VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA JAGUNG PULUT HIBRIDA Zea mays L.

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

KARAKTERISASI BEBERAPA GALUR INBRIDA JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata) CHARACTERIZATION OF SOME SWEET CORN (Zea mays L. Saccharata) INBRED LINES

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

KARAKTERISASI BEBERAPA GALUR INBRIDA JAGUNG PAKAN (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

BAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

VARIABILITAS GENETIK PENAMPILAN AGRONOMI SEPULUH GENOTIPE JAGUNG PULUT (Zea Mays L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.)

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN KEDUA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMIS GALUR JAGUNG DENGAN TESTER MR 14

KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

KERAGAMAN DAN HERITABILITAS 10 GALUR INBRIDA S4 PADA TANAMAN JAGUNG KETAN (Zea mays L. var.ceritina Kulesh)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

VARIABILITAS DAN HERITABILITAS BERBAGAI KARAKTER TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) HASIL SELFING PADA GENERASI F2 SKRIPSI. Oleh: ABDILLAH

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

MANFAAT MATA KULIAH. 2.Merancang program perbaikan sifat tanaman. 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

PENGUJIAN PERTUMBUHAN DAN POTENSI HASIL BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

1. Gambar dan jelaskan bagan seleksi masa dan seleksi tongkol-baris!

XENIA EFFECTS IN CROSSES OF WAXY CORN (Zea mays L. ceratina Kulesh) ON SHAPE AND COLOR SEED

Variabiltas Genetik, Fenotipik dan Heritabilitas Galur Elite Kedelai pada Cekaman Genangan

304. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

VARIASI GENETIK, HERITABILITAS, DAN KORELASI GENOTIPIK SIFAT-SIFAT PENTING TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.)

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR

EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN PERTAMA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

Jurnal Pertanian Kepulauan, Vol.3. No.2, Oktober 2004 : ( ) 115

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

PENDUGAAN VARIABILITAS DAN HERITABILITAS 18 FAMILI F5 CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung,

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA DALAM RANGKA PERAKITAN KULTIVAR HIBRIDA JAGUNG TENGGANG KEMASAMAN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

Keragaman Genetik dan Penampilan Jagung Hibrida Silang Puncak pada Kondisi Cekaman Kekeringan

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS GALUR-GALUR JAGUNG TROPIS DI DUA LOKASI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

KAJIAN KEMAJUAN SELEKSI MASSA SECARA INDEPENDENT CULLING LEVEL HINGGA SIKLUS KEDUA PADA TANAMAN JAGUNG

Transkripsi:

VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA JAGUNG PULUT HIBRIDA Zea mays L. Nursehang, Rosana Agus, Elis Tambaru, Muh. Azrai Alamat Korespondensi e-mail : Nursehansbio1@gmail.com Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Variabilitas Genetik Hasil Persilangan Dialel pada Jagung Pulut Hibrida Zea mays L. dilakukan untuk mendapatkan varietas hibrida yang unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilitas genetik dan heritabilitas dari beberapa varietas Jagung pulut hibrida yaitu 7 induk galur hibrida silang dialel dan 1 hibrida hasil persilangan dialel dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Variabel karakter fenotip yang diamati adalah persentase perkecambahan biji, umur saat 50 % tanaman berbunga jantan dan betina, selang waktu berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman, tinggi tongkol, skoring penampilan tanaman, aspek tongkol, hasil panen biji, bobot tongkol panen, kadar air panen, rendemen biji, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji setiap baris, bobot 100 biji, jumlah tongkol, dan komponen hasil. Hasil analisis data statistik menggunakan program CropStat dari 18 karakter fenotip yang diamati menunjukkan hasil bahwa nilai variabilitas genotip tergolong sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas, agak sempit, luas dan sempit. Nilai heritabilitas (H) tergolong sempit (H < 0 %) yang menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik dan tergolong luas (50 %< H 100) yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. Kata kunci: Jagung hibrida, variabilitas dan heritabilitas ABSTRACT Genetic Variability Dialel Crossing Yield at Hybrid Waxy Corn Zea mays L. conducted to obtain a superior hybrid varieties. The aims study to knowed genetic variability and heritabilities of some hybrid waxy corn variety that was 7 prime hybrid groove dialel crossing and 1 hybrid dialel crossing yield with a randomized block design method. Variable fenotype character who inspected was % sprout seed, male flowering date and female flowering date, flowering date intervals, plants high, ear high, plants aspec score, ear aspec, seed grain yields, harvest weight ear, water content, seed rendemen, ear long, ear diameter, seed row sum, seed sum every row, 100 seed weight, ear sum, and yields component. The variance analysis statistic data used Cropstats program of 18 variable fenotype character who inspected showed that genotype variability score was narrow classified and rather narrow classified while the value of phenotypic variability was wide rather classified, rather narrow classified, wide classified and narrow classified. Heritabilities score was narrow classified (H < 0 %) showed that circles factor than influence of genetic factor and was wide classified (50 %< H 100) showed that genetic factor than influence of circles factor. Key words: Hybrid corn, variability and heritabilities 1

PENDAHULUAN Jagung pulut atau jagung ketan merupakan salah satu jenis species tanaman jagung yang ada di Indonesia yang memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan jenis tanaman jagung lainnya, seperti kandungan gizi, kadar karbohidrat, kandungan amilopektin serta memiliki ciri khas unggul dibandingkan dengan jenis jagung lainnya. Jagung pulut atau jagung ketan memiliki kandungan gizi dan karbohidrat yang lebih tinggi dari jenis jagung lainnya, kandungan amilopektinnya diatas 90 %, dan memiliki karakter pulen, sehingga memberi cita rasa yang gurih dan tekstur yang lembut (Anonim, 010), oleh karena itu perlu dilakukan pemuliaan dengan cara persilangan untuk mempertahankan sekaligus menciptakan bibit unggul (Syukur et al. 01). Pemuliaan tanaman plant breeding adalah perpaduan antara seni art dan ilmu science dalam merakit keragaman genetik suatu populasi tanaman tertentu menjadi lebih baik atau unggul dari sebelumnya (Syukur et al. 01). Pemuliaan dilakukan dengan cara persilangan antara dua species Jagung pulut galur murni yang biasa disebut dengan persilangan dialel. Hasil persilangan tersebut menghasilkan varietas jagung pulut hibrida (Zainuddin, 014). Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antaratetua berupa galur inbrida. Beberapa varietas hibrida hasil persilangan dialel kemudian ditanam untuk mengetahui variasi genetiknya dari beberapa varietas hibrida tersebut dari segi karakter. Karakter penting seperti produksi, kadar protein dan kualitas hasil dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu, karakter demikian disebut karakter kuantitatif. Menurut teori, karakter kuantitatif lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, namun sulit untuk menentukan seberapa jauh suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan seberapa jauh disebabkan oleh lingkungan (Syukur et al. 01). Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui variasi genetik dari beberapa varietas hibrida tersebut menggunakan teori genetika kuantitatif dengan cara pendekatan anlisis

sejumlah ukuran karakter setiap individu sebagai hasil ekspresi genetik dan lingkungan menggunakan ragam fenotip individu-individu dalam populasi. METODE PENELITIAN Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, tugal, bambu, tali plastik, pita, meteran, mistar, calliper digital, kamera, timbangan digital, timbangan kenko, alat pengukur kadar air (Said Mousture Tester) dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 hibrida hasil persilangan dialel dan 7 hibrida sebagai induk pada persilangan dialel. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk NPK phonska dan urea, fungisida, insektisida, dan herbisida. Kriteria Sampel Materi genetik yang digunakan pada penelitian ini adalah 7 galur hibrida silang dialel, yang merupakan hasil persilangan antara dua alel galur murni yang berperan sebagai induk atau tetua, dan 1 hibrida hasil persilangan dialel dari 7 hibrida induk atau tetua yang disilangkan secara berkali-kali atau selfing. Persiapan dan Penanaman Tahap pertama yaitu persiapan yang meliputi pengolahan lahan dengan cara membuat petak-petak tempat penanaman dan pembuatan lubang tanam. Petak penanaman dibuat dengan ukuran 1,5 x 5 m, lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal pada barisan dengan jarak antara lubang 0,0 m, setiap lubang ditanam biji (Azrai et al. 015). Tahap kedua yaitu tahap penanaman, sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu benih jagung fungisida. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 0,75 x 0,0 m. Pemeliharaan Tanaman Pada tahap pemeliharaan tanaman, hal yang dilakukan meliputi penyiraman. Biji yang sudah ditanam disiram dengan air secara teratur, penyiraman dilakukan dengan tujuan agar biji jagung yang ditanam tidak mengalami kekeringan, sehingga nutrisi air tetap ada dan terjaga sehingga mempermudah dalam proses perkecambahan. Kemudian pemupukan, biji yang sudah mulai tumbuh dan sudah memiliki akar, batang dan daun diberi pupuk yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan dan menjaga agar tanaman tersebut tumbuh subur. Pemupukan pertama dilakukan 3

pada 7 hari setelah tanam dengan dosis masing-masing 300 kg NPK phonska/hektar dan 100 kg urea/hektar dan pemupukan kedua dilakukan pada umur 35 hari setelah tanam dengan dosis masing-masing 100 kg NPK phonska/hektar dan 00 kg urea/hektar (Azrai et al. 015). Variabel Karakter Fenotipe Pada tahap pengamatan karakter fenotipe, variabel yang diamati ada 18, yaitu : 1). Persentase perkecambahan biji, ). Umur saat 50 % tanaman berbunga jantan dan betina, 3). Selang waktu berbunga jantan dan betina, 4). Tinggi tanaman, 5). Tinggi tongkol, 6). Skoring keseragaman tanaman, 7). Keseragaman tongkol, 8). Hasil panen biji, 9). Bobot tongkol panen, 10). Kadar air biji, 11). Rendemen biji, 1). Panjang tongkol, 13). Diameter tongkol, 14). Jumlah baris biji, 15). Jumlah biji setiap baris, 16). Bobot 100 biji, 17). Jumlah tongkol, dan 18). Komponen hasil. Pengamatan dan Analisis Data Pengamatan sebelum panen dilakukan terhadap karakter persentase tanaman tumbuh, umur 50% berbunga jantan dan betina, selang waktu berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman dan letak tongkol yang dilakukan setelah fase pollinasi, skoring penampilan tanaman yang dilakukan saat tanaman berumur 75 hari setelah tanam (hst). Pengamatan setelah panen dilakukan terhadap karakter bobot tongkol kupasan basah, penampilan tongkol setelah panen (skor 1= penampilan terbaik skor 5 = terjelek), kadar air saat panen, rendemen biji pada 10 tongkol sampel, bobot 1000 biji, panjang dan diameter tongkol, jumlah baris pertongkol dan jumlah perbaris pertongkol, jumlah tongkol serta hasil panen pada kadar air 15 % dengan menggunakan persamaan (Sujiprihati et al. 006) yaitu : 10000 (100 KaP)% Y x BTkPn RBj LPPn (100 15)% Keterangan : Y = Hasil panen (t/ha) LPPn = Luas petak panen (m ) KaP = Kadar air biji saat panen (%). BTkPn = Bobot tongkol kupasan basah (kg) RBj. = Rendemen bobot biji dari sampel tongkol panen Analisis data menggunakan program CropStat untuk Windows Versi 7..007.3 (IRRI, 007). Data dianalisis perlokasi dan dianalisis berdasarkan model persamaan linear rancangan acak kelompok 4

(Baihaki dan Wicaksono, 005) sebagai berikut : Keterangan : Yijk = + gi + kk + Eik Yijk :Respon pengamatan dari genotipe ke-i, lokasi ke-j, ulangan ke-k : Rataan umum gi : Pengaruh dari genotipe ke-i (i = 1,, 3, 4,,4) kk : Pengaruh ulangan ke-k ik : Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i, ulangan ke-k Untuk mengetahui bahwa lokasi, genotip dan interaksi genotip dan lingkungan berbeda nyata, maka dapat dilihat nilai F hitungnya. Jika nilai F hitung > nilai F Tabel pada taraf 0.01 atau 0. 05 maka perlakuan tersebut dinyatakan berbeda sangat nyata atau nyata. Estimasi ragam genetik, fenotipe dan interaksi ragam genetik dengan lingkungan (Bernardo, 00) adalah sebagai berikut : g = e = M1 f = M 1 g + M r e Besaran nilai keragaman genetik dan fenotipik suatu karakter ditentukan berdasarkan ragam genetik ( ) dan ragam fenotip ( ), koefisien ragam f genotip dan fenotip dengan kriteria g menurut Hallauer dan Miranda (1995) sebagai berikut : sempit = 0-4,99% agak sempit = 5-49,99% agak luas = 50-74,99% luas = 75-100% Nilai heritabilitas dalam arti luas (H) didefinisikan sebagai perbandingan antara ragam genetik dan ragam fenotip ( ) yang diestimasi f dengan menggunakan formula (Darrah dan Mukuru, 1977) sebagai berikut : g H = f Nilaiheritabilitas dikelompakkan (Petersen, 1994) sebagai berikut : - heritabilitas rendah : <0 % - heritabilitas sedang : 0 % 50 % - heritabilitas tinggi : 50 %< H 100 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Fenotip Dari hasil pengamatan yang dilakukan yang ditulis didalam tabel kemudain diinput kedalam program Excel untuk mendapatkan nilai rata-rata dan diolah menggunakan program Cropstat untuk medapatkan nilai dan hasil varians yang diinginkan dengan menggunakan rumus-rumus tertentu dapat dilihat pada Tabel 3. 5

Tabel 3. Rekapitulasi Kuadrat Tengah Karakter Agronomi, Hasil dan Komponen Hasil Hibrida Silang Dialel KK KT F.H Probabilitas Karakter db Galat Total % % Perkecambahan biji 7 133.705 1.46 91.897 0.116 893.04 9.8 Umur Berbunga Jantan 7 9.601 33.1 0.893737 0.000** 977.38.1 Umur Berbunga Betina 7 30.603 17.8 1.71957 0.000** 1058.9.7 Selang Waktu Berbunga 7 1.67196.47 0.985657 0.00** 81.8095 4.1 TR ASI 7 0.188443.15 8.77E-0 0.008** 9.86514 1.9 Tinggi Tongkol 7 34.61 0.99 345.455 0.496 3557.9 19.4 Tingi Tanaman 7 635.71 0.8 778.88 0.713 73479.8 15.7 Skor. Kes. Tanaman 7 0.07094 1.3 0.19931 0.19 0.0351 8.4 Keseragaman Tongkol 7 0.0363 1.57 0.19189 0.078 1.4881 15.3 Bobot Tongkol Panen 7.4115 7.8 0.337 0.000** 83.5489 19. Kadar Air Biji 7 8.100 1.49 5.44695 0.108 56.644 7.1 Rendemen 7 0.0114147.37 5.10E-04 0.000** 0.33637 3.1 Hasil Panen 7.7107 8.16 0.78467 0.000** 76.6658 0.7 B100BJKA 7 46.5643 5.66 8.576 0.000** 1754.04 11.1 Panjang Tongkol 7 4.47013 1.6 3.55109 0.3 318.7 15 Diameter Tongkol 7 0.173193 0.8 0.10665 0.706 16.1578 11.8 Jumlah Baris Biji 7 1.6596 1.79 0.94969 0.034* 95.3899 7.9 Jumlah Biji setiap Baris 7 19.3931 0.81 3.9865 0.7 1866.3 19.7 Keterangan : db = Derajat bebas, KT = Kuadrat tengah, F.H = F. Hitung, KK = Koefisien keragaman, ** = Berpengaruh nyata pada uji 1 %, * = Berpengaruh nyata pada uji 5 % hibrida tersebut menunjukkan Hasil analisis data statistik keragaman genetik. Keragaman yang digunakan program Cropstat yang muncul pada populasi berasal dari terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa umur berbunga jantan, umur plasma nutfah, introduksi, persilangan, mutasi, atau melalui proses transgenik berbunga betina, selang waktu (Suprapto dan Kairudin 007). berbunga, TR selang waktu berbunga, Nilai Koefisien Keragaman bobot tongkol panen, rendemen, hasil (KK) seperti yang terlihat pada Tabel 3 panen, dan bobot 100 biji pada KA 15 menunjukkan bahwa selang waktu % berpengaruh nyata pada uji 1 % dan berbunga jantan dan betina dan nilai karakter fenotip jumlah baris biji Transformasi selang waktu berbunga berpengaruh nyata pada uji 5 %. Perbedaan pengaruh nyata pada uji 1 % dan 5 % yang terjadi pada beberapa jantan dan betina (TR ASI) memiliki nilai Koefisien Keragaman (KK) yang tinggi yaitu selang waktu berbunga karakter fenotip dari beberapa varietas 6

jantan dan betina yaitu 4.1 % dan Transformasi selang waktu berbunga jantan dan betina (TR ASI) yaitu 1.9 %. Semakin kecil nillai Koefisien Keragaman (KK) Selang waktu berbunga jantan dan betina maka semakin baik, karena proses penyerbukan terjadi lebih cepat dan umur panen lebih cepat, sehingga potensi hasil panen lebih baik. Nilai Variabilitas dan Heritabilitas Besaran nilai variabilitas genetik ragam genetik ( ) dan standar deviasi g ragam genetik ( g ) (Hallauer dan Miranda, 1995). Nilai heritabilitas merupakan suatu petunjuk seberapa besar suatu karakter atau sifat dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan (Poehlman, 1979). Hasil pengolahan data menggunakan program Cropstat menunjukkan nilai variabilitas genotip, variabilitas fenotip dan heritabilitas seperti pada Tabel 4. suatu karakter ditentukan berdasarkan Tabel 4. Komponen Variabilitas Genetik, Variabilitas Fenotip dan Nilai Heritabilitas Karakter Variabilitas VG VF Rata-Rata KVG KVF H % Perkecambahan biji 44.57 135.86 96.39 6.93s 1.09s 0.33s Umur Berbunga Jantan 9.87 10.76 46.6 6.74s 7.04s 0.9l Umur Berbunga Betina 10.0 10.76 49.4 6.49s 6.66s 0.86l Selang Waktu Berbunga 0.56 10.76 1.98 37.65as 165.64as 0.36s TR ASI 0.06 10.76 1.37 18.9s 39.09al 0.4s Tinggi Tongkol 114.09 10.76 94.57 11.9s 3.47s 0.5s Tingi Tanaman 11.91 10.76 176.84 8.3s 1.85s 0.1s Skor. Kes. Tanaman 0.001 10.76 0.53 5.58s 618.16l 0.004s Keseragaman Tongkol 0.07 10.76.50 10.41s 131.s 0.34s Bobot Tongkol Panen 0.81 10.76.8 39.45as 144.06as 0.71l Kadar Air Biji.70 10.76 33.9 4.84s 9.67s 0.33s Rendemen 0.004 10.76 0.69 8.94s 475.5l 1.00l Hasil Panen 0.76 10.76 1.78 48.78as 183.9al 0.73l B100BJKA 15.5 10.76 3.69 16.63s 13.85s 0.65l Panjang Tongkol 1.49 10.76 1.4 9.97s 6.80s 0.30s Diameter Tongkol 0.06 10.76 3.81 6.31s 86.14s 0.s Jumlah Baris Biji 0.55 10.76 11.80 6.30s 7.79s 0.37s Jumlah Biji setiap Baris 6.46 10.76 4.7 10.9s 13.7s 0.1s Keterangan : VG = Variabilitas genotip, VF = Variabilitas fenotip, KVG = Koefisien variabilitas genotip, KVF = Koefisien variabilitas fenotip, H = Heritabilitas (%), s = Sempit, as = Agak sempit, al = Agak luas, l = Luas 7

Nilai variabilitas genotip dan fenotip yang terlihat pada Tabel 4 memiliki nilai yang bervariasi, mulai dari nilai yang tergolong sempit, agak sempit, agak luas hingga luas. Nilai variabilitas genotip menunjukkan bahwa nilai variabilitas genotip pada karakter fenotip % perkecambahan biji 6.93, umur berbunga jantan 6.74, umur berbunga betina 6.49, TR selang waktu berbunga 18.9, tinggi tongkol 11.9, tinggi tanaman 8.3, skor keseragaman tanaman 5.58, keseragaman tongkol 10.41, kadar air biji 4.84, rendemen 8.94, bobot 100 biji pada KA 15 % 16.63, panjang tongkol 9.97, diameter tongkol 6.31, jumlah baris biji 6.30, dan jumlah biji setiap baris 10.9 tergolong sempit, sedangkan pada karakter fenotip selang waktu berbunga 37.65, bobot tongkol panen 39.45 dan hasil panen 48.78 tergolong agak sempit. Nilai variabilitas fenotip pada karakter fenotip selang waktu berbunga 165.64 dan hasil panen 183.9 tergolong agak luas, TR selang waktu berbunga 39.09 dan bobot tongkol panen 144.06 tergolong agak sempit, skor keseragaman tanaman 618.16 dan rendemen 475.5 tergolong luas dan % perkecambahan biji 1.09, umur berbunga jantan 7.04, umur berbunga betina 6.66, tinggi tongkol 3.47, tinggi tanaman 1.85, keseragaman tongkol 131., kadar air biji 9.67, bobot 100 biji pada KA 15 % 13.85, panjang tongkol 6.80, diameter tongkol 86.14, jumlah baris biji 7.79 dan jumlah biji setiap baris 13.7 tergolong sempit. Nilai Koefisien Varians Genotip (KVG) dan nilai Koefisien Varians Fenotip (KVF) digolongkan berdasarkan nilai relatif Koefisien Varians Genotip (KVG). Nilai relatif didapatkan dengan membagi nilai Koefisien Varians Genotip (KVG) masing-masing karakter dengan nilai Koefisien Varians Genotip (KVG) tertinggi. Penggolongannya adalah 0-4,99 % (sempit), 5-49,99 % (agak sempit), 50-74,99 % agak luas dan 75-100 % luas, begitupun pada penggologan Koefisien Varians Fenotip (KVF) (Bambang et al. 015). Melihat seberapa besar proporsi variabilitas genetik terhadap ragam fenotip, diperlukan pendugaan nilai heritabilitas (%) seperti yang terlihat pada Tabel 4. Nilai duga heritabilitas yang disajikan pada Tabel 3. berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Stanfield (1983), ada yang tergolong rendah atau sempit (H <0 %) dan tinggi atau luas (50 %< H 100). 8

Nilai heritabilitas yang tergolong sempit dari karakter fenotip yang diamati adalah karakter fenotip % perkecambahan biji 0.33, selang waktu berbunga 0.36, TR selang waktu berbunga 0.4, tinggi tongkol 0.5, tinggi tanaman 0.1, skor keseragaman tanaman 0.004, keseragaman tongkol 0.35, kadar air biji 0.33, panjang tongkol 0.30, diameter tongkol 0., jumlah baris biji 0.37 dan jumah biji setiap baris 0.1 yang menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik. Nilai heritabilitas yang tergolong luas dari karakter fenotip yang diamati adalah umur berbunga jantan 0.9, umur berbunga betina 0.86, bobot tongkol panen 0.71, rendemen 1.00, hasil panen 0.73 dan bobot 100 biji pada KA 15 % 0.65 yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. KESIMPULAN Nilai variabilitas genetik pada Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil persilangan dialel tergolong sempit dan agak sempit sedangkan nilai variabilitas fenotip tergolong agak luas, agak sempit, luas dan sempit. Nilai Heritabilitas (H) pada Jagung pulut hibrida Zea mays L. hasil persilangan dialel tergolong luas atau tinggi (50 %< H 100) yang menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan dan tergolong sempit atau rendah (H < 0 %) yang menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan dengan faktor genetik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 01. Pengolahan Tanaman Jagung, http://restuws.wordpress.com/0 10/06/13/teknologi-pengolahantanaman-jagung, diakses pada tanggal 11 Oktober 015 pukul 07.00 WITA. Azrai, M., Adriani, A., W.B., Suwarno, S.H., Sutjahjo, 015. Pendugaan Keragaman Genetik dan Heritabilitas Jagung Hibrida Silang Puncak pada Perlakuan Cekaman Kekeringan, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Vol. 4(1) : 91-100. Baihaki, A. dan N. Wicaksono, 005. Interaksi Genotip x Lingkungan, Adaptabilitas, dan Stabilitas Hasil dalam Pengembangan Tanaman Varietas Unggul di Indonesia, Zuriat 16(1) : 1 8. Bernardo, R., 00. Breeding for Quantitative Traits in Plants, Woodbury, Minnesota: Stemma Press. 9

Darrah, L. L. and Mukuru. 1977. Recurrent Selection Methods for Maize Improvement the East African Experience. Muguga, Nairobi, East African Agriculture and Forestry Research Organisation. 0p. Hallauer A.R. and J.B.F.O Miranda, 1987. Quantitative Genetics in Maize Breeding ( nd edition), Lowa State Univ. Press. IRRI., 007. CropStat for Windows Version 7..007.3. Pertanian Indonesia 9 () : 183-190. Syukur M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti, 01. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Zainuddin S., 014. Variabilitas Genetik Penampilan Agronomis Sepuluh Genotipe Jagung Pulut, Agroteknologi, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur, vol. : 1-. Mustofa Z., I.M Budiarsa dan G.B Samdas, 013. Variasi Genetik Jagung Zea mays L. berdasarkan Karakter Fenotipik Tongkol Jagung yang Dibudidaya di Desa Jono Oge, Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Tadulako, Vol. 1 : 33-41. Petersen, R.G., 1994. Agricultural Field Experiments. New York: Marcel Dekker, Inc. Poehlman J.M., 1979. Breeding Field Crops.Edisi ke-. Connecticut: The AVI Publishing.Westport, 486p. Sujiprihati, S., M., Azrai, dan A., Yuliandry, 006. Keragaan Genotip Jagung Bermutu Protein Tinggi (QPM) di Dua Tipologi Lahan yang Berbeda. Agrotropika 11() : 90-100 Suprapto dan N.M Kairudin, 007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen Dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) Pada Ultisol, Ilmu 10

11