatu badan hukum yang sanggup mengambil alih risiko seseorang berdasarkan perjanjian pertanggungan. 1 Selain memberikan proteksi dalam hak menanggung kerugian masyarakat, perusahaan asuransi juga memberikan sumbangsih kepada perekonomian negara. Perusahaan asuransi dalam melaksanakan kegiatannya membutuhkan pihak-pihak yang pada akhirnya dapat menentukan keberhasilan perusahaan. Pihak ini disebut pembantu perusahaan, pembantu yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Pembantu-pembantu dalam perusahaan adalah pelayan toko, pekerja keliling, pemimpin filial, pemegang prokurasi dan manajer, sedangkan pembantu di luar perusahaan adalah agen, notaris, pengacara, makelar, komisioner, konsultan, akuntan, dan lain-lain. 2 Pembantu perusahaan baik dari dalam maupun luar perusahaan sangatlah mempengaruhi perkembangan perusahaan. Pembantu dalam perusahaan mengikatkan dirinya dengan perusahaan sehingga kedudukannya adalah antara majikan dengan bawahan. Sedangkan pembantu dari luar perusahaan hubungannya tidak bersifat perburuhan, tapi mitra kerja yang berkedudukan sama, yang bekerja setelah adanya pemberian kuasa dari pihak pengusaha. Pemberian kuasa dari pihak pengusaha kepada pembantu-pembantu yang berasal dari luar perusahaan dilakukan dalam bentuk suatu perjanjian sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab 1 HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm.13. 2 Farida Hasyim, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm.47 1

Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) didefinisikan apa yang dimaksud dengan Perjanjian Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya untuk atas nama pemberi Kuasa menyelenggarakan suatu urusan. Berdasarkan Pasal tersebut, pihak yang diberi kuasa dapat bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa, dalam hak ini adalah pihak pengusaha. Hubungan yang ditimbulkan bersifat sama atau sederajat, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1794 KUHPerdata Pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma kecuali jika diperjanjikan sebaliknya. Jika dalam hal yang terakhir, upahnya tidak ditentukan dengan tegas, si pemegang kuasa tidak boleh meminta upah lebih daripada yang ditentukan dalam pasal 411 untuk wali. Berkaitan dengan perjanjian pemberian kuasa kepada pembantu di luar perusahaan yaitu dalam hal ini adalah agen perusahaan, KUHPerdata dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) mengatur secara khusus, akan tetapi berdasarkan Asas Kebebasan Berkontrak (Asas Pacta Sunt Servanda) dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata, para pihak memang dapat membuat perjanjian apa saja, termasuk perjanian keagenan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan, termasuk dalam menunjuk agen asuransi. Menurut Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah. 2

Selain itu, agen asuransi adalah siapa saja yang dikuasakan oleh perusahaan asuransi untuk mencari, membuat, mengubah, atau mengakhiri kontrak-kontrak asuransi antara perusahaan asuransi dengan publik. Agen adalah ujung tombak bagi perusahaan asuransi, artinya adalah perkembangan perusahaan berada pada kemampuan agen asuransi. Agen memiliki peran yang begitu banyak, baik sebagai Consultant finance bagi si nasabah, mewakili nasabah dalam hal klaim asuransi, ataupun mewakili perusahaan asuransi ketika berhubungan dengan nasabah, sekaligus menyetorkan premi yang sudah ditagih pada pihak perusahaan asuransi. Kemampuan agen dalam menjelaskan produk asuransi dengan baik dan jelas sangat diperlukan. Karena bisa saja terjadi salah komunikasi antara nasabah dengan agen, maka salah satu caranya adalah meningkatkan profesionalisme agen asuransi. Masyarakat Indonesia masih enggan atau tidak tertarik untuk berasuransi, pengguna produk asuransi baru mencapai 12% dari 100 penduduk Indonesia. 3 Banyak faktor kenapa ini bisa terjadi diantaranya adalah agen asuransi yamg menjual produk asuransi tidak sesuai kebutuhan si nasabah tapi berdasarkan keinginan si agen untuk mendapatkan komisi yang besar dari jenis produk asuransi yang disediakan, sehingga masyarakatpun enggan berhubungan dengan agen dan perusahaan asuransi. Sebagaimana yang disampaikan Chief Distribution Officer PT Sunlife Financial Indonesia Elin Waty seorang agen asuransi seharusnya tidak hanya sekedar menawarkan produk asuransi. Ia harus 3 H.Satrio Widianto, minat-berasuransi-masih-rendah, http://www.pikiranrakyat.com/ekonomi/2015/10/15/346089/, diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pukul 10:50 WIB. 3

pula membantu nasabah dalam merencanakan keuangan dengan baik dan skala kebutuhan dalam hidup sang nasabah. 4 Perusahaan asuransi dalam hal melayani kebutuhan asuransi masyarakat, salah satu kegiatannya adalah dalam hal perantaraan pembayaran premi asuransi. Premi asuransi berdasarkan Pasal 1 angka 29 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Usaha Perasuransian adalah Sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat. Premi asuransi dapat dibayar langsung oleh tertanggung kepada perusahaan asuransi atau melalui badan perantara yang ditunjuk oleh perusahaan yakni agen asuransi. 5 Nasabah asuransi diberikan kemudahan untuk melakukan pembayaran premi yang disetorkan agen kepada perusahaan asuransi. Namun demikian, dengan sistem kepercayaan tersebut, yakni antara agen dengan nasabah perusahaan asuransi tidak sedikit pula ada oknum agen yang memanfaatkan situasi dan kondisi karena adanya peluang untuk menyalahgunakan kepercayaan nasabah. Dalam pelaksanaan di lapangan, sering dijumpai agen yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya, kasus mengenai uang pembayaran premi melalui agen yang tidak disetorkan ke 4 Sakinah Rakhma Diah Setiawan, Menyimak.Peran.Agen.Asuransi, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/20/1215029/, diakses pada tanggal 18 Maret 2016, pukul 10:00 WIB. 5 Abdulkadir Muhammad,, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006 hlm.103. 4

perusahaan asuransi dengan alasan-alasan tertentu oleh agen asuransi, bahkan ada agen yang menilap premi asuransi nasabah dan memalsukan tanda terima premi. 6 Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014 Pasal 28 ayat: (5) Agen asuransi dilarang menggelapkan Premi atau Kontribusi, (6) Dalam hal Premi atau Kontribusi dibayarkan melalui Agen Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Agen Asuransi wajib menyerahkan Premi atau Kontribusi tersebut kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dalam jangka waktu yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. (7) Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah wajib bertanggung jawab atas pembayaran klaim yang timbul apabila Agen Asuransi telah menerima Premi atau Kontribusi, tetapi belum menyerahkannya kepada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Asuransi Syariah tersebut. Khusus pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bumi Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Padang Panjang, terdapat 3 (tiga) tingkatan jenis agen yaitu Agen, Agen Debit, Agen Produksi, dan Agen Koordinator. Agen Debit melakukan penagihan premi pertama dari hasil penjualan produk asuransi dan menyetorkannya ke kas pihak kesatu dalam waktu selambatlambatnya 1x24 jam hari kerja terhitung sejak premi diterima, memberitahukan setiap fakta yang diketahuinya yang berhubungan dengan penerimaan premi dan angsuran pinjaman polis, dan mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agen produksi dan agen debit berada di bawah pengawasan, pengendalian dan pembinaan dari suatu agen yang bernama Agen Koordinator. 6Ririn, Kecewa Pelayanan Customer Asuransi Bumiputera,http://arsip.mediakonsumen.com/index.php? name=news&file=article&sid=2461&theme=printer#popup, diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pada pukul 13:00 WIB. 5

Agen koordinator bertugas membuat laporan harian secara tertulis tentang kegiatan agen yang berada di bawah koordinasinya kepada pihak AJB Bumiputera 1912, membuat dan melaporkan perencanaan organisasi, produksi, konservasi dan penghimpunan dana pada minggu pertama setiap bulan, merekrut calon agen produksi, memberi rekomendasi calon agen debit untuk diseleksi oleh pihak AJB Bumiputera 1912 sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan, melatih dan membina agen sehingga dapat melaksanakan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab sebagai agen produksi atau agen debit, menganalisa kegatan agen dalam hal operasional produksi, konservasi sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh AJB Bumiputera 1912. Agen koordinator juga melakukan pengawasaan dan pengendalian kegiatan agen dibawahnya, melakukan penelitian ulang terhadap penjualan produk asuransi jiwa yang dihasilkan oleh agennya sesuai standar yang ditetapkan oleh pihak AJB Bumiputera 1912. Dalam pelaksanaannya sering ditemukan agen debit tidak menyetorkan hasil penagihan premi atau terlambat menyetorkan premi kepada pihak AJB Bumiputera 1912 Cabang Padang Panjang dalam waktu selambat-lambatnya 1x24 jam hari kerja terhitung sejak premi diterima. Sedangkan perjanjian keagenan menimbulkan akibat hukum jika tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, ini berkaitan dengan asas hukum Pacta Sunt Servanda, hal ini terdapat dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa Perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi perjanjian yang telah mereka buat tersebut. 6

Perjanjian berfungsi sebagai perundang-undangan, tetapi hanya berlaku bagi pembuatnya saja. Karena perjanjian merupakan kesepakatan kedua belah pihak dan masing-masing pihak, namun dalam prakteknya masalah timbul jika pihak-pihak dalam perjanjian tidak melaksanakan kewajibannya (wanprestasi). Sehingga hukum memberikan sanksi terhadap pelaku ingkar janji. Sehingga menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui akibat hukum terhadap agen yang telah melakukan wanprestasi dalam penyetoran premi, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang mendalam terhadap permasalahan tersebut. Sehingga penulis menetapkan judul penulisan adalah AKIBAT HUKUM TIDAK DISETORNYA PREMI OLEH AGEN PADA PIHAK PERUSAHAAN ASURANSI (Studi Di Perusahaan Asuransi Jiwa Bumi Bersama Bumiputera 1912 Cabang Padang Panjang) 7