PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN PADA BAYI USIA MINGGU NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK PADA BAYI USIA MINGGU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pengoptimalan tumbuh kembang bayi, motor control, motor learning, dan

PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK PADA BAYI USIA MINGGU SKRIPSI

ANALISIS POLA JALAN LANJUT USIA TERHADAP RISIKO JATUH DI POSYANDU LANSIA WILAYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ALMAS AWANIS J

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

HUBUNGAN ANTARA KUNJUNGAN ORANG TUA KE POS PELAYANAN TERPADU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 36 MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju ke sesuatu yang lebih baik (Ghianovan, 2014). Sama halnya

PENGARUH TUMMY TIME EXERCISE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR BAYI USIA MINGGU

PENGARUH TUMMY TIME EXERCISE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR BAYI USIA MINGGU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEBIASAAN DIGENDONG DENGAN KEMAMPUAN BERGULING PADA BAYI USIA 20 MINGGU

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN PADA BAYI USIA MINGGU

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP KEMAMPUAN LONCAT ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK PKK SEMANDING DAN TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH PABELAN

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN POSTUR TIPE FLEKSI DENGAN POLA JALAN PADA LANJUT USIA

PENGARUH BABY SOLUS PER AQUA (SPA) TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR BAYI USIA 6 9 BULAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PROSES PERSALINAN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BAYI USIA 4 BULAN DAN 10 BULAN

SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berusia 60 tahun keatas atau lanjut usia. Menurut United Nations

HUBUNGAN KEBIASAAN DIGENDONG DENGAN KEMAMPUAN BERGULING PADA BAYI USIA 20 MINGGU NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK. Kata kunci : Obesitas, Perkembangan Motorik Kasar, Anak. commit to user. vii

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN ANAK-ANAK TK AL-FIRDAUS MAJALENGKA

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN DI POSYANDU DESA PESANTUNAN KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY

PERBEDAAN FLEKSIBILITAS TRUNK PADA ANAK LAKI LAKI DAN PEREMPUAN USIA 7 8 TAHUN

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA 5 TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LATIHAN FLEKSIBILITAS STATIS TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI PADA WANITA LANJUT USIA

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana kedokteran. Diajukan Oleh: ROHMILIA KUSUMA J

PENGARUH STIMULASI POSISI TENGKURAP TERHADAP KEMAMPUAN MENGANGKAT KEPALA BAYI USIA 4 MINGGU

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KOGNITIF DENGAN RIWAYAT JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA JATEN KECAMATAN JUWIRING KLATEN

DINI AFRIANI KHASANAH J120

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Bayi yang sehat dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia. aktifitas bermain dan beradaptasi dengan lingkungan.

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK


HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA PUMA MUDA DESA MANTINGAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TODDLER DI KARTASURA

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA DI BAWAH ASUHAN KELUARGA DAN TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA) DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 5 TAHUN DI POSYANDU BUAH HATI KETELAN BANJARSARI SURAKARTA

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ABSTRAK HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

PROPOSAL TUGAS AKHIR IPTEK BAGI FISIOTERAPI

PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA MINGGU

: DESI SETIYANI J

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN ISOMETRIK PADA INTERVENSI ULTRASOUND TERHADAP PENINGKATAN AKTIFITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA

PENGARUH TUMMY TIME EXERCISE TERHADAP KEMAMPUAN LAMA MENGANGKAT KEPALA PADA POSISI TENGKURAP BAYI USIA 3 4 BULAN. Disusun Oleh ALUSIA SARI SOFIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

PENGARUH PEMBERIAN TACTILE STIMULATION MASGUTOVA NEUROSENSORIMOTOR REFLEX INTEGRATION

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG IBUNYA BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DI WILAYAH KELURAHAN PURWODININGRATAN KOTA SURAKARTA

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH KARTASURA

HUBUNGAN POLA ASUH DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOMOTOR ANAK USIA 6-12 BULAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB III METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang anatomi dan ergonomi.

PENGARUH LATIHAN HANDSTAND TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 8-9 TAHUN DI SDN 2 GETAS BLORA JAWA TENGAH

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek tumbuh kembang pada anak, dewasa ini adalah salah satu

PENGARUH LATIHAN DOUBLE LEG CONE HOP TERHADAP TENDANGAN MELAMBUNG JAUH PADA SEKOLAH SEPAK BOLA NEW SALATIGA FOOTBALL CLUB SKRIPSI

PENGARUH LOMPAT TALI (ROPE JUMP) TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DI SDN LOSARI 153 SURAKARTA

PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran KUSUMA ZIDNI ARIFA LUTHFI J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN PADA BAYI USIA 36-39 MINGGU NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Tri Wahyu Wulandari J 120 110 061 PROGRAM STUDI SI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HALAMAN PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN PADA BAYI USIA 36-39 MINGGU Oleh: Nama : Tri Wahyu Wulandari Nim : J 120.110.061 Telah Membaca Dan Mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah, Yang Merupakan Ringkasan Skripsi (Tugas Akhir) Dari Mahasiswa Tersebut Surakarta, 30 Juli 2015 Menyetujui

HALAMAN PESETUJUAN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN PADA BAYI USIA 36-39 MINGGU Nama NIM Oleh : : Tri Wahyu Wulandari : J120110061 Telah Membaca dan Mencermati Naskah Publikasi Ilmiah, Yang Merupakan Ringkasan Skripsi (Tugas Akhir) dari Mahasiswa tersebut Surakrta, 30 Juli 2015 Menyetujui Pembimbing Utama Agus Widodo, SST. Ft., M.Fis

ABSTRAK PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI, 09 MARET 2015 CONDROWATI / J120110058 ANALISIS POLA JALAN LANJUT USIA TERHADAP RISIKO JATUH DI POSYANDU LANSIA WILAYAH SURAKARTA V BAB, 61 Halaman. (Dibimbing Oleh: Umi Budi Rahayu, Sst.FT., S.Pd., M.Kes dan Yulisna Mutia Sari.Sst.FT., M.Sc(GRS)) Latar Belakang: Pada lansia terjadi perubahan pola jalan terkait dengan pengurangan kehalusan gerakan, ukuran langkah menjadi terbatas, dan kecepatan berjalan berkurang. Hal ini berdampak pada peningkatan risiko jatuh terkait dengan pola jalan. Pola jalan lansia dapat dikategorikan berdasarkan lebar langkah, panjang langkah, dan kecepatan berjalan. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pola jalan lanjut usia berdasarkan lebar langkah, panjang langkah, dan kecepatan berjalan terhadap risiko jatuh di Posyandu Lansia Wilayah Surakarta. Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui lebar langkah, panjang langkah, dan kecepatan berjalan lanjut usia terhadap risiko jatuh di Posyandu Lansia Wilayah Surakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling dengan kriteria insklusi dan eksklusi. Pengukuran pola jalan dengan menggunakan parameter lebar langkah, panjang langkah, dan kecepatan berjalan, sedangkan alat ukur risiko jatuh menggunakan Dynamic Gait Index. Analisis statistik menggunakan Chi-Square dengan degree of confident sebesar 95%. Hasil Penelitian: Analisis statistik didapatkan hasil lebar langkah lansia diluar nilai standar signifikan akan meningkatkan risiko jatuh (p= 0,001 < 0,05), lansia yang memiliki panjang langkah diluar nilai standar tidak signifikan meningkatkan risiko jatuh (p= 0,883 > 0,05), dan lansia yang memiliki kecepatan berjalan diluar nilai standar tidak signifikan meningkatkan risiko jatuh (p= 0,090 > 0,05). Kesimpulan: Secara statistik lebar langkah yang signifikan mempengaruhi risiko jatuh. Panjang langkah tidak signifikan mempengaruhi risiko jatuh. Kecepatan berjalan tidak signifikan mempengaruhi risiko jatuh Kata Kunci: Pola Jalan, Lanjut Usia, Risiko Jatuh.

ABSTRACT STUDY PROGRAM OF PHYSIOTHERAPY UNDERGRADUATE HEALTH FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA MINITHESIS, MARCH 9 th 2015 CONDROWATI/ J120110058 THE ANALYSIS GAIT OF THE OLD TOWARDS THE RISK OF FALLING IN THE INTEGRATED POST SERVICE OF OLD IN SURAKARTA REGION (Counseled by: Umi Budi Rahayu, Sst.FT., S.Pd., M.Kes and Yulisna Mutia Sari.Sst.FT., M.Sc(GRS)) Background: In old the change in the gait relation to the reduction in movement refinement, happened measurement of the step became limited, and the speed walking decreased. This had an impact on the increase in the risk of falling in relation to gait. The gait of the old could be categorized be base width, stride length, and speed walking. The Objective of Research: To know the influence of the gait of old be base width, stride length, and speed walking towards the risk of falling in the integrated post service of old in Surakarta Region. The Benefit of Research: It could know base width, stride length, and speed walking of old towars the risk of falling in the integrated post service of old in Surakarta Region. The Method of Research: The research kind in this research was observasional in the Cross Sectional research plan. Technically the taking of the sample in a manner Simple Random Sampling with criterian insklusion and eksklusion. The grating of gait by using wide parameters base width, stride length, and speed walking whereas the implement measured the risk of falling used Chi-Square with degree of confident of 95%. Result of the Research: The analysis of statistics was obtained by result base width of old apart from the significant value of standard will increase risk of falling (p= 0,001 < 0,05), the old that had stride length apart from it s not significant value of the standard increased risk of falling (p= 0,883 > 0,05), and the old that had the speed walking apart from it s not significant value of the standard increased risk of falling (0,090 > 0,05). Conclusion: Statistically, base width the significant influenced risk of falling. Stride length not significant influenced risk of falling. The speed walking not significant influenced the risk of falling. Keywords: Gait, Old, The risk fall.

PENDAHULUAN Perkembangan motorik kasar anak usia 36-39 minggu, mempunyai kemampuan merangkak dengan tangan dan lututnya, menarik badan hingga berdiri dan berdiri menggunakan perabotan. Pada usia ini pemberian stimulasi motorik kasar sangat berperan penting, karena untuk mempersiapkan keseimbangan dan pengendalian postur tubuh. Selain itu hal yang paling penting ketika belajar adalah menstabilkan keseimbangan diatas satu kaki untuk mengayunkan kaki yang lain kedepan dan memindahkan berat tubuh sebagai tumpuan (Thelen, 2000 dalam Santrock, 2007). Dalam fase ini pemberian stimulasi motorik kasar dirasa tepat, karena stimulasi ini dapat mempersiapkan kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan yang diperlukan untuk fase selanjutnya. Menurut Sakarnadi 2014, fase berjalan berada pada usia 36-48 minggu. Terdapat 4 tahapan kemampuan berjalan bayi, yaitu merambat, ditataih, berdiri tanpa bantuan dan berjalan. Berdasarkan latar belakang diatas dan pentingnya fase merangkak untuk tumbuh kembang bayi, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Pengaruh Stimulasi Assisted Crawling terhadap Kemampuan Merangkak pada Bayi Usia 16 24 minggu. LANDASAN TEORI Dalam konsep dasar pemikiran tumbuh kembang bayi terdapat beberapa istilah motor control, motor learning dan motor development. Motor control merupakan studi mengenai faktor-faktor fungsi saraf yang mempengaruhi gerak manusia. Fungsi saraf sangat berhubungan erat dengan sistem saraf, karena sistem

saraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia sebab sel-sel saraf yang merangsang otak untuk memproduksi gerak yang diinginkan (Ma mun, 2000). Menurut Mahendra (2006), motor learning merupakan serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang akan menyebabkan perubahan dalam kemampuan individu untuk bisa menampilkan gerak yang terampil. Sedangkan Menurut Rosenbaum pada tahun 1991, yang menjelaskan bahwa motor development memiliki keterkaitan dengan studi-studi tentang reflex, dimana berbicara tentang refleks tidak lepas dari masalah motor kontrol. Teori tentang motor control dan motor learning merupakan bagian yang umum dari motor development. Sedangkan dalam suatu gerak yang dapat berubah seiring dengan kebiasaan yang terjadi secara berulang-ulang (dalam hal ini berupa latihan atau stimulasi) dalam keseharian bayi tidak lepas dari motor control dan motor learning ( Saputra, 2006 ). Dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, terdapat suatu peristiwa yang dialami yaitu masa percepatan dan masa perlambatan. Dengan pemberian stimulasi (rangsangan dari luar yang ada dilingkungan bayi dan balita) akan meningkatkan perkembangan bayi, salah satunya pada motorik kasar anak. Menurut Adolph motorik kasar merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot besar seperti berguling, duduk, merangkak, berjalan dan berlari (Santrock, 2007). Dalam hal ini, adanya pemberian stimulasi motorik yang diberikan (merupakan rangsangan dari luar yang ada dilingkungan bayi) untuk memberikan

bantuan suatu informasi yang baru berupa gerakan atau posisi berjalan, kemudian merangsang sensoris dari sendi sendi di tubuh yang artinya telah disampaikan pesan untuk diterima lalu dipersepsi oleh otak dan stimulasi berupa latihan yang dilakukan secara berulang sebagai suatu proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu kemampuan dan kebiasaan serta maturitas motorik yang diperlukan untuk berjalan telah matang. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan bayi. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik bayi. Stimulasi motorik kasar merupakan stimulasi yang diberikan kepada bayi (dari orang tua) untuk latihan kemampuan berjalan bayi, yaitu stimulasi berjalan dengan bantuan, stimulasi bermain bola, stimulasi membungkuk, stimulai berjalan sendiri dan stimulasi naik tangga (Sulistyawati, 2014). Menuurut Sakarnadi pada tahun 2014, terdapat tahapan kemampuan berjalan pada bayi, yaitu merambat (dimana bayi akan memegang perabot rumah dan mengangkat badannya hingga berdiri. Kemudian beberapa saat bayi akan mencoba untuk beberapa langkah menggeserkan badannya), ditatih (tahapan bayi selanjutnya memasuki masa diaman bayi mulai memiliki kaki yang kuat untuk menahan berat badannya, sehingga bayi mampu berdiri dan mengayunkan langkah kakinya denga bantuan dipegang), berdiri tanpa bantuan (tahapan ini merupakan bagian terpenting dari berjalan. Jika bayi sudah bisa berdiri tanpa bantuan, berarti dia sudah memiliki keseimbangan yang bisa menjadi bekalnya

untuk berjalan), berdiri (Tahapan bayi berjalan memasuki masa matang dimana langkah kaki bayi mulai mantap dan bahkan menjadi ahli dalam berjalan. Pada masa itu, bayi mulai menunjukkan tanda ingin berjalan sendiri tanpa perlu bantuan dari ibu). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitik. Penelitian ini bertempat di Posyandu Flamboyan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2015. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dengan 5 bayi sebagai kelompok perlakuan dan 5 bayi sebagai kelompok kontrol. Variabel bebas pada penelitian ini adalah stimulasi motorik kasar sedangkan variabel terikat adalah kemampuan berjalan pada bayi usia 36-39 minggu. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode dengan pre and post test with control group design. Responden terbagi menjadi 2 kelompok dengan 5 responden di kelompok perlakuan dan 5 responden di kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu, dengan rata rata usia bayi mulai dari 36 minggu. Pengambilan data pertama adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu orang tua responden mengisi informed concern. Peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan, dengan diberikan stimulasi motorik kasar dan massage baby,

serta kelompok kontrol yang hanya diberikan massage baby saja dan pada perlakuan ke 12 dilakukan pengukuran akhir (post test). Pada kelompok perlakuan sebelum diberikan latihan, orang tua responden akan diberikan tes kemampuan pemberian stimulasi motorik kasar. Setelah dinyatakan lulus dapat melakukan stimulasi dengan tepat, maka orang tua responden dapat memberikan latihan tersebut. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, panjang badan dan berat badan. No Variabel Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol (Usia) Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase 1. 36-37 minggu 5 100% 4 80% 2. 38-39 minggu 0 0% 1 20% No Variabel Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol (Jenis Kelamin) Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase 1. Laki laki 3 60% 4 80% 2. Perempuan 2 40% 1 20% No Variabel Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol (Panjang Badan) Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase 1. 60 65 cm 1 20% 3 60% 2. 66 71 cm 4 80% 2 40% 3. 72 77 cm 0 0% 0 0% No Variabel Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol (Berat Badan) Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase 1. 7,5 9 Kg 3 60% 1 20% 2. 9,1 10,6 Kg 2 40% 4 80% a. Usia Berdasarkan Tabel 4.1 tentang distribusi responden berdasarkan usia, menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dari usia 36 39 minggu responden dengan usia minimum terdapat 3 orang (60%) dengan jumlah terbanyak yaitu usia

36 minggu, dan usia maksimum terdapat 2 orang (40%) dengan jumlah paling sedikit yaitu usia 37 minggu. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan usia minimum terdapat 2 orang (40%) dengan jumlah terbanyak yaitu usia 36 minggu, dan usia maksimum terdapat 1 (20%) dengan jumlah paling sedikit yaitu usia 38 minggu. b. Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 4.1 tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan jumlah responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 3 orang (60%) dan kelompok kontrol berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (80%). Sedangkan kelompok perlakuan jumlah responden berjenis kelamin perempuan yaitu 2 orang (40%) dan kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan yaitu 1 orang (20%). Ini menunjukkan bahwa jumlah responden laki laki lebih banyak dari pada jumlah responden perempuan baik dikelompok perlakuan maupun di kelompok kontrol. c. Panjang Badan dan Berat Badan Berdasarkan Tabel 4.1 tentang distribusi responden berdasarkan panjang badan, menunjukan bahwa pada seluruh jumlah responden rata rata (mean) dari panjang badan yaitu 68,00 cm. Pada tabel responden yang menjelaskan tentang berat badan menunjukan bahwa rata rata (mean) dari jumlah berat keseluruhan responden yaitu 9,08 kg.

Usia Bayi (Perminggu) Merambat Merambat Merambat Merambat Merambat Dititah Dititah Merambat Merambat Merambat Hasil Kemampuan Berjalan Bayi Usia 36 39 Minggu Berikut adalah grafik hasil atau post test responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tertera pada Grafik 4.2. 43 42 41 40 39 Pre Test 38 Post Test 37 36 35 Bayi A Bayi B Bayi C Bayi D Bayi E Bayi an. V Bayi an. W Bayi an. X Bayi an. Y Bayi An. Z Grafik 4.2 Grafik pre test dan post test responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Berdasarkan hasil Grafik 4.2 yang ditunjukkan diatas, pada hasil pre test dan post test baik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol jumlah responden yang memiliki tahapan perkembangan berjalan pada nilai 4 (Berjalan) berjumlah 1 orang, pada nilai 3 (Berdiri tanpa bantuan) berjumlah 3 orang, pada nilai 2 (Dititiah) berjumlah 5 orang dan pada nilai 1 (Merambat) berjumlah 1 orang. 1. Nilai 4 (Berjalan) Pada hasil penelitian ini, terdapat 1 responden yang memiliki tahapan berjalan pada nilai 4 (berjalan). Berjalan merupakan tahapan bayi yang

memasuki masa matang dimana langkah kaki bayi mulai mantap dan sempurna sehingga bayi semakin mandiri dan percaya diri dengan kemampuan barunya. Tahapan ini sudah memerlukan gerankan yang kompleks pada saat melakukannya, namun responden belum mampu berjalan dengan baik dan benar. Diperlukan kekuatan otot yang sudah kuat dan kontrol keseimbangan yang sudah lebih baik. Pada umumnya Bayi mulai belajar berjalan di atas usia 36-39 minggu. Ada yang sudah berjalan sebelum usia 12 bulan, ada pula yang baru berjalan pada usia 15 18 bulan. 2. Nilai 3 (Berdiri Tanpa Bantuan) Dari grafik 4.2 yang ditunjukkan diatas, terdapat 3 responden yang berada pada tahapan ini. Dengan jumlah 2 orang dari kelompok perlakuan dan 1 orang dari kelompok kontrol. Berdiri tanpa bantuan adalah tahapan berjalan dimana keseimbangan bayi untuk memasuki fase berjalan pada fase ini sangat baik. Tungkai, punggung dan lengan mampu untuk menjaga postur dan melebarkan kakinya seperti posisi kuda-kuda dengan kedua tangan mengarah kedepan saat berdiri mandiri. Umumya usia bayi yang berada di tahapan ini adalah usia 40 44 minggu. Pada tahapan ini keadaan seluruh kekuatan otot dan kontrol keseimbangan sudah semakin baik, seiring dengan bertambahnya usia. 3. Nilai 2 (Dititah) Jumlah responden yang memiliki nilai post test 2 berjumlah 5 orang. Dengan jumlah 2 orang dari kelompok perlakuan dan 3 orang dari kelompok kontrol. Dititah merupakan tahapan berjalan bayi dimana bayi belum mampu menapak kaki dengan sempurna dan belum mampu menjaga keseimbangan

dengan baik saat ingin melangkah. Pada umumnya usia bayi pada tahapan ini adalah usia 36 minggu. 4. Nilai 1 (Merambat) Jumlah responden yang memiliki nilai post test 1 terdapat 1 orang dari kelompok kontrol. Merambat merupakan tahapan kemampuan berjalan bayi dengan kemampuan menarik badan hingga posisi berdiri dengan bantuan perabotan, kemudian saat memindahkan badan dari posisi bediri bayi hanya mampu berjalan kesamping dan bayi belum mampu berdiri tegap, kaki masih terlihat sedikit menekuk serta posisi jari-jari kaki masih menekuk. Umumnya usia bayi pada tahapan merambat yaitu usia 32 minggu. Dari beberapa teori dan data-data yang telah di paparkan, maka dapat dijelaskan bahwa semakin banyak stimulasi yang dilakukan orang tua responden di rumah, ditambah massage baby yang dilakukan secara rutin serta stimulasi motorik kasar untuk stimulasi berjalan yang ditujukan untuk persiapan dan penguatan otot otot tubuh responden, maka semakin cepat perkembangan kemampuan berjalan bayi sesuai dengan kemampuan perkembangan usianya. Dengan kurangnya stimulasi yang dilakukan orang tua responden di rumah, walaupun hanya dengan massage baby saja setiap 1 minggu sekali tanpa stimulasi, maka perkembangan kemampuan merangkak bayi akan lebih lambat dari pada yang diberikan tambahan stimulasi tumbuh kembang setelah massage baby.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Ada pengaruh stimulasi motorik kasar terhadap kemampuan berjalan pada bayi usia 36-39 minggu. b. Pada usia 36-39 minggu tahapan merangkak bayi berada di tahapan 2 (ditatih). c. Semakin sering stimulasi yang dilakukan orang tua bayi, ditambah massage baby serta stimulasi tumbuh kembang yang rutin, maka akan semakin cepat dan optimal pertumbuhan dan perkembangan motorik dan sensorik bayi yang sesuai dengan usianya. d. Apabila kurangnya stimulasi yang dilakukan orang tua bayi, maka pertumbuhan dan perkembangan kemampuan berjalan bayi akan lambat dan kurang optimal dibandingkan dengan bayi yang di stimulasi secara rutin. Saran a. Bagi Orang Tua Bayi Agar orang tua melakukan stimulasi tumbuh kembang berupa stimulasi motorik kasar setiap hari selama kurang lebih 15 menit sampai bayi usia 48 minggu. b. Bagi Fisioterapis Pada saat melakukan massage baby agar fisioterapis menambahkan stimulasi untuk tumbuh kembang bayi dan untuk usia 36-48 minggu dapat diberikan stimulasi motorik kasar.

c. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini menjadikan evidence based theory untuk stimulasi tumbuh kembang bayi dan pengembangan keilmuan fisioterapi pediatric. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian lebih lanjut mengenai stimulasi tumbuh kembang bayi agar penelitian yang akan datang dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA Governor, M Jodi Rell. 2005. Connecticut s Guidelines for the Development of Infant and Toddler Early Learning. Connecticut Departement of Social Services Harvey, Lisa. 2010. Final report for Ageing Disability and Home Care Department of Human Services. Diakses 2 Februari 2015. www.physiotherapyexercises.com Kholifah, Siti Nur. 2014. Perkembangan Motorik Kasar Bayi Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan kemayoran Surabaya. Jurnal Sumber Daya Manusia Kesehatan Vol.1 No. 1 Mahendra, Agus. 2006. Teori Belajar Motorik. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Terbuka. Diakses tanggal 20 Mei 2015 http://file.upi.edu/direktori/fpok/jur._pend._olahraga/1963082 41989031-AGUS_MAHENDRA/Kumpulan_makalah_bahan_penataran( Agus_Mahendra)/Teori_Belajar_Motorik.pdf Ma mun, Amung,.dkk. 1999/2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nadiyah. 2014. Perbandingan Status Gizi Balita, Data SUSENAS 2005 Berdasarkan Rujukan Harvard, NCHS, CDC dan Standar WHO. Universitas Esa Unggul. Diakses tanggal 27 juni 2014. http://www.esaunggul.ac.id/article/perbandingan-status-gizi-balita-data-s usenas-2005-berdasarkan-rujuka%20n-harvard-nchs-cdc-dan-standar-wh o/ Sakarnadi, Anni. 2014. Tahapan Perkembangan Bayi Umur 7-14 Bulan. Diakses tanggal 11 Mei 2015. http://duniasehat.com/2014/03/30/tahapan-perkembangan-bayi-umur-7-1 2-bulan/ Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Terjemahan oleh Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti. 2007. Jakarta : Penerbit Erlangga. Saputra, Yudha M dan Mahendra, Agus. 2006. Perkembangan dan belajar motorik. Departemen Pendidikan Nasional Universitas terbuka. Shelov, Steven,.dkk. 2009. Caring for Your Baby and Young Child Birth to Age 5. American Academy of Pediatics and bright Future

Tiar, Asmu. 2010. Peran Motor Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Sepak Bola. Diakses 23 Februari 2015. https://www.academia.edu/6654607/peranan_motor_learning _ALAM_MENINGKATKAN_KETERAMPILAN_MOTORIK_SEPAK BOLA Sulistyawati, Ari. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Salemba Medika. Jakarta Waspada, Edi. 2010. Fisioterapi Pediatri II. Surakarta: UMS Wijayanti, R. 2006. Dampak Penggunaan Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Keluarga dalam Menstimulasi tumbuh Kembang Bayi. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). Volume 1, Nomer 2