BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan adalah tercapainya prestasi belajar siswa yang baik. siswa, guru, orang tua siswa maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini, sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik, guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan Indonesia dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lina Nurliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan moral siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mentransfer atau

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan mempunyai tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi tidak mungkin dapat mencapai tujuan tanpa dukungan anggota

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

meningkatkan mutu pendidikan. Ujian Nasional bertujuan menentukan kelulusan

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana yang dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru yang disebut juga pendidik merupakan tenaga profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berhubungan dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, hasil belajar merupakan

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. cara memanfaatkan teknologi komputer, sebagai alat bantu dalam

PENGARUH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN PRIBADI TERHADAP PRESTASI SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 8 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi penghimpun orang-orang yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia dari waktu ke waktu masih menjadi topik menarik

I. Pendahuluan. Lembaga bimbingan belajar adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan, misalnya dalam menghadapi perubahan zaman,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ali Topan, 2014

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. 11 Tahun 2008 Kerangka Indikator untuk Pelaporan Pencapaian Standar

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. kreatif mandiri dan bertanggung jawab. pendidikan tersebut ditentukan oleh komponen-komponen dalam pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. serta merumuskan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. pada bagaimana organisasi menghasilkan kompetensi manusia, tetapi juga

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung guru berhadapan langsung dengan peserta didik. memiliki kompetensi yang handal dalam bidang ilmunya.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja sebagai institusi yang. masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas MSDM adalah mengelola

PERANAN BAHASA INGGRIS PADA PELAYANAN NASABAH ASING DI BANK NEGARA INDONESIA 46 CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu siswa dan guru. Siswa merupakan pihak yang belajar sedangkan guru

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

III. METODOLOGI PENELITIAN. No. 1 Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar di bentengi dengan bukti

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia tidaklah lepas dari peran guru sebagai pendidik. Guru menjadi ujung tombak pendidikan, tidak hanya dalam pendidikan formal tetapi juga di dalam pendidikan non formal. Tidak perlu diragukan lagi, peran guru dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa sangatlah penting, karena perannya sangat vital dalam mengarahkan generasi muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. Guru dituntut untuk selalu memberikan performa yang terbaik dalam menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi juga kepada atasannya seorang guru harus dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya dan harus selalu menjaga performanya. Kinerja guru menjadi salah satu bahan studi yang tidak akan habis untuk dibahas, hal ini dikarenakan banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu guru itu sendiri. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 112 merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di Jakarta Barat. Hal ini terlihat dari peringkat sekolah yang berada di peringkat 27 untuk keseluruhan sekolah di DKI Jakarta pada penerimaan siswa baru tahun ajaran 2014-2015 yang lalu. Meski menjadi salah satu sekolah favorit di daerah Jakarta Barat, kinerja guru di sekolah tersebut dirasakan masih kurang. 1

2 Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab belum maksimalnya kinerja guru di SMAN 112 Jakarta adalah kurangnya motivasi guru dalam bekerja. Salah satu bukti kurangnya motivasi kerja guru di SMAN 112 Jakarta adalah masih adanya guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan jam efektif pelajaran dimana bisa terlihat dari jumlah jam pelajaran yang ditinggalkan saat jam kerja. Tabel.1.1. Jumlah Jam Efektif Belajar dan Kehadiran Guru Tahun % Jam Efektif belajar % Kehadiran Guru 2012 78,8% 86,6% 2013 79,4% 88,2% 2014 72,2% 81,4% Sumber. Bagian kurikulum SMA N 112 (2015) Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa persentase jumlah jam efektif belajar dan persentase jumlah kehadiran guru dari tahun 2012 sampai tahun 2014 masih di rasakan kurang efektif. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) No. 16 Tahun 2009, penilaian guru dilakukan dalam skala 0 100%. Penilaian tersebut berguna untuk menghitung persentase angka kredit yang akan berdampak pada besarnya Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang diterima oleh guru. Bila mengacu pada Tabel 1.1 di atas, maka terlihat bahwa dari sisi jam efektif dan kehadiran tepat waktu, motivasi yang dimiliki oleh guru SMAN 112 Jakarta belumlah optimal. Hal-hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa terjadi masalah dalam motivasi kerja yang dimiliki oleh para guru.

3 Selain faktor motivasi, faktor kepala sekolah juga menjadi salah satu penyebab kurang maksimalnya kinerja guru di SMAN 112 Jakarta. Hal ini dikarenakan sering terjadi pergantian kepala sekolah yang menyebabkan adanya perubahan cara supervisi terhadap bawahan. Tabel.1.2. Masa Jabatan Kepala Sekolah SMA N 112 No Nama Periode Masa jabatan 1. Dra. H. luthfi 2010-2012 2 tahun 2. Drs. Trisugiareno 2012-2013 1 tahun 3. Drs. H. Muhaimin Ali, Mpd 2013-2014 1 tahun 4. Dr. Saryono, M.Si 2014-2015 1 tahun 5. Noviolaleni S.pd Sekarang 2 bulan Rata rata 1 tahun 3 bulan Sumber. Bagian kurikulum SMA N 112 (2015) Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa masa jabatan kepala sekolah di SMA N 112 rata-rata menjabat selama satu tahun tiga bulan. Sementara masa jabatan normal kepala sekolah empat tahun. Pergantian kepala sekolah ini mengakibatkan terjadinya perubahan kebijakan dalam melakukan supervisi yang membuat guru harus melakukan penyesuaian setiap terjadi pergantian kepala sekolah. Pergantian kepala sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28/2010 minimal adalah selama 4 tahun atau maksimal 8 tahun (2 periode). Bila mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28/2010, maka pergantian kepala sekolah di SMAN 112 Jakarta sangatlah tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kondisi ini menyebabkan kepala sekolah kurang optimal dalam membangun ikatan dengan para bawahannya terutama para guru. Kurang

4 optimalnya komunikasi menyebabkan kepala sekolah tidak efektif dalam mengelola konflik dan mengelola tim. Pergantian kepala sekolah yang rata-rata terjadi dalam periode satu tahun tiga bulan menimbulkan kendala salah satu diantaranya adalah masalah supervisi. Setiap kepala sekolah yang bertugas memiliki metode tersendiri dalam melakukan supervisi, hal ini menyebabkan guru harus selalu menyesuaikan diri atas metode dan kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah yang baru. Tidaklah mudah bagi para guru untuk selalu dapat menyesuaikan diri atas setiap kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah yang baru, keadaan ini akan menimbulkan masalah manakala guru sudah merasa nyaman dan terbiasa dengan cara yang dilakukan oleh kepala sekolah sebelumnya, sehingga mereka enggan untuk beradaptasi kembali. Kecerdasan emosional guru dapat membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya karena dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat membantu guru dalam memahami individu-individu yang diajarnya. Hal ini dikarenakan output yang dihasilkan oleh guru tidak hanya terletak dari proses kegiatan belajar mengajar yang dijalankannya, akan tetapi juga pada hasil akademis yang berhasil diraih oleh anak didiknya. Penilaian guru secara individual tidak dapat diperlihatkan kepada pihak luar karena bersifat rahasia, sehingga untuk mengetahui kecerdasan emosional guru diperlukan adanya pernilaian tersendiri. Penilaian menggunakan pra riset menjadi salah satu cara untuk melakukan penilaian terhadap kecerdasan emosi guru, karena tidak adanya data sekunder yang dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian. Berikut ini merupakan hasil pra riset yang dilakukan peneliti untuk

5 mengetahui sejauh mana kecerdasan emosi guru mempengaruhi terhadap kinerja guru. Tabel 1.3. Hasil Pra Riset Kecerdasan Emosi Guru Pernyataan Pendapat responden Kurang Cukup Baik Menyadari kemampuan 10% 50% 40% Mampu mengatur waktu antara tugas dengan 50% 20% 30% keperluan pribadi Selalu mencari cara untuk lebih baik 10% 60% 30% Memiliki keinginan untuk maju 10% 20% 70% Mampu memotivasi siswa untuk berprestasi 40% 30% 30% Bersedia membantu orang lain yang mengalami 10% 10% 80% masalah Memiliki cara komunikasi yang baik 30% 40% 30% Menghargai orang lain 40% 30% 30% Presentase rata-rata 25% 32,5% 42,5% Sumber : Pra Riset terhadap 10 guru SMA N 112, Oktober (2015) Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya masalah pada kemampuan mengatur waktu, kemampuan memotivasi dan kemampuan menghargai orang lain. Ketiga indikator tersebut memperoleh jawaban kurang paling banyak diantara pernyataan lainnya dimana kemampuan mengatur waktu mendapat jawaban kurang sebanyak 50%, sedangkan kemampuan memotivasi dan kemampuan menghargai orang lain mendapat jawaban kurang sebanyak 40%. Ketiga indikator tersebut merupakan bagian dari kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Secara keseluruhan dari tiga pilihan jawaban yang diberikan kepada responden, jawaban kurang mendapatkan persentase 25%, jawaban cukup sebesar 32,5% dan jawaban baik sebanyak 42,5%. Jumlah jawaban kurang dan cukup

6 yang lebih dominan dibandingkan dengan jawaban baik menunjukkan adanya masalah didalam kecerdasan emosi yang dimiliki oleh guru SMAN 112 Jakarta. Kinerja guru di SMA 112 Jakarta Barat dirasakan masih kurang, yang terlihat dari data hasil peringkat ujian nasional se Jakarta Barat dimana dalam beberapa tahun belum mendapat hasil yang memuaskan. Tabel 1.4. Peringkat SMA Negeri 112 Jakarta Barat Berdasarkan Perolehan Nilai Ujian Nasional Tingkat Kota ADM Jakarta Barat. Tahun Peringkat Sekolah Berdasarkan Nilai UN IPA IPS Jumlah SMA Negeri 2009 7 4 17 2010 4 4 17 2011 3 4 17 2012 4 4 17 2013 2014 4 2 Sumber: Bagian Kurikulum SMAN 112 (2015) 5 4 17 17 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa peringkat ujian nasional SMAN 112 pada tahun 2009 berada di peringkat ketujuh dari 17 sekolah untuk program IPA dan untuk program IPS berada di peringkat keempat dari 17 sekolah yang ada Jakarta Barat. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 peringkat sekolah meningkat menjadi peringkat 4 untuk program IPA sedangkan untuk program IPS tetap di posisi yang sama. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan peringkat untuk program IPA yaitu menjadi peringkat 3, sedangkan untuk program IPS tidak mengalami perubahan. Tahun 2012 program IPA mengalami penurunan peringkat menjadi peringkat 4, sedangkan program IPS tetap berada pada posisi 4

7 selama empat tahun. Pada tahun 2013, peringkat program IPS mengalami penurunan menjadi peringkat 5, sedangkan untuk program IPA tetap berada di peringkat 4. Selain dilihat dari nilai ujian nasional, kinerja guru juga terlihat dari jumlah siswa yang berhasil diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Hal ini dapat dilihat dari periode tahun ajaran 2009-2014 jumlah siswa kelas XII yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri sebanyak 736 orang, sedangkan jumlah siswa kelas XII pada periode yang sama adalah sebanyak 1.738 orang. Hasil tersebut menunjukkan selama periode tersebut hanya kurang lebih 42% siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Jumlah tersebut belum mencapai 50% dari total jumlah siswa kelas XII pada periode yang sama. Berikut jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri pada periode 2009-2014 dapat dilihat pada tabel 1.5. Tabel 1.5. Jumlah Siswa yang Diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Tahun Jurusan Jumlah IPA IPS 2009 48 21 69 2010 135 29 164 2011 37 23 60 2012 104 41 145 2013 113 37 150 2014 103 45 148 Sumber: Bagian Kurikulum SMAN 112 (2015) Berdasarkan data ujian nasional dan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dapat diketahui bahwa terdapat masalah pada kinerja

8 guru. Hal ini dikarenakan kinerja guru dapat mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Alviah (2012) menunjukkan bahwa motivasi dan supervisi kepala sekolah memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun secara simultan. Adanya motivasi guru untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya dapat meningkatkan kinerja guru. Supervisi kepala sekolah sangat membantu dalam meningkatkan kinerja guru, dengan kata lain semakin baik kepala sekolah melakukan supervisi semakin baik kinerja guru. Penelitian yang dilakukan oleh Gongera,et.al (2013) menunjukkan bahwa supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap kinerja akademik. Hasil akademis yang diraih oleh siswa menjadi salah satu penilaian terhadap kinerja seorang guru, apakah berhasil dalam menerapkan pembelajaran atau tidak. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil kerjanya terutama yang berhubungan dengan peningkatan hasil akademis yang diperoleh anak didik. Selain kedua penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh Tajudina,et.al (2014) meneliti mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektifitas mengajar oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara kecerdasan emosional terhadap efektifitas mengajar oleh guru. Efektifitas pengajaran yang dilakukan oleh guru, pada akhirnya akan membawa seorang guru kearah kinerja yang lebih baik.

9 Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan meneliti sejauh mana pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen, dan penulis menentukan judul Pengaruh Motivasi, Supervisi Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 112 Jakarta. 1.2. Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Motivasi kerja guru yang belum optimal. 2) Masa jabatan kepala sekolah yang terlalu singkat. 3) Kurangnya kemampuan mengatur waktu, kemampuan memotivasi dan kemampuan menghargai orang lain yang berkaitan kecerdasan emosional yang harus di miliki oleh seorang guru. 4) Kinerja guru di SMA 112 Jakarta Barat masih kurang maksimal, terlihat dari data peringkat ujian nasional se Jakarta Barat dan penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi negeri. 1.2.2. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

10 1) Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta? 2) Apakah supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta? 3) Apakah kecerdasan emosi berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta? 4) Apakah motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMAN 112 Jakarta? 1.2.3. Batasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memberikan batasan masalah yang terdiri dari empat variabel, yaitu variabel motivasi, supervisi kepala sekolah serta kecerdasan emosi sebagai variabel independen dan variabel kinerja guru sebagai variabel dependen. Peneliti membatasi hanya empat variabel namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penelitian masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi kinerja guru. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru dengan menggunakan variabel motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi.

11 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1) Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta. 2) Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta. 3) Pengaruh kecerdasan emosi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta. 4) Pengaruh motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 112 Jakarta. 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktiknya adalah: 1) Bagi sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau informasi dalam meningkatkan kinerjanya. 2) Sebagai bahan masukkan untuk kepala sekolah untuk mengambil keputusan dan menentukan kebijakan di sekolahnya khususnya yang berhubungan dengan kinerja guru. 3) Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian lanjutan dan menambah wawasan bagi pembaca. 4) Bagi penulis diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang motivasi, supervisi kepala sekolah dan kecerdasan emosi.