BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU POST SECTIO CAESAREA DALAM MOBILISASI DINI

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEY PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

Hubungan Karakteristik Ibu Pasca Sectio Caesarea Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini di Rumah Bersalin dan Perawatan Anak Mutia Banjarbaru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan mobilisasi dengan penyembuhan luka pada pasien. Subjek yang diteliti

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM SC DI RSPB PEKANBARU

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

MOBILISASI DINI BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN KESEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

Indah Julianti 1, Siska Delvia 2 Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk. menggambarkan keragamanfungsi keperawatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIO UTERI HARI KETIGA PADA IBU POSTPARTUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BENIS JAYANTO NGENTAK, KUJON, CEPER, KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM DENGAN PROSES KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RSUD SIDOARJO. Abdul Muhith *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

HUBUNGAN MOTIVASI PASIEN DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PASCA SEKSIO SESAREA DI RSU MITRA SEJATI MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

Lampiran 2

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DAN KADAR HEMOGLOBIN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA OPERASI SECTIO CAESAREA DI SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa prevalensi infeksi pada masa nifas mencapai 10%

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PEMULIHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Presentase bedah sesar di Ameika

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

PERSEPSI PASIEN TENTANG PERAN PERAWAT PELAKSANA DALAM PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING POSTPARTUM SECTIO CAESAREA DI RUANG SEUREUNE 3 RSUDZA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Masa Nifas Terhadap Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Post Sectio Caesarea (SC)

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melaksanakan penelitian dengan judul Gambaran Pelaksanaan Discharge

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAB PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni, et al, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) (2014) negara tersebut diantaranya adalah Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia (43%). Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011 rata-rata sebesar 7 % dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada pada tahun 2006 sampai dengan 2012 rata-rata kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12% (WHO, 2013 & 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan kelahiran bedah sesar sebesar 9,8 % dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Mobilisasi dini merupakan hal yang penting dalam periode pasca pembedahan. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu essensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2007). Mobilisasi dini post SC harus dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap mobilisasi dini pada pasien post SC adalah pada 6 jam pertama setelah operasi, pasien harus tirah baring dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan 1

2 memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Pasien diharuskan untuk miring kiri dan kanan setelah 6-10 jam untuk mencegah thrombosis dan thromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan belajar duduk, kemudian dilanjutkan dengan belajar berjalan (Kasdu, 2003). Kemandirian melakukan mobilisasi dini post SC penting dilakukan para ibu, sebab jika ibu tidak melakukan mobilisasi dini akan ada beberapa dampak yang dapat timbul diantaranya adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh, perdarahan abnormal, thrombosis, involusi yang tidak baik, aliran darah tersumbat, dan peningkatan intensitas nyeri (Suryani, 2010). Mobilisasi dini yang tidak dilakukan oleh ibu post SC mengakibatkan rawat inap dengan waktu yang lebih lama, yaitu lebih dari 4 hari dan proses penyembuhan luka menjadi lambat (Purnawati, 2014). Dampak lain yang diakibatkan oleh keterlambatan mobilisasi dini adalah terjadinya infeksi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggriani, Suwandi & Wahyuni (2014) menyebutkan banyak pasien post SC yang dalam tiga hari masih terdapat tanda-tanda infeksi di sekitar area luka karena tidak melakukan mobilisasi dini post SC. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Netty (2013) terdapat 7 responden (16,7%) dengan luka tidak kering dan terdapat 4 responden (9,5%) yang merasakan peningkatan nyeri, teraba hangat dan kemerahan pada luka post operasi, serta terdapat 3 responden (7,2%) dengan jaringan luka tidak menyatu akibat tidak melakukan mobilisasi dini post SC. Hal ini

3 dikarenakan pasien memiliki pengetahuan yang rendah tentang mobilisasi dini. Pada hari-hari pertama post operasi biasanya ibu tidak dapat langsung berjalan seperti biasa dan masih berjalan sempoyongan sehingga memerlukan bantuan dan hari berikutnya perlahan-lahan dapat berjalan sendiri (Kasdu, 2003). Hal ini menyebabkan tindakan mobilisasi dini ibu post SC pada hari pertama masih dibantu tenaga kesehatan. Tindakan mobilisasi dini secara mandiri penting dilakukan pasien tanpa harus tergantung oleh perawat, terlebih lagi pasien sudah diberikan edukasi oleh perawat tentang mobilisasi dini yang akan diberikan setelah post pembedahan (Smeltzer & Bare, 2014). Kemampuan pasien dalam melaksanakan mobilisasi tidak sama antara pasien satu dengan pasien yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti usia, status perkembangan, pengalaman yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya, gaya hidup, tingkat pendidikan dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan tentang proses penyakit/injury (Kozier, 2010). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemandirian pasien dalam pelaksanaan mobilisasi dini adalah intervensi dari tenaga kesehatan (perawat, bidan dan dokter), pengetahuan keluarga besar (extended family) terhadap prosedur tindakan mobilisasi dini, dan motivasi diri sendiri. Motivasi yang dimiliki oleh ibu sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan mobilisasi dini secara mandiri. Informasi yang diberikan oleh

4 petugas kesehatan jika tidak diikuti dengan motivasi yang baik membuat ibu akan tetap memiliki ketergantungan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan mobilisasi dini. Penelitian yang dilakukan oleh Afiyanti, Setyowati, dan Suryani (2015) menyebutkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan mobilisasi dini post SC adalah pemberian informasi oleh petugas kesehatan. Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Rajawali Citra menyebutkan bahwa persalinan dengan SC di Rumah Sakit Rajawali Citra pada tahun 2014 meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2013. Angka kejadian SC pada tahun 2013 berjumlah 110 pasien, sedangkan tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 265 pasien. Pasien dengan SC diberikan informasi mengenai mobilisasi dini dilakukan oleh perawat sebelum dan sesudah menjalani operasi SC. Fenomena yang terjadi di RS Rajawali Citra yaitu masih banyak pasien post SC yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan berbagai alasan, diantaranya karena nyeri dan takut jahitan lepas. Rasa takut yang berlebihan pada ibu post SC mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan mobilisasi dini. Sesuai pernyataan dari perawat di bangsal bahwa bidan/fisioterapi harus terus mendampingi pasien selama pelaksanaan mobilisasi. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman ibu post SC tentang manfaat mobilisasi dini yang berakibat belum terlaksananya mobilisasi dini secara

5 optimal. Akibatnya adalah bertambahnya lama rawat inap pasien dan terhambatnya Activity of Daily Living (ADL) pasien. Berdasarkan hasil studi pendahuluan serta uraian latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Kemandirian Pasien dalam Tindakan Mobilisasi Dini Post SC di RS Rajawali Citra Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana gambaran kemandirian pasien dalam tindakan mobilisasi dini post SC di RS Rajawali Citra Yogyakarta? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kemandirian pasien dalam tindakan mobilisasi dini post SC di RS Rajawali Citra Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakterisik responden dengan kriteria umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman operasi SC pada pasien post SC. b. Mengetahui kemandirian pasien dalam tindakan mobilisasi dini pada 6-8 jam post SC.

6 c. Mengetahui kemandirian pasien dalam tindakan mobilisasi dini pada hari 12-24 jam post SC. d. Mengetahui kemandirian pasien dalam tindakan mobilisasi dini pada > 24 jam post SC. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi terkait pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. b. Bagi Tenaga Kesehatan Manfaat penelitian bagi tenaga pelayanan kesehatan khususnya perawat agar dapat meningkatkan motivasi pasien melakukan mobilisasi dini secara mandiri. c. Bagi Responden Sebagai acuan/motivasi bagi responden untuk mencari tahu mengenai mobilisasi dini dan lebih mandiri dalam pelaksanaan mobilisasi dini. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat menjadikan acuan untuk peneliti selanjutnya terkait kemandirian pasien dalam mobilisasi dini post SC.

7 E. Penelitian Terkait 1. Afiyani, Setyowati, dan Suryani (2014) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu post partum pasca Seksio Sesarea untuk melakukan mobilisasi dini di RSCM. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu non probability sampling dengan 96 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan, motivasi, dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap tindakan mobilisasi dini. Faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan mobilisasi dini adalah faktor pemberian informasi oleh petugas kesehatan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah responden penelitian, yaitu ibu post SC dan sama-sama memiliki variabel tunggal. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan penelitian, teknik pengambilan sampel, dan lokasi penelitian. Penelitian Suryani, dkk bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini dengan menggunakan teknik non probability sampling, sedangkan tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah umtuk mengetahui gambaran kemandirian pasien dalam mobilisasi dini dengan menggunakan teknik accidental sampling. Lokasi penelitian dari penelitian Suryani, dkk adalah di RSCM, sedangkan pada peneliti di Rumah Sakit Rajawali Citra, Yogyakarta.

8 2. Hanifah, Suryani, dan Maria (2013) melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu post Sectio Caesarea terhadap mobilisasi dini di RSIA Pertiwi Makassar. Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling berjumlah 35 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu post SC terhadap mobilisasi dini (p = 0,036) dan terdapat hubungan antara sikap ibu post SC terhadap mobilisasi dini (p = 0,041). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada responden, yaitu ibu post Sectio Caesarea dan teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik accidental sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel, tujuan, dan lokasi penelitian. Penelitian Hanifah, dkk memiliki dua variabel, varibel bebas adalah pengetahuan dan sikap ibu post SC sedangkan varibel terikat adalah mobilisasi dini. Variabel yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan variabel tunggal, yaitu kemandirian pasien post SC dalam tindakan mobilisasi dini. Tujuan penelitian Hanifah, dkk adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap mobilisasi dini, sedangkan tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah umtuk mengetahui gambaran kemandirian pasien dalam mobilisasi dini. Lokasi penelitian dari penelitian Hanifah, dkk adalah di RSIA Pertiwi

9 Makassar, sedangkan peneliti di Rumah Sakit Rajawali Citra, Yogyakarta.