BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 24 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

Pemantauan atau juga dikenal sebagai monitoring bertujuan untuk:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN. 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

16 Desember 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Makanan Tambahan Anak Sekolah. Pedoman.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Input Program PHBS pada tatanan rumah tangga di Kabupaten Rejang Lebong, dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Bupati No 102. A Tahun 2009. Surat keputusan ini, tidak didukung dengan adanya kebijakan dan peraturan tentang koordinasi, tugas dan tanggung jawab pihak yang terkait dengan program ini, seperti kecamatan, kelurahan dan tokoh masyarakat di wilayah setempat, sehingga menyebabkan program ini seolah-olah adalah tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong semata-mata. Untuk melaksanakan tugas ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, merasakan kekurangan tenaga dan dana untuk kegiatan tidak mencukupi serta pengorganisasian tidak dapat dilakukan. Kondisi ini selanjutnya juga berdampak pula pada proses perencanaan dan pelaksanaan program. 2. Proses Perencanaan program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong disusun oleh staf fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong dan pada tingkat Puskesmas, perencanaan disusun oleh pelaksana teknis program PHBS Puskesmas, hal ini dampak dari keterbatasan sumber daya yang ada dan kelemahan pada kebijakan dan peraturan yang ada, sehingga pada target pencapaian dalam tujuan ditetapkan berdasarkan sumber daya yang ada. dengan demikian target pencapaian, hanya terbatas pada peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang PHBS. Aspek perilaku masyarakat belum menjadi target pencapaian program. Target seperti ini, sangat memungkinkan untuk dicapai akan tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada di masyarakat. 90

Pada tahap pelaksanaan program PHBS, partisipasi masyarakat, tokoh masyarakat, kecamatan dan kelurahan, dianggap pelaksana program ini telah cukup berpartisipasi, meskipun baru sebatas mengikuti rapat koordinasi pada saat menyampaikan rencana kerja dan evaluasi program PHBS. Bila ditinjau dari esensi partisipasi, hal ini dapat dinyatakan bahwa masyarakat, tokoh masyarakat, kecamatan dan kelurahan, belum berpartisipasi, sebab partisipasi intinya adalah keikutsertaan secara aktif mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Ketersedian sarana dan prasarana program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong, bersumber dari masyarakat dan pemerintah. Dengan adanya penyediaan sarana prasarana dari pemerintah, telah mempercepat pencapaian ketersediaan sarana dan prasana yang diperlukan dalam program ini, akan tetapi hal ini tidak mendorong kemandirian, sebaiknya pemerintah cukup memberikan contoh dan diperkuat dengan pembinaan serta pengawasan pada masyarakat untuk melaksanakan program ini. Faktor pemungkin, penguat dan pemudah, berupa adanya tenaga pelaksana teknis kegiatan yang memiliki kemampuan, kebijakan dan dukungan pemerintah, serta tersedianya sarana dan prasarana, akan tetapi ketiga faktor ini tidak mampu memicuh perubahan perilaku masyarakat, khususnya pada perilaku cuci tangan pakai sabun. Hal ini menunjukkan belum mampunya masyarakat menghubungkan antara masalah kesehatan dengan perilaku tersebut dan kemungkinan juga masyarakat masih memerlukan bukti yang dapat memperkuat bahwa perilaku tersebut penting dalam pencegahan penyakit dalam keluarga 3. Impact Hasil evaluasi terhadap program PHBS, menunjukkan telah dilaksanakannya pengembangan staf secara kualitas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, akan tetapi belum ada perencanaan maupuan penambahan staf pada program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong. Kurangnya ketersediaan tenaga secara kuantitas menyebabkan beban kerja yang tinggi dan jangkauan program menjadi rendah. 91

Tujuan jangka pendek Program PHBS di Kabupaten Rejang Lebong telah tercapai, bila dinilai berdasarkan indikator program PHBS Puskesmas Curup dan indikator pencapaian Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong tahun 2012, akan tetapi ketercapaian target ini, belum menggambarkan adanya peningkatan pada aspek perilaku masyarakat sebagai dampak program PHBS yang telah dilaksanakan, sebab belum ada masyarakat yang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari-hari atau sebagai budaya keluarga. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang PHBS, yaitu pada aspek pengetahuan, telah adanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Perkembangan ini memberi harapan bahwa akan ada perkembangan pada tahap berikutnya, yaitu dari tahu menjadi sadar dan mau melaksanakannya, akan tetapi bila tidak dilakukan pembinaan dan pemantauan yang mendorong kemandirian, pengetahuan ini akan mengalami regresi, program akan mengalami kegagalan. Pada aspek sikap masyarakat dapat menerima program ini dan tidak ada norma yang ada di masyarakat, yang bertentangan dengan program ini. Pada aspek perilaku masyarakat telah mempraktikkan penggunaan jamban keluarga dan konsumsi air bersih yang sudah dimasak, akan tetapi pada praktik cuci tangan pakai sabun, belum dipraktikkan keluarga, bahkan masyarakat belum menyadari adanya keterkaitan antara perilaku tersebut dengan kejadian diare yang terjadi di wilayah ini. Dari ketiga aspek ini, dapat pula dinyatakan bahwa adanya peningkatan pengetahuan dan sikap, tidak selalu dapat mendorong terjadinya perubahan pada perilaku. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan community analysis dan need assessment sebelum menyusun suatu perencanaan, agar mengetahui kebutuhan dan kemajuan yang telah dicapai masyarakat, sehingga implementasi yang diterapkan akan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sesuai dengan tahap perkembangannya. 92

B. Saran 3. Kepada Puskesmas Curup Kota disarankan kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun program promosi kesehatan pada tahun berikutnya dan perlu dilakukan comunity analysis maupun need assessment sebelum menyusun perencanaan program PHBS, agar program ini lebih efisien dan tepat sasaran. 4. Dalam menyusun perencanaan Puskesmas Curup, pada tahun-tahun mendatang, kiranya dapat meningkatkan target pencapaian, mengingat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap program PHBS, sudah cukup baik, akan tetapi untuk memandirikan masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat, masih perlu disusun perencanaan dengan target pencapaian tahapan berikutnya, yaitu perubahan perilaku, tanpa mengabaikan pengetahuan dan sikap masyarakat, untuk mencegah terjadinya regresi pengetahuan dan sikap masyarakat. 5. Dinas kesehatan dan Puskesmas Curup, agar segera melakukan advokasi pada Bupati, untuk memperbaiki atau mengganti kebijakan dan peraturan tentang program PHBS yang diterbitkan Bupati tahun 2009 dengan kebijakan dan peraturan yang lebih operasional dan dilengkapi dengan petunjuk tentang pelaksanaan koordinasi dan keterlibatan pihak terkait dengan program PHBS terutama tentang peran dan fungsi serta tanggung jawab kecamatan dan kelurahan. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, dapat melanjutkan evaluasi kualitatif pada kecamatan dan kelurahan lainnya yang ada di Rejang Lebong, kemudian hasilnya dapat dipresentasikan pada saat rapat koordinasi daerah atau rapat komisi DPRD, sehingga program promosi kesehatan khususnya program PHBS dapat menjadi pertimbangan pada tahuntahun mendatang. 6. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Rejang Lebong, diharapkan dapat memberikan instruksi pada Camat dan Lurah agar berperan aktif dalam program PHBS, terutama pada saat monitoring pelaksanaan PHBS di 93

masyarakat dan mengalokasikan dana pada pos belanja kecamatan dan kelurahan untuk kegiatan PHBS. 94