Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark yang selanjutnya secara tunggal disebut "Pihak" dan secara bersama disebut "Para Pihak";

dokumen-dokumen yang mirip
MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA INSTITUT PENELITIAN EKONOMI UNTUK ASEAN DAN ASIA TIMUR DENGAN SADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA PALESTINA TENTANG KERJASAMA Dl BIDANG PARIWISATA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN PEROAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN INTERNASIONAL

REPUBLIK INDONESIA CONCERNING SISTER CITY COOPERATION

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI RUSIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Parlemen Republik Fiji, yang selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Romania (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

REPUBLIK INDONESIA PASAL1

REPUBLIK INDONESIA. Memorandum Saling Pengertian an tara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan

REPUBLIK INOONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DAN KANTOR PEMILIHAN FIJI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 1. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan dan saling tukar menukar pengalaman di bidang penerangan, mencakup :

KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. MEMPERCAYAI bahwa kerja sama yang dilakukan akan membawa manfaat bagi para Pihak;

~ ' REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PASAL1 TUJUAN

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG KERJA SAMA MARITIM ANT ARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT

disebut sebagai "Para Pihak";

Mengakui pentingnya asas-asas persamaan dan saling menguntungkan; Sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di rnasingmasing

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Republik Liberia (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"),

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri dan Agama Republik Kosta Rika (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihakn);

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia, selanjutnya disebut 'Para Pihak';

REPUBl.JK INDONESIA. Pemerintah Kata Jayapura, Republik Indonesia dan Pemerintah Kata Wewak, Papua Nugini, selanjutnya disebut sebagai para "Pihak";

REPUIP 1 ' 1 "J')(l FSL\

REPIJBl,IK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERHASRA T unruk meningkatkan hubungan baik berdasarkan kemitraan clan kerjasama antara penduduk kedua kota;

SOUTH CENTRE MENGENAI KERJA SAMA DALAM KEGIATAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Singapura (selanjutnya disebut "Para Pihak");

TENT ANG KERJASAMA PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENGKAJIAN DI BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PASAL1 "PASAL4 MITRA KERJA

REPUBLIK INDONESIA. PASALI Tujuan

REPUBLIK INDONESIA. MEMPERHA TIKAN kebutuhan untuk mengembangkan dan membina pengembangan sumber daya manusia perminyakan dan sumber daya energi;

REPUBLIK INDONESIA UNTUK IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

bidang penanggulangan bencana untuk kesejahteraan dan keselamatan rakyat di kedua negara;

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MOZAMBIK MENGENAI KERJSAMA EKONOMI DAN TEKNIK

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia; menimbulkan ancaman yang nyata terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat kedua negara;

PENGATURAN ANTARA. MENGINGAT hubungan dan kerjasama yang bersahabat yang telah ada antara Republik Indonesia dan Kerajaan Kamboja;

PASALI TUJUAN PASAL II RUANG LINGKUP KERJASAMA. Ruang lingkup kerjasama di bawah Memorandum Saling Pengertian ini adalah sebagai berikut:

~. -~ :~~ \ ) ) '../ft

Dalam rangka untuk lebih memperkuat dan memperdalam hubungan persahabatan dan kerja sama yang telah ada antara Para Pihak;

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASALI TUJUAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI BANTUAN HIBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERJASAMA EKONOMI DANTEKNIK ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

MEMPERTIMBANGKAN kepentingan bersama dalam mengembangkan kerja sama energi baru terbarukan antara Republik Indonesia dan Republik Federal Austria.

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH TURKMENISTAN MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(selanjutnya masing-masing disebut sebagai "Pihak" dan secara bersama sebagai "Para Pihak"),

REPUBLIK INDONESIA. Berkeinginan untuk memperkuat dan mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama;

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DJIBOUTI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

~ j.. ~~ REPUBLIK IIIDONBSIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA DAN

SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRASI MYANMAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kedua negara. TELAH DICAPAI kesepahaman sebagai berikut: PASALI TUJUAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK KOLOMBIA MENGENAI PEMBENTUKAN KOMISI BERSAMA

REPUBLIK INDONESIA PERSETUJUAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MALAYSIA TENTANG KERJASAMA PERTANIAN

t. ' ~ _.J "'-... ~... -'

REPUBLIK INDONESIA. Mengakui kedekatan hubungan dan persahabatan yang telah terjalin di antara Para Pihak;

REPUBLIK 11'1>0NESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA. MEY AKINI perlunya kerja sama efektif dan berkesinambungan yang menjadi kepentingan dari Para Pihak;

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan Kementerian

PENGATURAN ANTARA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN SELANDIA BARU TENTANG KERJASAMA BIDANG PENDIDIKAN

EMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN ARSIP NASIONAL PUSAT REPUBLIK YAMAN MENGENAI KERJASAMA KEARSIPAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Persetujuan Kerja Sama Ekonomi antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda yang ditandatangani pada tanggal 7 Juli 1968;

MENGAKUI pentingnya peningkatan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia Indonesia;

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASAL 1 PEMBEBASAN VISA

REPUBLIK INDONESIA. MENYADARI pentingnya prinsip-prinsip kedaulatan, kesetaraan, saling menghargai, dan saling menguntungkan;

Mengingat Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia

MEMPERTIMBANGKAN pentingnya kerjasama internasional dan peran dari negara sahabat dalam memperkuat kapasitas di bidang manajemen kebakaran hutan; dan

w,= REPUBLIJ[ INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DAN

1. Perlukaran program radio dan berita mengenai sosial, pariwisata/tempat menarik, perdagangan, masalah seni dan budaya secara timbal balik.

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NORTHERN TERRITORY OF AUSTRALIA TENT ANG

REPUBLDl INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN. ANTARA KEMENTERIAN KELAUT AN DAN PERl KANAN REPUBLIK INDONESIA DAN

di bidang pengembangan sumber daya manusia khususnya perminyakan dan petrokimia; pengembangan sumber daya manusia penninyakan dan petrokimia;

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark, selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA PALESTINA

University di bidang pelatihan dan peningka.tan kapasitas para diplomat Indonesia dalam hal isu-isu terkait diplomasi;

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG K.ERJA SAMA EKONOMI DAN TEKNIS ANTARA PEMERINTAH REPUBUK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN

REPUBLIK INDONESIA. terjalin melalui peningkatan kerjasama antara Para Pihak; PASALI TUJUAN

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI MIKRONESIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

REPUBLIKINDONESlA. BERKEINGINAN untuk menjalin dan meningkatkan hubungan kerjasama dibidang kepemudaan dan keolahragaan antara Para Pihak;

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENGENAI. KERJASAMA Dl SEKTOR TRANSPORT AS!

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERASI NIGERIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

''hd. pada kawasan yang dilanda konflik dan rawan konflik; manajemen konflik, serta mediasi kemanusiaan;

Transkripsi:

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK TENT ANG KERJA SAMA MARITIM Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark yang selanjutnya secara tunggal disebut "Pihak" dan secara bersama disebut "Para Pihak"; MENCATAT Konvensi Perserikatan Bangsa - Bangsa tentang Hukum Laut 1982; MENGAKUI pentingnya sektor kemaritiman terhadap perkembangan ekonomi dan sosial kedua negara; MEMAJUKAN kerja sama timbal balik antara kedua negara di bidang kemaritiman; MEMPERHATIKAN Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Denmark tentang Konsultasi Bilateral yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 17 April 2013;

MENGINGAT Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark tentang Kerja Sama Teknik yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2006; BERKEINGINAN untuk mengembangkan lebih lanjut sebuah persahabatan dan hubungan kerja sama yang telah terjalin antara kedua negara berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan; SESUAI DENGAN hukum dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara; Para Pihak telah mencapai pengertian sebagai berikut: PASALI TUJUAN Tujuan Memorandum Saling Pengertian (selanjutnya disebut sebagai MSP) ini adalah untuk membentuk sebuah kerangka kerja sama maritim berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, saling menghargai, percaya dan menguntungkan. PASAL II BIDANG KERJA SAMA Sesuai dengan tujuan MSP, Para Pihak dan lembaga-lembaga terkait akan mengembangkan dan memajukan kerja sama maritim di bidang sebagai berikut: 1. Pertukaran kebijakan kemaritiman atau kelautan; 2. lndustri dan infrastruktur maritim, termasuk proses pembuatan kapal ramah lingkungan dan zona ekonomi menyeluruh; 3. Kendali negara pelabuhan dan pemeriksaan; 4. Keselamatan dan keamanan penumpang dan pelaut; 5. Pengembangan kapasitas dan teknologi maritim; 6. Pelatihan pelaut;

7. Pariwisata laut; 8. Tanpa mengesampingkan KebijaKan PeriKanan umum Uni Eropa, berbagi informasi tentang prosedur-prosedur sehubungan dengan penerapan aturan untuk mencegah, menangkal, dan menghilangkan Perikanan llegal, Tidak Dilaporkan dan Tidak diatur; dan 9. Bidang-bidang kerja sama lainnya yang dapat disetujui bersama oleh Para Pihak. PASAL Ill BENTUK KERJA SAMA Mengacu kepada tujuan dari MSP ini, dan sedapat mungkin cara-cara, sumbersumber daya dan ketentuan-ketentuan Para Pihak mengizinkan, bidang-bidang kerja sama yang disebut dalam Pasal II MSP ini, termasuk para pemangku kepentingan umum dan swasta, dan dapat dilaksanakan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: 1. Proyek-proyek bersama dalam kerja sama maritim. 2. Dialog kebijakan, pertukaran teknik dan pertemuan-pertemuan bilateral. 3. Untuk tujuan dimaksud, Para Pihak akan membentuk Forum Maritim Bilateral yang akan dipimpin bersama oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia dan Direktur Jenderal Otoritas Maritim Denmark Kementerian Bisnis dan Pertumbuhan Kerajaan Denmark atau perwakilanperwakilan yang ditunjuk. PASAL IV OTORITAS KOMPETEN DAN IMPLEMENTASI 1. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia dan Otoritas Maritim Denmark dari Kementerian Bisnis dan Pertumbuhan Kerajaan Denmark akan bertindak sebagai institusi-institusi penghubung untuk mengorganisasikan dan mengoordinasikan kerja sama dan kegiatankegiatan terkait.

2. Para Pihak dapat melibatkan perwakilan-perwakilan otoritas-otoritas publik, akademik dan sektor swasta dalam pertemuan-pertemuan terkait yang dianggap perlu oleh salah satu Pihak. PASAL V KETENTUAN UMUM 1. Setiap Pihak akan membiayai semua pengeluaran dari pesertanya sendiri termasuk perjalanan internasional, perjalanan lokal, akomodasi, dan lain sebagainya. 2. MSP ini wajib dilaksanakan dalam kerangka hukum dan peraturan masingmasing negara dan berdasarkan ketersediaan dana dan personil yang sesuai dari Para Pihak. 3. MSP ini tidak akan berpengaruh pada persetujuan dan memorandum lainnya antara Para Pihak atau antara salah satu Pihak dengan pihak ketiga. PASAL VI KERAHASIAAN Para Pihak akan memastikan bahwa data dan informasi yang disediakan bersama atau disampaikan termasuk hasil penelitian bersama yang dilaksanakan di bawah MSP ini, tidak dialihkan atau disampaikan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari Para Pihak.

PASAL VII PERUBAHAN Para Pihak hanya dapat membuat perubahan MSP ini setelah persetujuan bersama tercapai melalui konsultasi dan konfirmasi tertulis melalui saluran diplomatik. Perubahan tersebut akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari MSP ini dan mulai berlaku pada tanggal yang ditentukan oleh Para Pihak. PASAL VIII PENYELESAIAN SENGKETA Setiap perbedaan atau sengketa yang mungkin timbul antara Para Pihak terkait berbagai hal di bawah MSP ini akan diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan negosiasi antara Para Pihak. PASAL IX MULAI BERLAKU, MASA BERLAKU, PENGAKHIRAN, DAN PERPANJANGAN 1. MSP ini akan berlaku pada saat tanggal ditandatangani. 2. MSP ini akan tetap berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui berturut-turut dengan periode 3 (tiga) tahun, kecuali salah satu Pihak memberitahukan Pihak lain secara tertulis terhadap maksud untuk mengakhirinya. 3. Setiap Pihak dapat mengakhiri MSP ini setiap saat dengan memberikan 90 (sembilan puluh) hari sebelumnya melalui pemberitahuan tertulis kepada Pihak lain terhadap maksud untuk mengakhiri MSP ini melalui saluran diplomatik.

4. Kecuali disetujui oleh Para Pihak, pengakhiran MSP ini tidak akan mengesampingkan penyelesaian proyek-proyek yang sedang berjalan atau kegiatan-kegiatan di bawah MSP ini sesuai dengan jangka waktu proyekproyek atau kegiatan-kegiatan tersebut. SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, telah diberikan kuasa oleh Pemerintah masing-masing negara, telah menandatangani MSP ini. DITANDANGANI di Jakarta pada tanggal Z:?.:.. Bulan Oktober tahun 2015, dalam rangkap dua, dalam bahasa Indonesia dan lnggris, kedua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah bahasa lnggris yang akan berlaku. UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA UNTUK PEMERINTAH KERAJAAN DENM RK DR. Rizal Ramli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE KINGDOM OF DENMARK ON MARITIME COOPERATION The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Denmark hereinafter referred to singularly as "the Party" and collectively as "the Parties"; NOTING the United Nations Convention on the Law of the Sea 1982; RECOGNIZING the importance of the maritime sector to economic and social development of both countries; PROMOTING mutual cooperation between the two countries in the field of maritime affairs; TAKING INTO ACCOUNT the Memorandum of Understanding between the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia and the Ministry of Foreign Affairs of the Kingdom of Denmark on Bilateral Consultations signed in Jakarta on 17 April 2013; RECALLING the Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Denmark on Technical Cooperation signed in Jakarta on 26 July 2006;

DESIRING to develop further a friendly and co-operative maritime relations existing between the two countries based on equality and mutual benefit; PURSUANT to the prevailing laws and regulations in their respective countries; The Parties have reached the following understanding: ARTICLE I OBJECTIVE The objective of this Memorandum of Understanding (hereinafter referred to as MoU) is to establish a framework for bilateral maritime cooperation based on the principles of equality, mutual respect, trust and benefit. ARTICLE II AREAS OF COOPERATION In accordance with the objective of the MoU, the Parties and its related institutions will develop and promote maritime cooperation in the following areas: 1. Maritime or ocean policy exchanges; 2. Maritime industry and infrastructure, including green shipbuilding and comprehensive economic zone; 3. Port state control and inspection; 4. Safety and security of passengers and seafarers; 5. Capacity building and maritime technology; 6. Training of Seafarers; 7. Marine Tourism; 8. Without prejudice to the EU Common Fisheries Policy, share information on procedures with respect to the application of the rules to prevent, deter and eliminate illegal, unreported and unregulated (IUU fishing); and 9. Other areas of cooperation as may be mutually agreed by the Parties.

ARTICLE Ill FORMS OF COOPERATION Referring to the objective of this MoU, and as far as the means. resources and requ irements of both Parties allow, the areas of cooperation as stated in Article II of this MoU, including both public and private stakeholders, and may take the following forms: 1. Joint projects in maritime cooperation. 2. Policy dialogue, technical exchange and bilateral meetings. 3. For this purpose, the Parties will establish a Bilateral Maritime Forum that.. will be co-chaired by the Vice Minister for Foreign Affairs of the Republic of Indonesia and Director General of the Danish Maritime Authority of the Ministry of Business and Growth of the Kingdom of Denmark or their designated representatives. ARTICLE IV COMPETENT AUTHORITIES AND IMPLEMENTATION 1. The Coordinating Ministry of Maritime Affairs of the Republic of Indonesia and the Danish Maritime Authority of the Ministry of Business and Growth of the Kingdom of Denmark will act as liaison institutions to organise and coordinate relevant cooperation and activities. 2. The Parties may include other public authorities, academic and private sector representatives in relevant meetings as deemed appropriate by either Party. ARTICLE V GENERAL PROVISIONS 1. Each Party will cover all the expenditures of their own participants including international travel, local travel, accommodation, et cetera.

2. This MoU shall be carried out within the framework of the respective laws and regulations of the Parties and subject to the availability of appropriated funds and personnel of the Parties. 3. This MoU will have no effect on other agreements and memorandums between the Parties or those between either Party with any third party. ARTICLE VI CONFIDENTIALITY The Parties will ensure that the data and information jointly provided or shared including the result of joint research carried out under this Memorandum of Understanding, are not transferred or supplied to a third party without prior written consent of the Parties. ARTICLE VII AMENDMENT The Parties can only make amendments to this MoU after mutual consent achieved by consultation and confirmation in writing through diplomatic channels. Such amendments will form an integral part of this MoU and will enter into effect on such date as may be determined by the Parties. ARTICLE VIII SETTLEMENT OF DISPUTES Any differences or disputes that may arise between the Parties relating to any matters under this MoU will be settled amicably through consultation and negotiation between the Parties.

ARTICLE IX ENTRY INTO FORCE, DURATION, TERMINATION AND EXTENTION 1. This MoU sha ll enter into force on the date of its signing. 2. This MoU shall remain valid for 5 (five) years and may be renewed for successive 3 (three) year periods, unless either Party notifies the other Party in writing of its intention to terminate it. 3. Each Party may terminate this MoU at any time by giving 90 (ninety) days prior written notification to the other Party of its intention to terminate this MoU through diplomatic channels. 4. Unless agreed otherwise by the Parties, the termination of this MoU will not prejudice the completion of any on-going projects or activities under the MoU in accordance with the terms of those projects or activities. IN WITNESS WHEREOF, the undersigned being duly authorised thereto by their respective Governments, has signed this MoU. SIGNED in Jakarta on the '?-.~.. day of October in the year 2015, in duplicate, in Indonesian and English language, both texts being equally authentic. In case of any divergence of interpretation, the English text shall prevail. FOR THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA FOR THE GOVERNMENT OF THE KINGDOM OF DENMARK DR. Rizal Ramli Coordinating Minister for Maritime Affairs ~~:1~ Minister of Forei!~ Affairs