BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi yang usianya relatif lebih muda dibandingkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang teratas dan juga terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

PENGANTAR. Dalam rutinitas kegiatan perkuliahan yang padat, maka saya mohonkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

Bab I Pendahuluan. saat mencapai mencapai usia matang secara hukum. Secara umum masa remaja dibagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

Efektifitas Metoda Mengajar Tata Boga oleh Guru SMK Pariwisata Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak permasalahan yang dialami para pelaku pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Setiap kebudayaan memiliki kekhasannya masing-masing. tarian, logat bahasa, sikap, norma, dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kecerdasan..., Leila, Fakultas Psikologi 2016

2015 PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK PGRI 2 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas.

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA. Universitas Brawijaya, 2008 All Rights Reserved

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan pariwisata merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang usianya relatif lebih muda dibandingkan dengan lembaga pendidikan tinggi lainnya seperti kedokteran, hukum, ekonomi, dan lain sebagainya. Pendirian lembaga pendidikan tinggi pariwisata dan perhotelan pada dasarnya dipicu oleh kebutuhan akan sumber daya manusia yang terampil dan profesional di industri pariwisata dan perhotelan yang telah lebih dulu berkembang sebelum adanya lembaga pendidikan yang fokus pada bidang pariwisata dan perhotelan. Perkembangan industri pariwisata dan perhotelan di Indonesia diawali dengan munculnya beberapa hotel dan juga industri jasa lainnya sebagai bukti tekad bangsa Indonesia mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan devisa negara (www.stptrisakti.ac.id, 2011). Walaupun industri pariwisata dan perhotelan di Indonesia berkembang dengan cukup pesat, namun masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, belakangan ini lembaga pendidikan pariwisata semakin dituntut untuk menghasilkan tenaga kerja yang handal dan profesional agar dapat bersaing dengan negara lain. Agar dapat memenuhi tuntutan tersebut, lembaga pendidikan pariwisata perlu 1

2 mengembangkan pengelolaan pendidikannya, tidak hanya mencari keuntungan dengan merekrut mahasiswa sebanyak mungkin, tetapi juga mempedulikan kualitas lulusan dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Belakangan ini lembaga pendidikan pariwisata memiliki jumlah peminat yang tergolong banyak. Dalam proses penerimaan mahasiswa, beberapa lembaga pendidikan pariwisata menyaring calon mahasiswanya dengan mengadakan tes tertulis dan wawancara. Calon mahasiswa yang terpilih dibatasi sesuai dengan jumlah tempat yang tersedia di masing-masing jurusannya. Pembatasan dalam penerimaan mahasiswa ini dilakukan agar didapatkan mahasiswa baru yang benar-benar siap untuk memasuki dunia pariwisata. Dalam lembaga pendidikan tinggi pariwisata terdapat 3 jurusan utama yaitu perhotelan, pariwisata, dan perjalanan. Program studi Administrasi Perhotelan merupakan salah satu program studi dari jurusan perhotelan. Berbeda dengan program studi lainnya yang berfokus pada satu bidang usaha, Program studi ini mendidik mahasiswanya untuk mengelola kegiatan dalam ruang lingkup administrasi dari bidang usaha perhotelan secara menyeluruh, yang terdiri dari divisi kamar, tata hidangan, tata boga, dan patiseri. Setelah menamatkan pendidikannya mahasiswa program studi administrasi perhotelan diharapkan menguasai pemahaman dasar mengenai konsep dan praktik manajemen pada industri perhotelan (jappari.diknas.go.id, 2009). Berdasarkan data dari situs resmi STP X, Sekolah Tinggi

3 Pariwisata "X" di Bandung merupakan Perguruan Tinggi Kedinasan yang bernaung dibawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang secara teknis akademis dibina oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai sebuah lembaga tinggi milik Pemerintah. Program pendidikan yang diselenggarakan di STP "X" di Bandung adalah program yang menekankan pada pencapaian keterampilan dari ilmu kepariwisataan. STP "X" di Bandung bertujuan untuk menyiapkan tenaga-tenaga profesional dibidang pariwisata sebagai aset nasional yang berkualitas internasional, kreatif, berjiwa wirausaha berkepribadian Indonesia dan berbudi luhur. Visi dari STP "X" di Bandung yaitu menjadikan institusi pendidikan tinggi terbaik dan berdaya saing internasional, dan misi dari STP "X" Bandung yaitu menghasilkan sumber daya manusia pariwisata yang berkualitas dan profesional. Berdasarkan wawancara dengan bagian ADAK STP X Program studi Administrasi Perhotelan di STP X memiliki tuntutan yang relatif lebih tinggi dibanding program studi lainnya di jurusan perhotelan. Program studi ini memiliki jumlah peminat yang banyak, namun penerimaan mahasiswanya dibatasi sebanyak 48 orang setiap tahun. Perbandingan antara jumlah peminat dengan mahasiswa yang diterima sebesar 10:1. Program studi ini bertujuan agar mahasiswa memahami sistem operasi pada area tata boga, tata hidangan, patiseri, dan divisi kamar, menganalisis kontrol finansial pada industri perhotelan, menyusun dan menganalisis anggaran operasional pada industri perhotelan, mengelola aspek-aspek dan kebutuhan pekerja agar tepat dalam pengambilan keputusan pada industri perhotelan, dan menyusun strategi

4 marketing. Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti melalui wawancara kepada ketua program studi Administrasi Perhotelan, karena program studi ini bersifat vocational, maka tuntutan kepada mahasiswanya lebih bersifat praktikal. Hal tersebut berarti bahwa mahasiswa tidak hanya harus menghadiri kuliah dan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh dosen, akan tetapi mahasiswa juga diharapkan mampu menerapkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh selama mendengarkan ceramah dosen pada berbagai aktivitas yang dilakukan didalam kelas. Selain didalam kelas, mahasiswa diharapkan menerapkan pengetahuannya juga pada kegiatan praktikum yang wajib diikuti sebanyak 2 jam pelajaran (100 ) setiap minggu per semesternya. Kegiatan praktikum dilaksanakan di hotel praktek STP X dimana mahasiswa memiliki peran tertentu yang harus dijalankan selama kegiatan praktek. Selama tahun pertama, peran-peran yang harus dijalankan diantaranya pada bidang Food & Beverage Service, kitchen, dan Pastry. Saat semester 3, mahasiswa akan menjalani peran pada bidang Room division. di semester 4, juga semester 8, mahasiswa akan melaksanakan on the job training atau Praktik Kerja Nyata di perusahaan/hotel yang ditentukan dari STP X, dan semester 5 hingga semester 7, mahasiswa melaksanakan praktikum dengan menjalani peran sebagai Manager perhotelan. IPK yang diperoleh mahasiswa program studi Administrasi Perhotelan merupakan akumulasi dan rata-rata dari nilai harian, nilai tugas, nilai ujian tengah semester, dan nilai ujian akhir semester.

5 Aktivitas di dalam kelas yang dituntut program studi kepada mahasiswa merupakan nilai harian mahasiswa yang akan mempengaruhi IPK pada akhir semester. Aktivitas tersebut meliputi diskusi tanya-jawab, dimana terdapat jumlah minimum pertanyaan yang harus disampaikan oleh mahasiswa selama 1 semester yang ditentukan oleh setiap dosen. Tentunya pertanyaan tersebut juga harus berkaitan dengan materi yang sedang didiskusikan pada saat itu. Selain diskusi tanya-jawab, mahasiswa juga harus terlibat aktif pada kegiatan presentasi. Kegiatan presentasi dilakukan oleh mahasiswa baik secara individual maupun kelompok mengenai tugas yang diberikan dosen. Mahasiswa yang mendengarkan presentasi juga wajib menyampaikan masukan dan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipresentasikan. Selain nilai harian, terdapat pula nilai tugas. Nilai tugas tersebut didapat dari tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa berupa makalah atau kliping. Tugas tersebut diberikan oleh dosen setiap hari khususnya saat minggu teori. Terdapat standar kelulusan atau nilai minimum untuk seluruh mata kuliah yaitu 2,75 dari 4,00. Apabila mahasiswa mendapatkan nilai akhir dibawah standar minimum kelulusan 2,75, maka mahasiswa wajib mengikuti ujian ulang. Ujian ulang hanya dapat dilaksanakan 2 kali setiap semester, apabila mahasiswa masih tidak lulus, mahasiswa dapat dikenakan sanksi penundaan kuliah. Selain tuntutan dalam hal nilai, mahasiswa juga dihadapkan pada kewajiban-kewajiban yang harus ditaati diantaranya kehadiran di setiap kegiatan perkuliahan, serta kerapihan dan kesopanan penampilan.

6 Keterlambatan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dapat mempengaruhi kehadirannya. Mahasiswa yang terlambat sampai dengan 10 menit, dinyatakan tidak hadir 1 jam perkuliahan, dan jika lebih dari 10 menit, mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti perkuliahan dan dinyatakan tidak hadir sejumlah jam perkuliahan tersebut. Jumlah jam ketidakhadiran selama 1 semester maksimal 8 jam atau mahasiswa akan mendapatkan sanksi peringatan tertulis. Selain itu, kewajiban mengenai kesopanan dan kerapihan penampilan mencakup tatanan rambut yang ditentukan bagi pria dan wanita, kebersihan kuku, make-up yang tidak berlebihan, pakaian dalam yang tidak mencolok, kerapihan seragam, kelengkapan atribut, asesoris yang tidak berlebihan, sepatu panthopel, dan dasi yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Semua tuntutan akademik dari perguruan tinggi pariwisata, khususnya program studi administrasi perhotelan dibutuhkan agar perguruan tinggi pariwisata dan perhotelan dapat mengentaskan tenaga kerja yang mampu melayani masyarakat dengan kualifikasi kemampuan dan profesionalisme tinggi. Untuk dapat memenuhi semua tuntutan akademik diperlukan penyesuaian diri yang adekuat dalam bidang akademik dari para mahasiswa agar mereka dapat memenuhinya dengan cara dan strategi perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan perguruan tinggi. Penyesuaian akademik atau yang disebut dengan academic adjustment mengacu pada kemampuan atau proses dimana tuntutan dan persyaratan yang berhubungan dengan dunia akademik dipenuhi oleh sikap yang adekuat, sehat, serta memuaskan (Schneider, 1964). Untuk dapat

7 melakukan academic adjustment, pertama-tama, mahasiswa perlu melakukan penyesuaian diri untuk mengurangi masalah-masalah personalnya seperti fisik, emosional, seksual, moral, dan spiritual. Untuk mengetahui penyesuaian akademik yang adekuat, perlu dilihat dari enam kriteria, seperti successful performance, adequate effort, acquisition of worth-while knowledge, intellectual development, achievement of academic goals, dan satisfaction of needs, desires, and interests. Berdasarkan data yang didapat peneliti dari bagian tata usaha program studi Administrasi Perhotelan, mahasiswa baru tahun angkatan 2010 pada program studi administrasi perhotelan berjumlah 43 orang. Peneliti melakukan penelitian pada mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan SMA reguler atau non-smk Pariwisata sebanyak 40 orang diantaranya. Mahasiswa yang berasal dari SMK Pariwisata dan Perhotelan memiliki pengetahuan dasar mengenai bidang pariwisata yang diperoleh dari pendidikannya di SMK Pariwisata dan perhotelan. Mahasiswa yang berasal dari SMA reguler, selama menjalani pendidikannya di SMA tidak memperoleh pendidikan khusus mengenai bidang pariwisata dan perhotelan. Berdasarkan data yang didapat dari wawancara dengan 2 orang dosen yang mengajar mahasiswa semester 1 program studi Administrasi Perhotelan, keduanya menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa semester 1 dapat mengerjakan tugas harian yang berupa makalah atau kliping sesuai dengan keinginan dosen, rata-rata mendapat nilai B (2,56 3,25) untuk tugas dan tes harian, juga aktif bertanya dan menjawab selama kegiatan belajar

8 mengajar berlangsung. Salah seorang dosen menyatakan bahwa rata-rata mahasiswa juga aktif saat diberi tugas mempresentasikan tugasnya, namun dosen yang satunya menyatakan bahwa saat ada mahasiswa yang mempresentasikan tugasnya, mahasiswa yang aktif bertanya hanya 30% atau lebih sedikit dibandingkan keaktifan saat ceramah dan terkadang mahasiswa hanya memberi komentar yang kurang relevan dengan topik yang sedang dibicarakan. Peneliti melakukan survey awal melalui wawancara kepada 5 orang mahasiswa administrasi perhotelan yang berlatar belakang pendidikan SMA reguler. Terdapat 2 orang yang menyatakan bahwa mereka sering mendapat nilai harian, tugas, maupun ujian diatas rata-rata kelas saat ujian lisan praktek atau teori, selalu hadir atau tidak pernah terlambat saat kuliah dan praktek, selalu mengulang materi perkuliahan dirumah, selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen, selalu memakai atribut pakaian yang lengkap dan berpenampilan rapih, aktif bertanya dan menjawab selama kuliah teori, dapat menjawab seluruh pertanyaan senior saat ujian lisan praktek, dan mendapat pujian dari dosen atau senior karena mendapat nilai diatas rata-rata. Salah satu dari 2 mahasiswa tersebut merasa keberatan dengan peraturanperaturan program studi yang menurutnya terlalu ketat terutama mengenai penampilan dan absensi, dan yang satunya merasa lelah dengan posisi/peran sebagai bawahan yang dijalankan selama praktikum. Terdapat 2 mahasiswa menyatakan bahwa mereka mendapat nilai rata-rata saat ujian lisan praktek atau teori, selalu hadir dan tidak pernah

9 terlambat saat kuliah dan praktek, mengulang materi perkuliahan dirumah hanya sekitar seminggu dua kali, selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen, selalu memakai atribut pakaian yang lengkap dan berpenampilan rapih, jarang bertanya saat ada kegiatan presentasi tugas di kuliah teori, hanya menjawab apabila diberi pertanyaan oleh dosen, dapat menjawab rata-rata setengah dari seluruh pertanyaan senior saat ujian lisan praktek. Keduanya juga mengeluhkan peraturan yang terlalu ketat, terutama mengenai keterlambatan. Terdapat 1 mahasiswa yang mendapat nilai dibawah standar minimum kelulusan (2,75) saat ujian, kadang-kadang terlambat saat menghadiri kuliah sehingga dianggap tidak hadir 1 jam kuliah, hanya sekitar seminggu sekali mengulang materi perkuliahan dirumah, terlambat saat mengumpulkan tugas kepada dosen, mendapat teguran karena berpenampilan tidak rapih, jarang bertanya saat diskusi tanya-jawab dan presentasi selama kuliah teori, tidak bisa menjawab saat diberi pertanyaan oleh dosen selama kuliah teori, tidak dapat menjawab hampir seluruh pertanyaan senior saat ujian lisan praktek. Mahasiswa tersebut merasa kesulitan dengan tuntutan yang mengharuskan dirinya aktif selama mendengarkan ceramah dan presentasi di kelas. Data survey awal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa program studi administrasi perhotelan STP "X" di Bandung memiliki penyesuaian akademik yang berbeda-beda. Setiap mahasiswa menampilkan perilaku yang berbeda-beda untuk menunjukkan keadekuatan penyesuaian

10 akademiknya. Terdapat mahasiswa yang melakukan penyesuaian akademik yang adekuat dengan menunjukkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan harapan dan ketentuan fakultas, namun ada pula mahasiswa yang melakukan penyesuaian akademik yang tidak adekuat dengan menunjukkan perilakuperilaku yang secara akademis tidak sesuai dengan harapan atau ketentuan fakultas. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai academic adjustment pada mahasiswa baru program studi administrasi perhotelan di STP "X" kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran mengenai academic adjustment pada mahasiswa baru program studi administrasi perhotelan di STP"X" kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai academic adjustment pada mahasiswa baru program studi administrasi perhotelan di STP"X" kota Bandung.

11 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai adekuat atau tidak adekuatnya academic adjustment pada mahasiswa baru program studi administrasi perhotelan di STP"X" kota Bandung dan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang berkaitan secara konseptual. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis 1. Memberikan informasi mengenai academic adjustment pada mahasiswa ke dalam bidang ilmu psikologi khususnya setting psikologi pendidikan. 2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai academic adjustment. 1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada STP X khususnya program studi Administrasi Perhotelan mengenai academic adjustment pada mahasiswanya. Informasi ini dapat digunakan untuk membimbing mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan yang memiliki

12 masalah dalam penyesuaian akademiknya melalui bantuan pelayanan bimbingan dan konseling yang diadakan di STP X agar mahasiswa dapat lebih adekuat dalam menyesuaikan dirinya. 2. Memberikan informasi kepada para mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan di STP X di Bandung mengenai penyesuaian akademiknya, terutama yang memiliki penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Diharapkan mereka dapat menyesuaikan diri dengan lebih adekuat dalam kegiatan perkuliahannya di program studi Administrasi Perhotelan. 1.5 Kerangka Pemikiran Menurut Santrock (1995) mahasiswa baru menggambarkan seorang pelajar yang berada pada tahun pertama perguruan tinggi, dan sebagai orang baru dan pemula. Transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar, dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari beragam latar belakang etniknya, dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya. Seperti halnya transisi dari masa sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama yang melibatkan perubahan, begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi. Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama pada dua transisi itu. Berpindah dari seorang senior di

13 sekolah menengah atas menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi dikenal dengan top-dog phenomenon, yaitu perubahan dari siswa yang paling tua dan paling berkuasa menjadi siswa yang paling muda dan paling tidak berkuasa yang terjadi sebelumnya di awal masa remaja. Transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi dapat melibatkan hal-hal yang positif. Pelajar dapat lebih merasa dewasa, lebih banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama kelompok sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai-nilai, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua, dan tertantang secara intelektual oleh tuntutan akademik. Tuntutan akademik yang dihadapi mahasiswa perguruan tinggi umumnya berbeda dengan sekolah menengah atas. Di sekolah menengah atas, siswa dilatih untuk menganalisa dan mensintesa suatu masalah dari persoalan yang mudah hingga persoalan yang kompleks. Di perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mampu membentuk konsep masalah, misalnya dalam bentuk makalah, penelitian, atau skripsi. Mahasiswa dilatih untuk menganalisa sampai dengan mengevaluasi setiap masalah yang ada di lingkungan sekitar sesuai dengan bidang ilmunya. Untuk dapat memenuhi semua tuntutan akademik diperlukan penyesuaian diri yang baik dalam bidang akademik dari para mahasiswa agar mereka dapat memenuhi tuntutan akademik dengan cara dan strategi perilaku yang adekuat (Santrock, 1995). Semua tuntutan akademik dari perguruan tinggi pariwisata,

14 khususnya program studi administrasi perhotelan dibutuhkan agar perguruan tinggi pariwisata dan perhotelan dapat mengentaskan mahasiswa untuk menjadi tenaga kerja yang mampu melayani masyarakat dengan kualifikasi kemampuan dan profesionalisme tinggi. Untuk dapat memenuhi semua tuntutan akademik diperlukan penyesuaian diri yang baik dalam bidang akademik dari para mahasiswa agar mereka dapat memenuhi tuntutan akademik dengan cara dan strategi perilaku yang adekuat. Menurut Schneider (1964) penyesuaian akademik atau yang disebut dengan academic adjustment adalah kemampuan atau proses dimana tuntutan dan persyaratan yang berhubungan dengan dunia akademik dipenuhi oleh sikap yang adekuat, sehat, serta memuaskan. Untuk menentukan penyesuaian akademik yang adekuat, perlu dilihat dari enam kriteria, diantaranya successful performance, adequate effort, acquisition of worthwhile knowledge, intellectual development, achievement of academic goals, dan satisfaction of needs, desires, and interests. (Schneider, 1964) Successful performance atau performa keberhasilan merupakan performansi mahasiswa Administrasi Perhotelan untuk mewujudkan tuntutan-tuntutan dalam bidang akademik. pemikiran mengenai keberhasilan berbeda-beda pada setiap orang, meskipun hal ini tidak dibedakan secara subjektif atau emosional. Apabila nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa baru tidak sesuai dengan tuntutan akademiknya, dalam hal ini standar minimum kelulusan yang ditetapkan program studi Administrasi Perhotelan yaitu 2,75 dari 4,00 maka dapat dikatakan, mahasiswa baru melakukan penyesuaian

15 akademik yang tidak adekuat. Namun, apabila nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa baru dapat melebihi standar minimum kelulusan (2,75) maka mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang adekuat. Adequate effort adalah upaya yang dilakukan oleh mahasiswa Administrasi Perhotelan dalam kegiatan perkuliahannya untuk dapat memenuhi tuntutan akademik perkuliahannya. Upaya tersebut bisa dalam bentuk cara mahasiswa baru mengerjakan tugas dan kewajibannya seperti mencari dari berbagai literature, bertanya pada dosen atau senior, maupun mencari artikel-artikel dari surat kabar atau internet, juga memenuhi kewajibannya seperti selalu berusaha berpenampilan rapih dan memakai atribut seragam yang lengkap setiap akan kuliah. Selain itu, upaya mahasiswa baru dapat dilihat juga dari strategi belajarnya, seperti meluangkan waktu untuk memelajari materi kuliah diluar jam kuliah, maupun aktif mengikuti berbagai kegiatan yang dapat menambah wawasannya dibidang perhotelan Jika mahasiswa baru tidak dapat berupaya untuk memenuhi tuntutan akademik pada program studinya, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa baru melakukan penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Sebaliknya, apabila mahasiswa baru dapat memenuhi tuntutan akademik melalui upaya yang dilakukan dalam perkuliahannya, maka mahasiswa baru dapat dikatakan melakukan penyesuaian akademik yang adekuat. Acquisition of worth-while knowledge merupakan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan melalui upaya dan kinerja mahasiswa dalam bidang akademik. Kriteria ini

16 terealisasi apabila mahasiswa dapat memenuhi kriteria successful performance dan adequate effort. Apabila mahasiswa dapat memahami pengetahuan yang diperoleh dan berupaya memperoleh prestasi akademik yang memuaskan atau yang sesuai dengan tuntutan pada program studi Administrasi Perhotelan, maka dapat dikatakan mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang adekuat. Sebaliknya apabila mahasiswa tidak dapat memahami pengetahuan yang diperoleh dan tidak memperoleh prestasi akademik yang sesuai dengan tuntutan program studinya, maka dapat dikatakan mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Intellectual Development merupakan pemanfaatan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa Administrasi Perhotelan selama menjalani pendidikan pada program studi Administrasi Perhotelan yang digunakan untuk memecahkan masalah mahasiswa yang ditemui selama kegiatan perkuliahannya seperti saat dihadapkan pada ujian, tes harian, presentasi, atau tugas-tugas yang harus dikerjakan. Mahasiswa yang gagal untuk menerapkan pengetahuannya dalam pemecahan masalah di kegiatan perkuliahannya dianggap tidak berhasil dalam menyesuaikan diri secara akademis. Sebaliknya apabila mahasiswa dapat menerapkan pengetahuannya dalam pemecahan masalah di kegiatan perkuliahannya, dianggap berhasil menyesuaikan diri secara akademis. Achievement of academic goals atau pencapaian tujuan akademik merupakan pencapaian mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan atas upayanya selama kegiatan perkuliahan untuk menguasai

17 materi, mengintegrasi beragam lingkup pengetahuan mengenai administrasi perhotelan, memperoleh prestise, dan mematangkan persiapan untuk karier, pekerjaan, dan kelulusan. Semakin banyak pencapaian mahasiswa untuk beberapa tujuan ini, maka mahasiswa semakin mendekati keberhasilan dan penyesuaian akademik. Demikian pula sebaliknya apabila mahasiswa tidak dapat meraih pencapaian-pencapaian tersebut maka mahasiswa dapat dikatakan tidak dapat menyesuaikan diri dalam hal akademik. Satisfaction of needs, desires, and interests merupakan keberhasilan mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan untuk memenuhi kebutuhan untuk status, prestasi, dan penerimaan sosial melalui keseriusan dan keberhasilan upayanya selama kegiatan perkuliahan. mahasiswa yang memiliki penyesuaian akademik yang adekuat akan termotivasi untuk berusaha mencapai target tertentu dalam bidang akademiknya karena minat dan ketertarikannya pada bidang studi yang dijalaninya. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki penyesuaian akademik yang tidak adekuat, merasa kurang berminat pada bidang studi yang dijalaninya sehingga tidak termotivasi untuk berprestasi dalam bidang akademik. Menurut Schneider (1964) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri baik dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu, diantaranya adalah kondisi fisik (penyakit, cacat fisik). Kondisi fisik baik sehat maupun sakit berperan penting dalam penyesuaian diri. Penyesuaian diri yang adekuat dapat dicapai dalam kondisi yang sehat

18 atau normal daripada dalam kondisi fisik yang sakit atau cacat. Kondisi kelelahan yang berlebihan, sakit fisik, kekurangan atau ketidakteraturan dalam pola makan dan tidur, akan menemukan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tekanan dalam kehidupan terutama dalam bidang akademik. Apabila mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan memiliki kondisi fisik yang sehat dan dapat memenuhi tuntutan pada program studinya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan dapat memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang adekuat. Namun apabila mahasiswa memiliki kondisi fisik yang sehat, tetapi tidak dapat memenuhi tuntutan pada program studinya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan tidak dapat memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga tidak memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, maka mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Selain kondisi fisik, faktor perkembangan dan kematangan merupakan salah satu kondisi utama yang mempengaruhi pencapaian dari penyesuaian diri sebagaimana yang dilalui oleh setiap individu dari satu tahap perkembangan ke tahap yang lain. Individu akan menemukan kesulitan

19 untuk menyesuaikan diri pada situasi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangannya (Schneider, 1964). Pola penyesuaian diri akan selalu bervariasi berdasarkan tahap perkembangan yang telah dicapai oleh individu, seperti misalnya, mahasiswa baru berada dalam tahap perkembangan yang dikenal dengan istilah youth atau masa muda. Masa muda (youth) adalah istilah untuk periode transisi antara masa remaja akhir dan masa dewasa awal yang berada pada rentang usia 17 sampai 33 tahun. Pada masa dewasa awal, individu biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan atau menerapkan apa yang diketahui untuk mengejar karir dan membentuk keluarga (Santrock, 1995). Faktor kematangan mengacu pada kondisi mental mahasiswa baru yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa baru yang memiliki kondisi mental dibawah tahapan perkembangannya akan memiliki kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik di perguruan tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila mahasiswa baru memiliki kondisi mental yang sesuai dengan tahap perkembangannya, maka mahasiswa baru akan dapat menyesuaikan diri dalam hal akademik secara adekuat. Mahasiswa baru Administrasi Perhotelan yang belum mencapai tahap perkembangan dewasa awal akan menemukan kesulitan untuk melakukan penyesuaian dalam bidang akademik (Schneider, 1964). Apabila mahasiswa yang berada pada rentang usia 17 sampai 33 tahun dapat berupaya untuk memenuhi tuntutan pada program studinya dengan menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan perkuliahannya, dan memanfaatkan

20 pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang adekuat. Namun apabila, mahasiswa berada pada rentang usia 17 sampai 33 tahun, tidak dapat memenuhi tuntutan pada program studinya dengan dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan tidak dapat menggunakan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga tidak memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, maka mahasiswa melakukan penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Faktor lain yang juga mempengaruhi academic adjustment adalah faktor pengalaman (mencakup pengalaman training dan pendidikan, dan pengalaman frustrasi dan konflik). Pengalaman yang pernah dialami mahasiswa baru, seperti pengalaman bekerja paruh waktu di tempat pariwisata seperti hotel atau restoran, dan pengalaman mengikuti pendidikan khusus bidang pariwisata baik formal seperti Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata maupun non-formal seperti training atau kursus di bidang pariwisata, akan mengondisikan sikap untuk melakukan penyesuaian diri dalam bidang akademik dengan cara yang adekuat. Mahasiswa baru yang memiliki cukup banyak pengalaman yang berkaitan dengan bidang pariwisata, misalnya pengalaman bekerja paruh waktu di tempat pariwisata atau pengalaman pendidikan baik formal maupun non-formal di bidang pariwisata, apabila dapat berupaya untuk menampilkan

21 performansi yang sesuai dengan tuntutan perkuliahannya, dan memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki academic adjustment yang adekuat. Tetapi apabila mahasiswa baru yang memiliki sejumlah pengalaman yang berkaitan dengan bidang pariwisata, tidak dapat menyesuaikan diri untuk memenuhi tuntutan pada program studinya dengan dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan tidak memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga tidak memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki penyesuaian diri dalam bidang akademik yang tidak adekuat (Schneider, 1964). Bagian dari faktor pengalaman yang berikutnya yaitu Pengalaman frustrasi dan konflik. Tingginya tuntutan perguruan tinggi terhadap mahasiswanya seringkali menimbulkan masalah-masalah psikologis seperti frustrasi dan konflik. Frustrasi dan konflik tersebut tidak akan dialami mahasiswa apabila mahasiswa mampu mendeterminasikan dirinya untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan akademik tersebut secara adekuat. Determinasi diri merupakan kekuatan pada kepribadian individu untuk menentukan kondisi sehat atau sakit pada diri individu, performa untuk berprestasi, dan pola penyesuaian diri individu. Hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa mahasiswa yang mengalami frustrasi dan konflik dalam kehidupannya akan menemukan

22 kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri dalam kesehariannya, termasuk dalam bidang akademik. Apabila mahasiswa memiliki determinasi diri untuk memenuhi tuntutan pada program studinya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan perkuliahannya, dan memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa dapat menyesuaikan diri dalam bidang akademik secara adekuat (Schneider, 1964). Faktor berikutnya adalah kondisi lingkungan (mencakup lingkungan rumah atau keluarga, dan sekolah). Lingkungan rumah dan keluarga merupakan unit yang paling natural dan individu sendiri menjadi bagian yang integral dari unit tersebut, maka dari itu, beragam karakteristik dari kehidupan keluarga termasuk tuntutan dari orang tua terhadap individu dapat mempengaruhi pola penyesuaian diri pada individu. Mahasiswa yang memiliki tuntutan yang tinggi dari orangtuanya untuk berprestasi dan dapat memenuhi tuntutan program studi dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki penyesuaian akademik yang adekuat. Namun apabila mahasiswa tidak dapat memenuhi tuntutan perkuliahannya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan tidak memanfaatkan pengetahuan bidang

23 perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga tidak memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Mahasiswa yang diberi kebebasan oleh orangtuanya untuk berprestasi dan dapat memenuhi tuntutan perkuliahannya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan dapat memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa maka dapat pula dikatakan mahasiswa memiliki penyesuaian diri dalam bidang akademik yang adekuat, namun apabila mahasiswa tidak dapat memenuhi tuntutan perkuliahannya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan tidak memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki penyesuaian akademik yang tidak adekuat (Schneider, 1964). Selain itu, lingkungan sekolah juga dapat mengondisikan pola penyesuaian diri. Secara umum, sekolah dikenal sebagai media yang kuat untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral mahasiswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah dapat membentuk pemahaman mahasiswa mengenai tujuan umum dari program studinya, minat mahasiswa pada program studi, dan semangat mahasiswa dalam menjalani aktivitas kuliahnya yang memiliki implikasi yang penting bagi academic adjustment

24 mahasiswa. Mahasiswa Administrasi Perhotelan yang memiliki pemahaman mengenai tujuan umum dari program studinya, minat pada program studi, dan semangat dalam menjalani aktivitas kuliahnya dan dapat memenuhi tuntutan perkuliahannya dengan berupaya untuk menampilkan performansi yang sesuai dengan tuntutan tersebut, dan dapat memanfaatkan pengetahuan bidang perhotelan yang diperoleh untuk meraih prestasi akademik sehingga memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa, dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki penyesuaian akademik yang adekuat. Mahasiswa Administrasi perhotelan yang tidak memahami tujuan umum dari program studinya, tidak berminat pada program studinya, dan tidak bersemangat menjalani aktivitas kuliahnya akan menemukan kesulitan untuk memenuhi tuntutan perkuliahannya dengan performansi dan upaya yang sesuai dengan tuntutan akademik. Mahasiswa juga akan sulit untuk meraih prestasi akademik sehingga tidak memenuhi need, desire, dan interest mahasiswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa memiliki penyesuaian akademik yang tidak adekuat. Seorang mahasiswa perlu memiliki penyesuaian diri dalam bidang akademik yang adekuat agar dapat menjalankan tugasnya untuk memenuhi tuntutan akademik. Keadekuatan penyesuaian akademik mahasiswa yang dilihat dari keenam kriteria dapat lebih mudah untuk dicapai apabila mahasiswa memiliki faktor-faktor yang menunjang seperti, kondisi fisik yang sehat, perkembangan dan kematangan yang selaras, determinan psikologis yang stabil, dan kondisi lingkungan yang memadai.

25 Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Kondisi fisik 2. perkembangan dan kematangan 3. Pengalaman 4. kondisi lingkungan Mahasiswa baru program studi administrasi perhotelan STP X di Bandung Academic adjustment adekuat Tidak adekuat tuntutan akademik program studi Administrasi Perhotelan 6 kriteria academic adjustment: 1. Successful Performance 2. Adequate effort 3. Acquisition of worth-while knowledge 4. Intellectual Development 5. Achivement of academic goals 6. Satisfaction of needs, desires, and interests. Skema 1.1 Kerangka Pemikiran

26 1.6 Asumsi Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan asumsi penelitian sebagai berikut: 1. adekuat atau tidaknya penyesuaian akademik yang dilakukan mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan berbeda-beda. 2. Penyesuaian akademik mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan dikatakan adekuat apabila sesuai dengan keenam kriteria untuk memenuhi tuntutan akademik pada program studi Administrasi Perhotelan. 3. Penyesuaian akademik mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan dikatakan tidak adekuat apabila kurang atau tidak sesuai dengan keenam kriteria untuk memenuhi tuntutan akademik pada program studi Administrasi Perhotelan. 4. faktor-faktor seperti kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, determinan psikologis, dan kondisi lingkungan dapat menunjang penyesuaian akademik yang dilakukan mahasiswa baru program studi Administrasi Perhotelan.