BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Input Program PHBS pada tatanan rumah tangga di Kabupaten Rejang Lebong, dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Bupati No 102. A Tahun 2009. Surat keputusan ini, tidak didukung dengan adanya kebijakan dan peraturan tentang koordinasi, tugas dan tanggung jawab pihak yang terkait dengan program ini, seperti kecamatan, kelurahan dan tokoh masyarakat di wilayah setempat, sehingga menyebabkan program ini seolah-olah adalah tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong semata-mata. Untuk melaksanakan tugas ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, merasakan kekurangan tenaga dan dana untuk kegiatan tidak mencukupi serta pengorganisasian tidak dapat dilakukan. Kondisi ini selanjutnya juga berdampak pula pada proses perencanaan dan pelaksanaan program. 2. Proses Perencanaan program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong disusun oleh staf fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong dan pada tingkat Puskesmas, perencanaan disusun oleh pelaksana teknis program PHBS Puskesmas, hal ini dampak dari keterbatasan sumber daya yang ada dan kelemahan pada kebijakan dan peraturan yang ada, sehingga pada target pencapaian dalam tujuan ditetapkan berdasarkan sumber daya yang ada. dengan demikian target pencapaian, hanya terbatas pada peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang PHBS. Aspek perilaku masyarakat belum menjadi target pencapaian program. Target seperti ini, sangat memungkinkan untuk dicapai akan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada di masyarakat. 90
Pada tahap pelaksanaan program PHBS, partisipasi masyarakat, tokoh masyarakat, kecamatan dan kelurahan, dianggap pelaksana program ini telah cukup berpartisipasi, meskipun baru sebatas mengikuti rapat koordinasi pada saat menyampaikan rencana kerja dan evaluasi program PHBS. Bila ditinjau dari esensi partisipasi, hal ini dapat dinyatakan bahwa masyarakat, tokoh masyarakat, kecamatan dan kelurahan, belum berpartisipasi, sebab partisipasi intinya adalah keikutsertaan secara aktif mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Ketersedian sarana dan prasarana program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong, bersumber dari masyarakat dan pemerintah. Dengan adanya penyediaan sarana prasarana dari pemerintah, telah mempercepat pencapaian ketersediaan sarana dan prasana yang diperlukan dalam program ini, akan tetapi hal ini tidak mendorong kemandirian, sebaiknya pemerintah cukup memberikan contoh dan diperkuat dengan pembinaan serta pengawasan pada masyarakat untuk melaksanakan program ini. Faktor pemungkin, penguat dan pemudah, berupa adanya tenaga pelaksana teknis kegiatan yang memiliki kemampuan, kebijakan dan dukungan pemerintah, serta tersedianya sarana dan prasarana, akan tetapi ketiga faktor ini tidak mampu memicuh perubahan perilaku masyarakat, khususnya pada perilaku cuci tangan pakai sabun. Hal ini menunjukkan belum mampunya masyarakat menghubungkan antara masalah kesehatan dengan perilaku tersebut dan kemungkinan juga masyarakat masih memerlukan bukti yang dapat memperkuat bahwa perilaku tersebut penting dalam pencegahan penyakit dalam keluarga 3. Impact Hasil evaluasi terhadap program PHBS, menunjukkan telah dilaksanakannya pengembangan staf secara kualitas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, akan tetapi belum ada perencanaan maupuan penambahan staf pada program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong. Kurangnya ketersediaan tenaga secara kuantitas menyebabkan beban kerja yang tinggi dan jangkauan program menjadi rendah. 91
Tujuan jangka pendek Program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong telah tercapai, bila dinilai berdasarkan indikator program PHBS Puskesmas Curup dan indikator pencapaian Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong tahun 2012, akan tetapi ketercapaian target ini, belum menggambarkan adanya peningkatan pada aspek perilaku masyarakat sebagai dampak program PHBS yang telah dilaksanakan, sebab belum ada masyarakat yang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari-hari atau sebagai budaya keluarga. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang PHBS, yaitu pada aspek pengetahuan, telah adanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Perkembangan ini memberi harapan bahwa akan ada perkembangan pada tahap berikutnya, yaitu dari tahu menjadi sadar dan mau melaksanakannya, akan tetapi bila tidak dilakukan pembinaan dan pemantauan yang mendorong kemandirian, pengetahuan ini akan mengalami regresi, program akan mengalami kegagalan. Pada aspek sikap masyarakat dapat menerima program ini dan tidak ada norma yang ada di masyarakat, yang bertentangan dengan program ini. Pada aspek perilaku masyarakat telah mempraktikkan penggunaan jamban keluarga dan konsumsi air bersih yang sudah dimasak, akan tetapi pada praktik cuci tangan pakai sabun, belum dipraktikkan keluarga, bahkan masyarakat belum menyadari adanya keterkaitan antara perilaku tersebut dengan kejadian diare yang terjadi di wilayah ini. Dari ketiga aspek ini, dapat pula dinyatakan bahwa adanya peningkatan pengetahuan dan sikap, tidak selalu dapat mendorong terjadinya perubahan pada perilaku. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan community analysis dan need assessment sebelum menyusun suatu perencanaan, agar mengetahui kebutuhan dan kemajuan yang telah dicapai masyarakat, sehingga implementasi yang diterapkan akan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sesuai dengan tahap perkembangannya. 92
B. Saran 3. Kepada Puskesmas Curup Kota disarankan kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun program promosi kesehatan pada tahun berikutnya dan perlu dilakukan comunity analysis maupun need assessment sebelum menyusun perencanaan program PHBS, agar program ini lebih efisien dan tepat sasaran. 4. Dalam menyusun perencanaan Puskesmas Curup, pada tahun-tahun mendatang, kiranya dapat meningkatkan target pencapaian, mengingat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap program PHBS, sudah cukup baik, akan tetapi untuk memandirikan masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat, masih perlu disusun perencanaan dengan target pencapaian tahapan berikutnya, yaitu perubahan perilaku, tanpa mengabaikan pengetahuan dan sikap masyarakat, untuk mencegah terjadinya regresi pengetahuan dan sikap masyarakat. 5. Dinas kesehatan dan Puskesmas Curup, agar segera melakukan advokasi pada Bupati, untuk memperbaiki atau mengganti kebijakan dan peraturan tentang program PHBS yang diterbitkan Bupati tahun 2009 dengan kebijakan dan peraturan yang lebih operasional dan dilengkapi dengan petunjuk tentang pelaksanaan koordinasi dan keterlibatan pihak terkait dengan program PHBS terutama tentang peran dan fungsi serta tanggung jawab kecamatan dan kelurahan. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, dapat melanjutkan evaluasi kualitatif pada kecamatan dan kelurahan lainnya yang ada di Rejang Lebong, kemudian hasilnya dapat dipresentasikan pada saat rapat koordinasi daerah atau rapat komisi DPRD, sehingga program promosi kesehatan khususnya program PHBS dapat menjadi pertimbangan pada tahuntahun mendatang. 6. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Rejang Lebong, diharapkan dapat memberikan instruksi pada Camat dan Lurah agar berperan aktif dalam program PHBS, terutama pada saat monitoring pelaksanaan PHBS di 93
masyarakat dan mengalokasikan dana pada pos belanja kecamatan dan kelurahan untuk kegiatan PHBS. 94