Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Triatno, (2009:53) menyatakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana yang dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh pengalaman mengajar guru PAI terhadap prestasi belajar. siswa di SMAN se Kabupaten Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

Kelompok 3: Maysaroh Lubis Mustahdi Uwes A. Chaeruman Muthmainnah Nurdin Saefuddin

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,..

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Payong (2011) menjelaskan bahwa dalam Standar Nasional

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB 1 P E N D A H U L U A N

1. PENDAHULUAN. tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bila ingin mencapai suatu keberhasilan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODEL SERTIFIKASI GURU SMK Oleh: Rolly R. Oroh Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado ABSTRAK Bagi kebanyakan orang, guru merupakan jabatan mulia, karena tugas, fungsi dan perannya dalam mendidik anak bangsa. Tapi tingkat kesejahteraan guru masih pada kategori masyarakat pra sejahtera. Tidak heran banyak oknum guru masih mencari-cari pekerjaan sampingan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Jangankan untuk mencapai suatu pendapatan lebih, kategori cukuppun terasa jarang bahkan masih jauh dari kenyataan. Akibatnya profesi guru masih menjadi profesi alternatif paling akhir, ketika tidak ada lagi pekerjaan lain yang diharapkan. Maknanya bahwa, banyak yang menjadi guru bukan karena betul-betul menjadi guru, tetapi menjadi guru karena kebetulan. Suatu langkah maju telah dilakukan oleh pemerintah bersama DPR, dengan disahkannya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru boleh berbangga karena UU tersebut memberi ruang untuk menjadikan guru sebagai profesi yang harus diapresiasi lebih. Bentuk apresiasi tersebut berupa program sertifikasi profesi melalui penilaian portofolio. Walaupun program sertifikasi ini belum tentu berkorelasi signifikan dengan peningkatkan profesionalisme guru sebagai pendidik, tetapi menjadi angin penyejuk bagi guru, karena bagi guru ini berarti peningkatan kesejahteraan. Kenyatannya, pola sertifikasi guru melalui portofolio banyak memberikan peluang untuk melakukan hal-hal manipulatif bukti tertulis yang dapat membawa pada perilaku guru yang kurang terpuji. Ciri khas guru kejuruan atau guru sekolah menengah kejuruan (SMK) memiliki tingkat ketrampilan kerja tertentu dengan tahapan dan unjuk kerja yang tertentu pula, jika dibandingkan dengan guru non-kejuruan. Ketrampilan kerja guru kejuruan dikembangkan dari tingkat pengetahuan secara teoritis dan praktis. Artinya guru kejuruan dapat menerapkan profesi sebagai pendidik pada tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini mengindikasikan bahwa pola atau model sertifikasi guru kejuruan harus berorientasi pada unjuk kerja, bukan semata-mata pada dokumen portofolio. Maksudnya bahwa pengembangan model sertifikasi guru kejuruan dapat dilakukan melalui penilaian portofolio tetapi harus diikuti dengan penilaian unjuk kerja. Pengembangan model sertifikasi guru kejuruan ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk : (a). Proses sertifikasi guru kejuruan perlu melibatkan dunia industri, dunia usaha, dan atau asosiasi profesi sebagai representatif berbagai komponen masyarakat pelaku dan pemerhati pendidikan. (b). Keterlibatan dunia industri, dunia usaha, dan atau asosiasi profesi, dimaksudkan untuk menilai aspek unjuk kerja guru kejuruan. (c). LPTK-PTK perlu dilibatkan untuk menilai kompetensi guru kejuruan melalui dokumen portofolio (jika penilaian portofolio masih digunakan). (d). Perlu ada semacam penyegaran (recharging) dan atau peningkatan ilmu dari para guru secara periodik, misalnya setiap 5 tahunan, agar dinamisasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat diikuti. Kata kunci: LPTK-PTK, Pengembangan model sertifikasi, guru SMK, pendidikan kejuruan. A. Pendahuluan Profesi guru merupakan suatu identitas yang mulia bagi seseorang, karena fungsi dan perannya dalam mendidik anak bangsa. Status pendidik bagi kebanyakan orang dikatakan sebagai figur yang patut di beri apresiasi yang tinggi, karena tugasnya dalam memajukkan dan meningkatkan mutu pendidikan negeri ini. Sehingga bagi khalayak ramai, seorang guru laksana patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa seperti penggalan lagu himne guru. Rasa-rasanya tidak ada satupun dari anak bangsa ini, akan mengingkari bahwa hanya dari figur seorang guru sehingga bangsa ini memiliki generasi muda cerdas penerus cita-cita bangsa. Suatu hal yang sangat ironis ditengah-tengah tugas, fungsi dan perannya sebagai pendidik, tapi tingkat kesejahteraan guru masih terbilang kurang bahkan tergolong masyarakat pra sejahtera. Tidak heran jika banyak guru masih mencari-cari pekerjaan sampingan, seperti tukang ojek, sopir angkot, pedagang kecil disekitar sekolah, dan lain-lain, yang semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan 453

harian keluarga. Jangankan untuk mencapai suatu pendapatan lebih, kategori cukuppun terasa jarang bahkan masih jauh dari kenyataan. Jaman pascakemerdekaan, profesi guru menjadi dambaan banyak orang oleh karena status sosial yang disandang, tetapi jaman sekarang ini pola berpikir kebanyakan orang telah berubah. Banyak orang tua sangat merindukkan anak mereka menjadi orang-orang yang berhasil dan mendapat pekerjaan yang sesuai harapan, asalkan jangan jadi seorang guru. Profesi guru merupakan profesi alternatif, ketika tidak ada lagi profesi lain maka profesi guru menjadi pilihan akhir. Artinya, menjadi guru bukan karena betul-betul menjadi guru, tetapi menjadi guru karena kebetulan. Pasca bom atom di hirosima dan nagasaki, kaisar Jepang bukan bertanya berapa jumlah prajurit yang tersisa, tetapi dia bertanya berapa jumlah guru yang tersisa. Maknanya bahwa betapa berartinya seorang guru bagi negeri Jepang. Terbukti, Jepang hanya butuh kurun waktu sekitar satu generasi, mampu bangkit menjadi negara industri yang sangat maju. Guru ditempatkan pada komponen pertama dan utama dalam proses pendidikan, yang pada akhirnya menghasilan lulusan yang bermutu. B. Guru yang profesional Dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dan PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru, pasal 1 mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Definisi ini, menunjukkan bahwa betapa penting dan berartinya seorang guru, karena fungsi dan perannya dalam menghasilkan anak didik yang cerdas. Berarti, bahwa guru menjadi penentu utama dalam proses dan output pendidikan, karena guru yang profesional, harusnya dapat menghasilkan lulusan yang bermutu dan kompetitif. Dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28, menyebutkan bahwa guru sebagai pendidik profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam PP No. 74 tahun 2008, pasal 3 menyebutkan bahwa empat kompetensi guru sebagai pendidik profesional, adalah bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian merupakan kepribadian yang beriman dan bertakwa, berahklak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan budaya yang diampunya. C. Pendidikan kejuruan di Indonesia Tujuan pendidikan menengah kejuruan di Indonesia adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Jika disimak tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna yang ambivalen, di satu sisi menyiapkan anak didik untuk menjadi lulusan yang trampil dalam memasuki dunia kerja, di sisi lain mengarahkan anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi. Sekolah kejuruan memiliki keuntungan komparatif jika dibandingkan dengan jenis persekolahan umum lainnya. Sekolah kejuruan dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi keahlian dan ketrampilan tertentu yang relevan, agar langsung bekerja pada sektor-sektor formal maupun informal dan dapat membuka lapangan sendiri. Hal ini berarti bahwa lulusan SMK tidak harus melanjutkan ke perguruan tinggi untuk menjadi tenaga kerja yang siap pakai, dengan demikian sekolah kejuruan 454

menghasilkan tenaga kerja dengan usia yang sangat produktif dan jangka waktu usia bekerja relatif lama, sejak lulus sampai pensiun. Selanjutnya, jika melihat lebih kedalam tentang mutu lulusan saat ini, umumnya masih jauh dari harapan. Kalaupun ada lulusan yang bermutu, tetapi masih relatif kurang dalam hal kemampuan berkompetisi. Karenanya, perlu ada pembaharuan dan atau reformasi pada tatanan kurikulum sekolah kejuruan, yang sekiranya dapat mengakomodir materi ajar yang lebih menekankan pada pola perilaku siswa atau budaya siswa dalam berkompetisi yang sehat. Banyak guru kejuruan mempunyai latar belakang studinya dari pendidikan non-kejuruan, tetapi menjadi guru di sekolah menengah kejuruan. Hal ini menjadi suatu hal prinsip ketika dalam proses pembelajaran dikelas ataupun diluar kelas ditemui persoalan teoritis dan atau praktis, maka guru tersebut akan mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah. Gambaran ini menunjukkan kompetensi profesional dari seorang guru. Banyak guru kejuruan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan dan ketrampilannya tentang pengelolaan kelas. Hal ini menjadi penting untuk ditanggapi, karena semakin tingginya tingkat pendidikan seorang guru tetapi jika pengetahuan dan ketrampilannya tentang pengelolaan kelas kurang baik, niscaya proses transfer ilmu dari guru kepada anak didik tidak akan tercapai secara maksimal. Kondisi ini memerlukan kompetensi pedagogik dari seorang guru harus bagus. Jika melihat perkembangan persekolahan kejuruan saat ini, ada kecenderungan pada sebagian guru terkesan sudah tidak memiliki wibawa didepan siswanya, hal ini berdampak negatif pada proses sosialisasi dan adaptasi guru dan siswa. Jika hal ini tidak disikapi, maka siswa akan sulit mengambil teladan dan hikmah terhadap pola tindak dan tutur kata dari seorang guru. Akibatnya, interaksi pembelajaran dalam setiap situasi, baik didalam kelas dan atau diluar kelas akan terasa hambar tanpa arti sehingga tujuan proses pembalajaran tidak tercapai. Gambaran ini, mengharuskan bagi guru untuk memiliki kompetensi kepribadian yang baik. Identitas seorang guru dalam proses interaksi dengan sesama, dianggap sebagai jabatan mulia yang walaupun disisi lain sering dianggap sebagai profesi alternatif terakhir dan bukan menjadi profesi pertama dan utama dari setiap individu. Hal ini menjadi suatu hambatan bagi seorang guru melakukan proses interaksi dan sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Hambatan ini, menjadi suatu penghalang dalam proses aktualisasi kepercayaan diri dari seorang guru dalam masyarakat. Kompetensi sosial dari seorang guru dalam hal ini harus baik. Pola pembelajaran diperguruan tinggi harus lebih ditekankan pada keempat aspek kompetensi guru. Jangan sampai terkesan hanya lebih fokus pada beberapa aspek kompetensi dan mengabaikan aspek yang lain. Kecenderungan saat ini, proses belajar mengajar di perguruan tinggi, terkesan hanya lebih banyak difokuskan pada aspek kompetensi profesional dan pedagogik saja, dan terkesan mengesampingkan aspek kompetensi kepribadian dan sosial. Guru kejuruan harus memiliki keempat aspek kompetensi tersebut dengan baik. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menerapkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan kata lain aspek afektif dan psikomotor menjadi penting karena lebih banyak berhubungan dengan aspek kompetensi kepribadian dan sosial guru. Guru kejuruan yang dapat memebekali diri dan bahkan dapat menerapkan dengan baik keempat aspek kompetensi pendidik tersebut, niscaya guru tersebut akan menjadi guru yang dapat menghasilkan lulusan yang bermutu. D. Sertifikasi guru (sebuah catatan kritis) Suatu langkah maju telah dilakukan oleh pemerintah bersama DPR, dengan disahkannya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru boleh berbangga karena UU tersebut memberi ruang untuk menjadikan guru sebagai profesi yang harus diapresiasi lebih. Bentuk apresiasi tersebut berupa 455

program sertifikasi profesi melalui penilaian portofolio. Walaupun program sertifikasi ini belum tentu berkorelasi signifikan dengan meningkatkan profesionalisme guru sebagai pendidik, tetapi menjadi angin penyejuk bagi guru, karena bagi guru ini merupakan peningkatan kesejahteraan. Jika pola sertifikasi ini terus dipertahankan, kesannya hanya menghamburkan uang negara untuk membiayai kegiatan yang relatif tidak signifikan meningkatkan mutu guru sebagai pendidik profesional. Kalau mau menaikkan gaji guru, naikkan saja. Kalau UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberi syarat guru harus S1, sekolahkan yang belum S1. Kalau kompetensi guru masih kurang, berikan pendidikan lagi. Mengapa demikian, karena pola sertifikasi melalui portofolio banyak memberikan peluang untuk melakukan hal-hal manipulatif yang dapat membawa pada perilaku guru yang kurang terpuji. Beberapa catatan buruk dapat disebutkan, antara lain : Portofolio membuka peluang guru menjadi manipulator bukti tertulis, imbasnya guru menjadi manipulator pendidikan. Jika demikian yang terjadi, maka bisa terjadi suatu siklus yang tidak sehat, guru manipulator mendidik siswa menjadi manipulator, akhirnya mutu lulusan dimanipulasi. Penyusunan portofolio terkesan copy paste dari data teman sejawat yang telah lebih dulu ikut sertifikasi. Ironisnya lagi, postofolio seorang guru disusun oleh orang lain, dengan imbalan rupiah yang besarannya bervariasi. E. Model sertifikasi guru kejuruan (sebuah usulan) Ciri khas guru kejuruan atau guru sekolah menengah kejuruan (SMK) memiliki tingkat ketrampilan kerja tertentu dengan tahapan dan unjuk kerja yang tertentu pula, jika dibandingkan dengan guru nonkejuruan. Ketrampilan kerja guru kejuruan dikembangkan dari tingkat pengetahuan secara teoritis dan praktis. Artinya guru kejuruan dapat menerapkan profesi sebagai pendidik pada tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini mengindikasikan bahwa pola atau model sertifikasi guru kejuruan harus berorientasi pada unjuk kerja, bukan semata-mata pada dokumen portofolio. Maksudnya bahwa pengembangan model sertifikasi guru kejuruan dapat dilakukan melalui penilaian portofolio tetapi harus diikuti dengan penilaian unjuk kerja. Pengembangan model sertifikasi guru kejuruan ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk : a. Proses sertifikasi guru kejuruan perlu melibatkan dunia industri, dunia usaha, dan atau asosiasi profesi sebagai representatif berbagai komponen masyarakat pelaku dan pemerhati pendidikan. b. Keterlibatan dunia industri, dunia usaha, dan atau asosiasi profesi, dimaksudkan untuk menilai aspek unjuk kerja guru kejuruan. c. LPTK-PTK perlu dilibatkan untuk menilai kompetensi guru kejuruan melalui dokumen portofolio (jika penilaian portofolio masih digunakan). d. Perlu ada semacam penyegaran (recharging) dan atau peningkatan ilmu dari para guru secara periodik, misalnya setiap 5 tahunan, agar dinamisasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat diikuti. F. Penutup Status guru perlu diapresiasi dan dihargai sebagai suatu profesi yang tidak lebih rendah dari profesi yang lain. Peningkatan kesejahteraan guru merupakan bentuk penghargaan bagi profesi guru. Jika kesejahteraan guru terjamin, niscaya dapat menjadi daya tarik bagi setiap individu untuk melihat profesi guru sebagai pilihan pertama. Khususnya bagi setiap alumni sekolah menengah dengan kategori pintar, yang akan melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi, akan memilih profesi guru sebagai pilihan jaminan kesejahteraan hidup masa depan. Guru profesional sebagai output dari suatu proses pendidikan, tidak semata-mata dihasilkan melalui suatu proses pendidikan yang bermutu. Tetapi perlu dilihat juga input dari proses. Jika inputnya bermutu, maka outputnya akan bermutu. Artinya jika lulusan sekolah menengah tergolong pintar dan ingin menjadi guru, maka guru yang dihasilkan akan bermutu. Proses sertifikasi guru kejuruan, perlu diorientasikan pada penilaian unjuk kerja. Dunia industri, dunia usaha, asosiasi profesi, dan LPTK-PTK sebagai representatif berbagai komponen masyarakat pelaku dan pemerhati pendidikan, perlu dilibatkan dalam proses sertifikasi guru kejuruan. 456

Daftar Bacaan Oroh, R.R., 2009, Peran Sekolah Kejuruan dan Pembangunan Ekonomi Bangsa, Forum Pendidikan, Jurnal Ilmu Pendidikan, FIP Unima, ISSN 0216-7298 Vol. 5, No. 2, Oktober 2009. Tumbel, G.H., 2009, Penguasaan kompetensi sebagai upaya mengangkat citra guru, Forum Pendidikan, Jurnal Ilmu Pendidikan, FIP Unima, ISSN 0216-7298 Vol. 5, No. 2, Oktober 2009. Asmuni, 2008, peranan perguruan tinggi dalam melahirkan guru profesional, artikel, http://fai.uhamka.ac.id/, tanggal 15 april 2010. --------------, PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru Depdiknas, 2008, Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus SMK, Jakarta, --------------, UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Wright, M.D., dan Custer, R.L., 1998, Why They Want to Teach: Factors Influencing Students to Become Technology Education Teachers, Journal of Technology Education, Vol. 10 No. 1, Virginia Polytechnic Institute and State University. 457

458