BAB V PERBEDAAN DAN PERSAMAAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KEABSAHAN PERNIKAHAN SECARA ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. beberapa model kerangka berfikir yang kontradiksi antara Adat dan Hukum Islam.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

FATWA TARJIH: HUKUM NIKAH SIRRI

BAB I PENDAHULUAN. membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Munakahat (Studi di Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau). Hasil

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAHARUAN AKAD NIKAH SEBAGAI SYARAT RUJUK

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM PROSES PERKAWINAN

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB V PENUTUP. yang dapat kita ambil dari pembahasan tesis ini. Yaitu sebagai berikut:

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak,

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

P E N E T A P A N. Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dengan orang lain. Manusia itu dilahirkan di tengah-tengah

BAB IV ANALISIS SADD ADH-DHARI< AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KONDOM SECARA BEBAS DI ALFAMART CABANG BOLODEWO

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

Transkripsi:

75 BAB V PERBEDAAN DAN PERSAMAAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Perbedaan dan Persamaan Pernikahan Secara Online Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif. Pernikahan secara online sudah ada beberapa masyarakat yang mempraktekkannya, namun belum ada hukum formal yang mengaturnya, keabsahan pernikahan secara online bisa diterima dimata hukum selama memenuhi syarat dan rukun pernikahan pada umunya. Rukun nikah yang pada umumnya ada empat macam, yaitu: calon suami,calon istri,wali, dua orang saksi dan sighat akad yang harus dilakukan dalam satu majlis, Dalam praktek pernikahan secara online yang jadi permasalahan yaitu rukun nikah mengenai sghat akad yang diharuskan dalam satu majlis. Hukum islam dalam menaggapi praktek pernikahan secara online terdapat dua pendapat ulama yang kuat, pendapat pertama dalam mengartikan satu majlis yaitu kesinambungan waktu dalam melakukan ijab dan Kabul harus tidak ada selang waktu, pendapat kedua dalam mengartikan satu majlis calon suami dan wali perempuan dalam melakukan ijab qabul harus benar benar dalam satu tempat, dan dalam melakukan ijab dan qabul juga harus berkesinambungan dalam arti tidak ada jeda waktu.

76 Antara ijab dan kabul disyaratkan terjadi dalam satu majlis, tidak disela-selai dengan pembicaraan lain atau perbuatan-perbuatan yang menurut adat kebiasaan dipandang mengalihkan akad yang sedang dilakukan. Namun, tidak disyaratkan antara ijab dan Kabul harus berhubungan langsung. Andaikata setelah ijab dikatakan oleh wali mempelai perempuan atau wakilnya, tiba tiba mempelai laki-laki berdiam beberapa saat tidak mengatakan Kabul, baru setelah itu menyatakan kabulnya, ijab Kabul dipandang sah. Pendapat ini dikemukakan oleh mazhab Hanafi dan Hambali 1 Dimaklumi bahwa keabsahan suatu redaksi dapat dipastikan dengan cara mendengarkannya. Akan tetapi, bahwa redaksi itu benarbenar asli diucapkan oleh kedua orang yang sedang melakukan akad, kepastiannya hanya dapat dijamin dengan jalan melihat para pihak yang mengucapkan itu dengan mata kepala. Pendapat ini yang dipegangi (mu tamad) dikalangan ulama ulama mujtahid, terutama kalangan syafi iyah. 2 Dari keterangan di atas,dilihat dari segi manfaat dan nilainya dapat disimpulkan bahwa hendaknya kita sebagai seorang muslim dapat menentukan mana diantara kedua pendapat yang paling baik bagi diri kita. Selain itu hendaknya kita sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang belum jelas hukumnya. 1 Ahmad Asyhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (UII Pres Yogyakarta:2014) hlm 27 2 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Kencana, Jakarta:2004). hlm. 6.

77 Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa mengenai keabsahan pernikahan secara online atau melalui sarana telepon dianggap sah sepanjang sesuai dengan rukun nikah secara umum, yang jadi perbedaan bahwasannya mengenai pengertian satu majlis, ada pendapat yang mengatakan satu majlis disini hadir secara fisik dan ada pendapat lain dalam satu majlis disini ada kesinambungan antara ijab dan Kabul. Dalam praktek pernikahan secara online kalau menganut pengertian satu majlis adalah kesinambungan antara ijab dan Kabul tanpa memandang tempat dalam hal ini pernikahan secara online tidak ada masalah, namun apabila menganut pengertian satu majlis menyangkut kedua belah pihak harus hadir dalam satu tempat, dalam hal ini pernikahan secara online dianggap tidak sah. Para ahli hukum islam yang menyatakan nikah harus dilakukan dalam satu majlis dengan mengutip pendapat ulama mazhab yang ditulis Abdurrahman Al-Jaziri bahwa persyaratan harus dalam satu majlis ini memiliki maksud bahwa ijab dan Kabul harus dilakukan dalam jarak waktu yang terdapat dalam satu upacara akad nikah bukan dilakukan dalam jarak waktu yang terpisah jika ijab dan Kabul diucapkan dalam satu upacara, Kabul diucapkan pula pada upacara berikutnya,maka akad nikah itu tidak sah meskipun pada tempat (majlis) yang sama, hal ini kare na kesinambungan antara ijab dan Kabul tersebut terputus. Dengan demikian adanya persyaratan bersatu majlis guna kesinambungan waktu antara ijab

78 dan Kabul serta tidak ada selingan ucapan yang dapat memutus ijab dan Kabul, oleh karena itu meskipun tempatnya dalam satu majlis dan dalam satu waktu, namun pada saat prosesi akad nikah berlangsung ada selingan perbuatan atau percakapan lain maka kesinambumgam antara pelaksanaan ijab dan pelaksanaan Kabul sudah tidak terwujud lagi dengan demikian praktek akad nikahnya tidak sah karena ada perbuatan selingan. 3 Karena itu, menikah lewat telepon itu tidak diperbolehkan dan tidak sah menurut hukum islam, karena selain terdapat kelemahan atau kekurangan dan keraguan dalam memenuhi rukun-rukun nikah lewat dan syarat-syaratnya sebagaimana diuraikan diatas, juga berdasarkan dalil-dalil syar i sebagai berikut : a) Nikah itu termasuk ibadah. Karena itu, pelaksanaan nikah harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur an dan sunah Nabi yang shahih, berdasarkan kaidah hukum : الا ص ل ف ي ا ل ع ب ا د ة ح ر ا م pada dasarnya ibadah itu haram. Artinya, dalam masalah ibadah, manusia tidak boleh membuat-buat (merekayasa) aturan sendiri. b) Nikah merupakan peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dan itu bukanlah sembarang akad, tetapi merupakan akad 3 Abdurrahman Al- Jaziri. 1990. Al fiqh ala Mazhabibil arba ah. Juz 4.beirut Lebanon.darul Fikr.hal.24.

79 yang mengandung sesuatu yang sakral dan syiar islam serta tanggung jawab yang berat bagi suami istri, sebagaimana firman Allah dalam surat An-nisa :21...dan mereka (isteri -isterimu) Telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (Q.S An-nisa : 21) c) Nikah lewat telepon dan internet mengandung resiko tinggi berupa kemungkinan adanya penyalahgunaan atau penipuan, dan dapat pula menimbulkan keraguan, apakah telah terpenuhi atau tidak rukun-rukun dan syarat-syarat nikahnya dengan baik. Salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu hadir dalam tempat yang sama. d) Dampak negatif yang akan timbul juga akan lebih berbahaya lagi jika sudah punya anak. Hak waris ataupun hadlonahnya akan memberatkan dan juga membingungkan 4 Melihat penjelasan diatas menanggapi praktek pernikahan melalui media telepon atau pernikahan secara online hukum islam ada dua pendapat yang kuat dan menyimpulkan tidak sah pernikahan melalui media telepon dengan pertimbangan banyak kekhawatiran yang ada, semisal pemalsuan identitas pernikahan tersebut termasuk mengurangi keskralan dalam pernikahan, padahal pernikahan dilakukan sekali seumur hidup. 4 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Munakahat Khitbah, nikah dan talak, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 44.

80 Menentukan sah atau tidaknya suatu nikah, tergantung pada dipenuhinya atau tidaknya rukun-rukun nikah dan syarat-syaratnya. Secara formal, nikah lewat telepon dapat memenuhi rukun-rukunnya, yakni adanya calon suami dan istri, dua saksi, wali pengantin putri, ijab qabul. Namun, jika dilihat dari syarat-syarat dari tiap-tiap rukunnya, tampaknya ada kelemahan atau kekurangan untuk dipenuhi. Misalnya identitas calon suami istri perlu dicek ada atau tidaknya hambatan untuk nikah (baik karena adanya larangan agama atau peraturan perundangan-undangan) atau ada tidaknya persetujuan dari kedua belah pihak. Pengecekan masalah ini lewat telepon sebelum akad nikah adalah cukup sukar. Demikian pula pengecakan tentang identitas wali yang tidak bisa tanpa taukil, kemudian ia melangsungkan ijab qabul langsung dengan telepon. Juga para saksi yang hanya mendengar pernyataan ijab qabul dari wali dan pengantin putera lewat telepon dengan bantuan mikrofon, tetapi mereka tidak bisa melihat apa yang disaksikan juga kurang meyakinkan 5 Penentuan tempat dan waktu pada akad orang yang tidak bertemu langsung dikatakan sempurna tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Bila keduanya tidak bersepakat dan tidak ditemukan ketentuan perundangan tentang hal tersebut, maka akad dianggap sempurna pada 5 http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/01/hukum-akad-nikah-lewat-teleponinternet.html

81 tempat dan waktu tempat mujib (orang yang menawarkan ijab) mengetahui qabul. 6 Dengan demikian apa yang ditetapkan dalam penjelasan UU perdata Mesir tidak berbeda dengan apa yang telah menjadi ketentuan dalam fiqh islam. Ada penjelasan lain yang menyebutkan akad melalui telepon atau alat sejenisnya dianggap seperti akad orang yang bertemu langsung dalam aspek waktunya dan dianggap seperti akad orang yang tidak betemu langsug dalam aspek tempatnya. Penjelasan UU menuturkan alasan kenapa akad lewat telepon disamakan dengan akad antara orang yang bertemu langsung dalam aspek waktunya: karena pemindahan suara lewat telepon menjadikan kedua belah pihak, dalam aspek waktunya, seolah olah berada dalam satu majlis, yang dengan munculnya qabul, maka akad akan menjadi sempurna. Mengenai tempatnya, tak diragukan lagi memang berbeda, masingmasing orang yang bertransaksi berada pada tempat yang berbeda. Karenanya, akad melalui telepon disamakan dengan akad orang yang tidak bertemu langsung, sehingga hukumnya pun di perlakukan pada masalah ini. Dengan demikian, majlis akad melalui telepon atau sarana apapun hlm..50 6 Muhyiddin al-qurahdaghi, Fiqih Digital, qonun-prisma media, Yogyakarta, 2003,

82 yang sempurna seperti alat komunikasi tanpa kabel, adalah majlis mujib (pihak yang menwarkan ijab) mengetahui qabul : karena pada tempat itulah qabul dapat diketahui. 7 Melihat uraian diatas mengenai pernikahan melalui media telepon dipandang dari hukum islam dan hukum positif ada beberapa perbedaan yang muncul diantaranya: Menurut pandangan hukum islam memang ada perbedaan pendapat dikalangan ulama fiqih,dalam akar masalahnya yaitu mempermasalahkan keharusan dalam satu majlis dalam proses akad nikah, perbedaan tersebut mempunyai pertimbangan tersendiri, dalam mengartikan satu majlis yaitu harus benar dalam satu tempat secara fisik mereka ada kehati-hatian ihtiyat yaitu untuk menghilangkan resiko pemalsuan identitas dan prosesi akad nikah biar benar benar sacral, namun pendapat lain yang tidak mengharuskan dalam satu majlis, mereka tidak mempertimabngkan hal itu, mereka hanya mempertimbangkan alternative dalam proses akad nikah. Namun pendapat ini banyak resiko yang akan dialami seperti kelambatan dalam pengucapan qabulnya sedangkan mengenai kelambatan dalam pengucapan qabul tersebut masih ada perbedaan pendapat antara ulama fiqih, seperti imam malik membolehkannya, apabila kelambatan itu hanya sebentar saja. 7 Ibid, hlm. 51.

83 Segolongan fuqaha melarangnya dan yang lain membolehkannya. Keterlambatan seperti itu bisa terjadi, misalnya, apabila seorang wali yang mengawinkan seorang perempuan tanpa terlebih dahulu meminta persetujuannya. Kemudian hal itu disampaikan kepada perempuan tersebut. Ternyata ia mau. Diantara fuqaha yang tidak membolehkan keterlambatan qabul, secara mutlak ialah Syafi i. Sedangkan diantara fuqaha yang membolehkan keterlambatan secara mutlak ialah Abu Hanifah dan para pengikutnya. Pendapat yang memisahkan antara kelambatan yang lama dan kelambatan yang sebentar dikemukakan oleh malik. 8 Meskipun dari kalangan ulama fiqih ada perbedaan pendapat mengenai akad nikah melalui media telepon atau online, namun pada akhirnya memutuskan untuk melarang pernikahan melalui media telepon dengan alasan, persyaratan bersatu majlis bukan saja untuk menjamin kesinambungan antara ijab dan Kabul, tetapi sangat erat hubungannya dengan tugas dua orang saksi yang harus dapat melihat dengan mata kepalanya bahwa ijab dan Kabul itu betul-betul diucapkan oleh kedua orang yang melakukan akad. Seperti diketahui bahwa diantara syarat sah suatu akad nikah, dihadiri oleh dua orang saksi. Tugas dua orang saksi itu, sperti disepakati para ulama, terutama untuk memastikan secara yakin 8 Ibnu Rusyid, Bidayatul Mujtahid juz 2, (Jakarta PUSTAKA AMANI:1989) hlm. 409.

84 akan keabsahan ijab dan Kabul, baik dari segi redaksinya, maupun dari segi kepastian bahwa ijab dan Kabul itu adalah diucapkan oleh kedua belah pihak. Dalam hukum positif Indonesia memang tidak ada hukum yang mengatur secara formal, namun disini penulis sebagai bahan pertimbangan peraturan hukum dari UU perdata Mesir yang mengatakan: akad menggunakan telepon atau melalui alat apa saja yang menyamainya disamakan dengan akad yang bertemu langsung ditinjau dari segi waktunya, dan disamakan dengan akad orang yang tidak bertemu ditinjau dari segi tempatnya. 9 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwasannya menurut pandangan hukum positif, pernikahan melalui telepon atau online hukumnya disamakan dengan akad nikah orang yang bertemu langsung mengenai aspek waktunya, namun ada masalah dengan tempat pelaksanaan akad bila di bandingkan dengan orang bertemu langsung mengalami perbedaan. Jika terjadi pernikahan secara online yang dilakukan oleh masyarakat, maka pernikahan tersebut sah hanya sebatas membentuk ikatan saja, apabila sudah bertemu secara langsung maka pernikahan tersebut harus di perbaharui dengan jalan melakukan akad nikah sebagaimana mestinya.. hlm.48 9 Muhyiddin al-qurahdaghi, Fiqih Digital, qonun-prisma media, Yogyakarta, 2003,

85 Mengenai persamaan pandangan hukum islam dan hukum positif mengenai pernikahan melalui media telepon atau online keduanya mempermasalahkan tempat terjadinya akad jika disamakan dengan akad nikah yang dilakukan pada umumnya, karena hal itu berdampak banyak pada keaslian identitas kedua belah pihak dan wali dari calon perempuan. Dan juga kesinambungan antara ijab dan Kabul. Keduanya sama sama melarang praktek pernikahan secara online, hukum positif membolehkan praktek tersebut tapi sebatas perikatan saja, keabsahan secara penuh akad nikah tersebut harus diperbaharui ketika kedua mempelai sudah bertemu langsung. B. Analisis. Dalam pernikahan terdapat rukun-rukun yang harus dipenuhi. Rukun-rukun nikah ada 5 : (زوج) 1. Suami 2. Istri ( ة (زوح dengan beberapa kriteria yaitu : tidak mahramnya sendiri, ta yin, suci dari pernikahan, tidak dalam masa iddah, dan perempuan asli. 3. Wali nikah ( ى نك اح.(ول Harus memiliki beberapa persyaratan : islam, baligh, berakal, sifat merdeka, laki-laki, dan sifat-sifat lainnya. Tapi untuk pernikahan kafir dzimmi tidak memerlukan islamnya wali,bagi fuqaha yang memegangi adanya wali, maka macam-macam wali itu ada tiga, yaitu: wali nasab (keturunan), wali penguasa, dan wali bekas tuan yang jauh dan yang dekat.

86 4. Dua orang saksi ھدان) (شا Nabi Muhammad bersabda : لا ن ك ا ح ا لا ب و ل ي و ش ا ھ د ي ع د ل Artinya: Perkawinan tidak sah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil. ( H.R. Addaruquthni) 5. Shigat Sighat disini yang harus dilaksanakan dalam satu majlis untuk memudahkan pengecekan keaslian identitas calon mempelai dan juga wali. Menentukan sah atau tidaknya suatu nikah, tergantung pada dipenuhinya atau tidaknya rukun-rukun nikah dan syarat-syaratnya. Secara formal, nikah lewat telepon dapat memenuhi rukun-rukunnya, yakni adanya calon suami dan istri, dua saksi, wali pengantin putri, ijab qabul. Namun, jika dilihat dari syarat-syarat dari tiap-tiap rukunnya, tampaknya ada kelemahan atau kekurangan untuk dipenuhi. Misalnya identitas calon suami istri perlu dicek ada atau tidaknya hambatan untuk nikah (baik karena adanya larangan agama atau peraturan perundangan-undangan) atau ada tidaknya persetujuan dari kedua belah pihak. Pengecekan masalah ini lewat telepon sebelum akad nikah adalah cukup sukar. Demikian pula pengecakan tentang identitas wali yang tidak bisa tanpa taukil, kemudian ia melangsungkan ijab qabul langsung dengan telepon. Juga para saksi yang hanya mendengar pernyataan ijab qabul dari wali dan pengantin

87 putera lewat telepon dengan bantuan mikrofon, tetapi mereka tidak bisa melihat apa yang disaksikan juga kurang meyakinkan. Demikian pula ijab qabul yang terjadi di tempat yang berbeda lokasinya, apalagi yang sangat berjauhan akan lebih sulit dalam proses pengecekan identitas. Karena itu, menikah lewat telepon itu tidak diperbolehkan dan tidak sah menurut hukum islam, karena selain terdapat kelemahan atau kekurangan dan keraguan dalam memenuhi rukun-rukun nikah lewat dan syarat-syaratnya sebagaimana diuraikan diatas, Untuk masyarakat muslim pernikahan melaui Internet seperti ini sebaiknya tidak dilakukan, sebab sah-tidaknya pernikahan seperti ini menimbulkan keraguan dan perbedaan pendapat diantara para ulama fiqhiyah. Pernikahan ini juga akan menimbulkan keraguan apakah kedua calon suami-istri itu adalah benar-benar calon mempelai yang sesungguhnya atau hanya sebuah rekayasa tekhnologi Untuk para imam dan hakim serta pemerintah yang berwenang, sebaiknya tidak melakukan akad nikah yang dilakukan dengan cara ini. Alangkah lebih baiknya apabila pernikahan tersebut dilakukan hingga kedua calon pengantin tersebut benar-benar siap dan dapat disatukan sehingga pernikahan dapat dilakukan secara lazim menurut yang disunnahkan. 10 10 Ichwan, Muhammad. Problematika Hulum Islam Kontemporer. Jakarta:PT Pustaka Firdaus,1999.hlm.56.

88