FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

dokumen-dokumen yang mirip
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

akan memberikan seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S oleh : FARIDA YULIATI NIM : Q 100 050 061 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan derajat Magister Manajemen Pendidikan Program Studi Manajemen Sistem Pendidikan Disusun oleh : FARIDA YULIATI NIM Q 100 050 061 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Semua itu dilakukan untuk kepentingan peserta didik bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan tersebut sebagai berikut. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk mental serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ( 2003 : 5 ). Proses pendidikan berlangsung di mana saja. Di rumah atau biasa disebut pendidikan informal, di sekolah atau pendidikan formal dan pendidikan di luar sekolah dalam masyarakat atau pedidikan non formal. Pendidikan formal dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

2 Tujuan pendidikan yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik. Potensi yang dimaksud agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan tersebut di atas dapat melalui kegiatan belajar. Belajar, menurut Thampson dan Hilgard seperti yang dikutip Sukmadinata (2003:156) adalah perubahan tingkah laku yang menetap (permanen) yang terjadi karena pengalaman. Usaha dan keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut ada yang bersumber dari dalam dirinya yang disebut faktor internal, ada juga yang berasal dari luar dirinya yang disebut faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Sukmadinata (2003:162) adalah faktor dalam diri individu dan faktor lingkungan. Faktor dalam diri individu menyangkut aspek jasmani dan rohani individu. Aspek Jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Sedangkan aspek rohani mencakup kondisi kesehatan psikis, kemampuan - kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, fisik dan sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Sukmadinata, 2003:163). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan landasan dasar bagi proses

3 belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak berupa fisik dan sosial psikologis. Lingkungan fisik dalam keluarga adalah keadaan rumah, tempat belajar, sarana prasarana di rumah dan suasana dalam rumah atau disekitar rumah. Sedang kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikolois dan iklim belajar serta hubungan antar keluagra. Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar anak. Sebab di sekolahlah anak mendapatkan pengetahuan lain yang lebih banyak dan kompleks yang tidak didapat anak dalam lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah ini berupa lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik meliputi linkungan sekolah, sarana prasarana, sumber belajar, dan media belajar. Sedangkan lingkungan sosial psikologis meyangkut hubungan anak dengan teman, guru dan staf sekolah yang lain. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan peserta didik dari pendidikan formal di sekolah tidak terlepas keterlibatan semua komponen sekolah. Komponen yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, sarana prasarana, lingkungan dan siswa itu sendiri. Kesemua komponen tersebut harus dapat membentuk suatu jaringan kerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama.

4 Berbicara tentang pendidikan formal atau sekolah yang terbayang adalah sekolah untuk anak normal. Padahal tidak semua anak Indonesia adalah anak yang mempunyai fisik, mental, emosional dan sosial yang sempurna. Ada sebagian dari anak Indonesia yang kurang beruntung. Ada yang secara fisik emosional, intelektual dan sosial mengalami kelainan. Mereka inilah yang disebut sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus sudah pasti memerlukan pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang seperti tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 32, adalah pendidikan bagi peserta tidak yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Layanan khusus untuk anak yang memerlukan pendidikan khusus disesuaikan dengan jenis kelainan yang disandang. Salah satu yang disebut anak kebutuhan khusus adalah anak tunarungu. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami disfungsi pada pendengarannya, sehingga mengakibatkan adanya hambatan dalam perkembangan bicara dan bahasanya. Akibat lebih lanjut yaitu adanya hambatan pada kegiatan belajarnya. Pemerolehan bahasa pada anak normal berawal dari pengalaman atau situasi bersama antara bayi dan ibunya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Melalui pengalamannya orang akan belajar menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya.

5 Masa pemerolehan bahasa anak tunarungu tidak dapat dilalui seperti halnya anak yang bisa mendengar. Jika anak normal mampu menghubungkan pengalaman dan lambang bahasa melalui pendengaran, pada anak tunarungu tidak. Hal ini disebakan karena adanya difungsi pada pendengarannya. Oleh karena itu menurut Myklebust seperti yang ditulis oleh Lani B dan Cecilia SY (2004:44) sistim lambang perlu diterima melalui penglihatan tartil kinestetik atau kombinasi dari keduanya. Jadi para anak tunarungu memperoleh bahasanya lebih difokuskan melalui fungsi penglihatannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan memaksimalkan fungsi pendengarannya, bagi siswa tunarungu yang kurang dengar. Kebanyakan anak tunarungu ketika pertama masuk sekolah belum bisa diajak berkomunikasi secara verbal. Mereka biasanya melakukan komunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa isyarat sederhana. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada sebagian besar kasus anak tunarungu baru belajar memperoleh bahasa ketika anak masuk sekolah. Untuk itu tugas utama sekolah adalah membantu anak tunarungu memperoleh bahasa sehingga anak memiliki kecakapan bahasa untuk belajar bidang studi lain, berinteraksi dengan teman sebaya dan orang-orang di sekitarnya. Sekolah dalam kontek kalimat diatas adalah seluruh komponen manusia, sarana dan prasarana, iklim komunikasi organisasi sekolah yang saling terkait dan memberi pengaruh.

6 Sekolah Luar Biasa untuk anak tunarungu perlu menggunakan cara mengajar khusus. SLB-B Karnnamaohara Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang dipandang mempunyai strategi tertentu untuk membantu anak tunarungu memperoleh bahasa. Siswa-siswinya dapat diajak berkomunikasi secara verbal. Sekolah tersebut cukup diminati terlihat dari jumlah siswa yang banyak. Untuk itu perlu diungkap bagaimana manajemen strategis kepala sekolah dan strategi guru dalam membantu anak tunarungu memperoleh bahasa, sarana prasarana belajar apa saja yang mempunyai fungsi strategis serta iklim komunikasi organisasi sekolah yang bagaimana yang berdampak terhadap pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta. B. Fokus Permasalahan Pemerolehan bahasa seorang anak tunarungu sangat berbeda dengan anak normal. Anak -anak normal akan belajar menguasai bahasa sejak masih bayi, yaitu dengan memanfaatkan indera pendengaranya. Proses pemerolehan bahasa pada anak normal dimulai dari kegiatan mengoceh ( meraban ), meniru suara yang didengar sampai belajar mengucapkan. Proses semacam itu tidak terjadi pada anak tunarungu sejak lahir. Perkembangan bicara mereka akan berhenti sampai meraban saja. Hal ini disebabkan karena disfungsi pendengaran yang disandangnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemerolehan bahasa anak tunarungu. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal atau faktor dari dalam diri anak dan faktor eksternal atau faktor di luar diri anak. Faktor

7 eksternal ini biasa disebut faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah yang mempunyai pengaruh strategis bagi perkembangan pemerolehan bahasa anak tunarungu adalah semua komponen sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, sarana prasarana dan lingkungan sosial sekolah. Proses pemerolehan bahasa pada anak tunarungu, sebagian besar, baru dimulai ketika anak tunarungu masuk sekolah. Untuk itu dipandang perlu adanya penelitian tentang faktor faktor strategis pemerolehan bahasa anak tunarungu di sekolah. Faktor-faktor strategis yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor-faktor penting yang sangat berpengaruh bagi pemerolehan bahasa anak tunarungu. Dengan demikian penelitian ini akan difokuskan pada : 1. Manajemen strategis yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. 2. Strategi guru dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta. 3. Sarana prasarana yang berperan strategis dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta. 4. Iklim komunikasi organisasi di SLB-B Karnnamanohara dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu.

8 D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus permasalahan diatas, maka peneliti menyusun pertanyaan penelitian sebagi berikut. 1. Bagaimana manajemen strategis yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta? 2. Bagaimana strategi guru dalam membantu pemerolehan bahasa pada anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta? 3. Sarana dan prasarana apa saja yang mempunyai fungsi startegik dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu? 4. Iklim komunikasi organisasi sekolah seperti apa yang mempunyai dampak strategik dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan. 1. Menajemen strategik kepala sekolah dalam membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. 2. Strategi guru dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. 3. Sarana dan prasarana yang mempunyai fungsi strategik dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.

9 4. Iklim komunikasi organisasi sekolah yang mempunyai dampak dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat pada upaya guru dalam pemerolehan bahasa anak tunarungu di sekolah. Manfaat yang diharapkan tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapakan akan memunculkan wacana yang teoritis dan inovatif terkait dengan manajemen strategis yang dilakukan oleh kepala sekolah dan strategi guru dalam membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu. Disamping itu juga memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah, dan guru dalam memaksimalkan fungsi sarana prasarana dan menciptakan iklim komunikasi organisasi dalam membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu di sekolah. Manfaat praktisnya diharapkan dapat memberi masukan atau informasi bagi kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen strategik untuk membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu. Bagi guru, akan memberi masukan dalam memilih strategi yang tepat untuk membantu pemerolehan bahasa anak tunarungu. Sedangkan bagi orang tua, diharapkan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan strategik. Pengambilan kebijakan strategik yang dimaksud terutama dalam memberi perlakuan secara dini pada anak tunarungu sehingga anak dapat memperoleh bahasa secara maksimal.