POTENSI BEBAN PENCEMAR (PBP) AIR ASAL LIMBAH PETERNAKAN DI KOTA BANJARMASIN. Danang Biyatmoko

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

III. METODE PENELITIAN

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rumah Pemotongan Hewan yang Higienis di Balikpapan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

EVALUASI BOD DAN COD DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUAL2Kw DI SUNGAI PUDU KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

EMISI HEWAN TERNAK ACUAN UNTUK MENGHITUNG POTENSI BEBAN PENCEMARAN LIMBAH HEWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PEDOMAN PENERAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN PADA SUMBER AIR

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PENETAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI BADUNG DI DESA PEMOGAN

DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR SUNGAI BADUNG DI DESA DAUH PURI KOTA DENPASAR DENGAN MODEL QUAL2KW

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 NOMOR 3 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

Aplikasi QUAL2Kw sebagai Alat Bantu Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Kota Madiun)

Pengelolaan Sampah Organik Rumah Pemotongan Hewan, Industri Tahu, Peternakan, dan Pasar di Kecamatan Krian, Kabupaten. Sidoarjo.

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Wilayah Kota Madiun) Menggunakan Program QUAL2Kw

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi

Kajian Penilaian Kualitas Air Sungai Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai (Studi Kasus: Kali Banger Semarang Timur)

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

Kata kunci: Antibiotic Resistance Analysis, Escherichia coli, Microbiological Source Tracking, Pencemaran Fekal, Sungai Cikapundung

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Identifikasi Daya Tampung Beban Pencemaran Air Kali Surabaya Segmen Jembatan Canggu- Tambangan Bambe dengan Pemodelan QUAL2Kw

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

POTENSI KOMODITAS PETERNAKAN DALAM PEMENUHAN KETERSEDIAAN PANGAN ASAL TERNAK DI KOTA TARAKAN

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR SUNGAI KUALA DUA UNTUK KEPERLUAN BAHAN BAKU AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

Makalah Baku Mutu Lingkungan

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENYEDIA

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak (RPH dan TPH), 2014

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

Laporan Triwulanan Pemotongan Ternak (RPH dan TPH), 2015

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)


BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

PEMETAAN SUMBER PENCEMAR SUNGAI LAMAT KABUPATEN MAGELANG

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

Transkripsi:

EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 ISSN 1978-8096 POTENSI BEBAN PENCEMAR (PBP) AIR ASAL LIMBAH PETERNAKAN DI KOTA BANJARMASIN Danang Biyatmoko Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Keywords: Banjarmasin, livestock waste, potential pollutant loads, river Abstract The research aims to identify and inventory the potential pollutant sources and calculate the pollutant load from livestock waste water in the river that passes through the city of Banjarmasin. The study was conducted based on a survey sampling and determination of the observation point in the five districts in the city of Banjarmasin. Determination of pollutant sources is observed Coli total, N total, P total and BOD. The results showed that lead to type activity peternakann Barito waste in the watershed and includes Martapura and slaughtering of livestock farming in both the RPH, RPU, and other cattle abattoir. Estimates of potential pollutant load (PBP) from livestock waste in the city of Banjarmasin include pollutant source in the form of Colli total reached 20.07 x 109/day, N Total 2.62 kg day, P Total 1.26 kg/day and BOD reaching 1018.93 kg/day. Key words: potential pollutant loads, livestock waste, river, Banjarmasin Pendahuluan Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, sehingga harus dijaga kualitasnya. Untuk menjaga kualitas air agar dapat memenuhi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang, perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran air dan pengelolaan kualitas air. Sungai mempunyai peranan yang sangat penting termasuk bagi masyarakat Banjarmasin. Sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitarnya. Berbagai aktivitas dan kegiatan seperti pembuangan limbah industri, rumah tangga, pertanian termasuk limbah peternakan akan menyebabkan menurunnya kualitas air sungai. Penambahan bahan buangan dalam jumlah besar dari bagian hulu hingga hilir sungai yang terjadi terus menerus akan mengakibatkan sungai tidak mampu lagi melakukan pemulihan. Pada akhirnya terjadilah gangguan keseimbangan terhadap konsentrasi faktor kimia, fisika dan biologi dalam sungai. Kota Banjarmasin adalah pusat ibukota dari Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki luas wilayah 72.67 km 2. Seiring berkembangnnya industri dan pertambahan penduduk di Kota Banjarmasin secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak dampak negatif yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup di kota Banjarmasin, yakni terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup, utamanya kualitas air sungai yang mengalir di kota Banjarmasin (BPS Kalimantan Selatan, 2010). Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai perlu dilakukan upaya pengendalian. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai adalah memelihara sungai agar tetap memiliki kemampuan untuk mereduksi dan membersihkan bahan pencemar yang masuk ke dalamnya. Upaya ini diantaranya berupa dikeluarkannya pengaturan jumlah bahan pencemar yang dibuang ke sungai. Pengaturan jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang ke sungai didasarkan atas

24 Danang Biyatmoko/EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 kajian ilmiah tentang daya tampung beban pencemaran pada sungai dimaksud. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan pencemar yang dibuang ke sungai tidak melampaui kemampuan air sungai untuk membersihkan sendiri. Kemampuan air untuk membersihkan diri secara alamiah dari berbagai kontaminan dan pencemar dikenal sebagai self purification (Anonim, 2001). Pemerintah sangat memperhatikan keberadaan sungai yang memang memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 yang meliputi tentang penetapan daya tampung beban pencemar, inventarisasi sumber pencemar air, penetapan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah, penetapan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau ke sumber air, pemantauan faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air dan pengawasan penataan serta tata laksana pengendalian pencemaran. Untuk menjaga kualitas lingkungan perairan di kota Banjarmasin diperlukan inventarisasi serta identifikasi sumber pencemar di perairan Kota Banjarmasin. Hal ini diperlukan dalam menentukan besaran beban pencemar yang masuk ke perairan sebagai upaya pengontrolan serta pengendalian pencemaran air di kota Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi sumber pencemar air dari limbah peternakan di kota Banjarmasin, dan mengukur potensi beban pencemar (PBP) dari setiap sumber pencemar air asal peternakan yang teridentifikasi pada sungai di kota Banjarmasin. Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Kegiatan pelaksanaan identifikasi dan iventarisasi sumber pencemaran perairan dari kegiatan peternakan ini dilakukan di lima wilayah kecamatan Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Pelaksanaan dimulai dari bulan enam bulan. Lingkup kegiatan meliputi lokasi dimana terdapat kegiatan budidaya ternak maupun tempat pemotongan ternak yang dilakukan di kota Banjarmasin. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode survei melalui pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer melalui pengamatan dan pengukuran di lapangan digunakan untuk validasi data sekunder (data populasi ternak, lokasi budidaya ternak, tempat pemotongan ternak RPU dan RPH). Data primer dilakukan dengan penentuan titik samling pengamatan yang tersebar di lima kecamatan yang ada di Kota Banjarmasin. Sementara data sekunder diperoleh dari dinas pertanian dan perikanan Banjarmasin, data monografi di lima kecamatan Kota Banjarmasin, serta data-data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin. Penentuan Titik Sampling Titik pengambilan sampelnya di tentukan berdasarkan besarnya potensi limbah (cair dan padat) yang dihasilkan dari sumber pencemar aktivitas peternakan yang dibuang atau mengalir di perairan sungai di Kota Banjarmasin. Adapun wilayah titik sampling yang akan dilakukan pengambilan sampel adalah : a) Semua aktivitas peternakan baik ternak besar maupun unggas yang dibudidayakan di lima kecamatan meliputi kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Barat dan

Danang Biyatmoko/EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 25 Banjarmasin Timur yang potensi limbahnya mengalir atau bermuara di Sungai Barito serta Sungai Martapura. b) Semua aktivitas pemotongan ternak baik Rumah Potong Hewan (RPH) maupun Rumah Potong Unggas (RPU) baik yang resmi atau yang tidak resmi (lokasi pasar umum) yang limbahnya dibuang di saluran air yang mengalir atau bermuara di Sungai Barito serta Sungai Martapura yang ada di Kota Banjarmasin Pelaksanaan Penelitian Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penentuan sumber pencemar limbah berasal dari lokasi budidaya peternakan dilakukan pada 2 lokasi sumber pencemar dengan metode survey pada : a. Lokasi Budidaya Peternakan. 2. Tempat Potong Tradisional (ayam, kambing, domba, sapi) 3. Penetapan sumber pencemar limbah peternakan yaitu Coli total, N total, P total dan BOD 4. Penghitungan potensi beban pencemar (PBP) limbah peternakan 5. Penetapan batas toleransi limbah peternakan berdasarkan standar baku menggunakan KepMen Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air. Analisis Data Penghitungan potensi beban pencemar (PBP) air asal limbah peternakan, berdasarkan rumus: PBP = Jumlah ternak x FE x rek Di mana : PBP = Potensi Beban Pencemar FE = Faktor Emisi berdasarkan faktor emisi air limbah domestik. Rek = Rasio ekivalen kota Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif melalui kompilasi dan tabulasi data, dan potensi beban pencemar (PBP) ditentukan berdasarkan perhitungan dengan mengacu kepada faktor emisi (FE) limbah masing-masing ternak (Anonim, 2003). Hasil dan Pembahasan Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilaksanakan di titik-titik sampling di lima kecamatan di Kota Banjarmasin, sumber pencemar perairan dan sungai asal limbah peternakan di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Inventarisasi dan Identifikasi Titik Sampling Sumber Pencemar Air Limbah Peternakan No Kecamatan Sungai yang Dicemari Ternak Sumber Pencemar 1 Banjarmasin Utara S. Barito Budidaya ternak 2 Banjarmasin Barat S. Martapura Budisaya ternak 3 Banjarmasin Timur S. Pekapuran Raya (bermuara di S. Martapura) Rumah Potong Ayam di Pasar Antasari 4 Banjarmasin Selatan S. Simpang Julai (bermuara di S. Martapura) Hasan (Rusun Basirih) sapi, kambing 5 Banjarmasin Tengah Limbah ke S. Antasan Kecil Barat (AKB) (bermuara di S. Martapura) S. Martapura Kampung arab kel. Pasar Lama (tempat pemotongan sapi, kambing) Pasar Bim/ Pasar Lima (tempat potong ayam)

26 Danang Biyatmoko/EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 Estimasi Potensi Beban Cemaran Limbah Peternakan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan hasil survei dan wawancara dengan dinas pertanian Kota Banjarmasin, dilakukan analisis dan pengukuran potensi beban pencemaran peternakan yang ada. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Potensi beban pencemar di Banjarmasin yang dihasilkan dari kegiatan peternakan adalah Colli total mencapai 20.07 x 10 9 /hari, N Total 2.62 kg/hari, P Total 1.26 kg/hari dan BOD mencapai 1,018.93 kg/hari. Limbah peternakan ayam memberikan potensi pencemaran paling besar terhadap parameter Colli Total, P Total dan BOD, sementara limbah peternakan Sapi memberikan kontribusi paling besar terhadap limbah N Total. Dua jenis sumber pencemar paling besar dari limbah peternakan di Banjarmasin adalah sumber pencemar Colli mencapai 20.07 x 10 9 /hari serta BOD mencapai 1,018.93 kg/hari. Bakteri Colli (Escericia colli) merupakan bakteri fecal yang terdapat pada kotoran ternak, sehingga dengan jumlah populasi ternak yang besar maka cukup besar memberikan andil terhadap potensi cemaran colli di lingkungan termasuk buangan limbah kotoran ke sungai sekitar. Distribusi potensi beban pencemaran di Banjarmasin menurut kecamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Potensi Beban Pencemar Peternakan di Kota Banjarmasin Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor) Coli Total (jlh/ ekor/ hari) Faktor Emisi N Total P Total BOD Coli Total (g/hari) (jmlh/ hari) Beban Pencemaran Air dari Peternakan N Total P Total BOD (kg/hari) Sapi 827 3.7E+06 0.933 0.153 292 3.0E +09 0.771591 0.126531 241.484 Kerbau 81 9.2E+06 2.599 0.39 206.71 7.4E+08 0.210519 0.03159 16.744 Domba 119 2.1E+05 0.278 0.115 55.68 2.4E+07 0.033082 0.013685 6.626 Kambing 649 2,0E+06 1.624 0.116 34.1 1.2E+09 1.053976 0.075284 22.131 Ayam 315.846 4.3E+04 0.002 0.003 0.003 13.5E+09 0.631692 0.947538 745.397 Itik 17.243 1.0E+5 0.001 0.005 0.005 1.7E+09 0.017243 0.086215 15.174 Jumlah Total 20.07E+09 2.62 1.26 1,018.93 Tabel 3. Potensi Beban Pencemaran di Kecamatan Kota Banjarmasin Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor) Coli Total (jml/ekor/hari) Kecamatan Banjarmasin Selatan Faktor Emisi N total P Total BOD Coli Total (g/ekor/hari) (jml/hari) Beban Pencemaran Air dari Peternakan N Total P Total BOD (kg/hari) Sapi 729 3.700.000 0,933 0,153 292 2.697.300.000 0,680157 0,111537 212,868 Kerbau 65 9.200.000 2,599 0,39 206,71 598.000.000 0,168935 0,02535 13,436 Domba 16 210.000 0,278 0,115 55,68 3.360.000 0,004448 0,00184 0,891 Kambing 62 2.000.000 1,624 0,116 34,1 124.000.000 0,100688 0,007192 2,114 Ayam 131.455 43.000 0,002 0,003 2,36 5.652.565.000 0,26291 0,394365 310,234 Itik 8.102 100.000 0,001 0,005 0,88 810.200.000 0,008102 0,04051 7,130 Total 140.429 9.885.425.000 1,225 0,581 546,673

Danang Biyatmoko/EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 27 Tabel 3. Lanjutan Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor) Coli Total (jml/ekor/hari) Kecamatan Banjarmasin Timur Faktor Emisi N total P Total BOD Coli Total (g/ekor/hari) (jml/hari) Beban Pencemaran Air dari Peternakan N Total P Total BOD (kg/hari) Kerbau 0 9.200.000 2,599 0,39 206,71 0 0 0 0,000 Domba 19 210.000 0,278 0,115 55,68 3.990.000 0,005282 0,002185 1,058 Kambing 88 2.000.000 1,624 0,116 34,1 176.000.000 0,142912 0,010208 3,001 Ayam 76.825 43.000 0,002 0,003 2,36 3.303.475.000 0,15365 0,230475 181,307 Itik 1.523 100.000 0,001 0,005 0,88 152.300.000 0,001523 0,007615 1,340 Total 78.455 3.635.765.000 0,303 0,250 186,706 Kecamatan Banjarmasin Tengah Kerbau 16 9.200.000 2,599 0,39 206,71 147.200.000 0,041584 0,00624 3,307 Domba 25 210.000 0,278 0,115 55,68 5.250.000 0,00695 0,002875 1,392 Kambing 165 2.000.000 1,624 0,116 34,1 330.000.000 0,26796 0,01914 5,627 Ayam 23.540 43.000 0,002 0,003 2,36 1.012.220.000 0,04708 0,07062 55,554 Itik 0 100.000 0,001 0,005 0,88 0 0 0 0,000 Total 23.746 1.494.670.000 0,364 0,099 65,880 Kecamatan Banjarmasin Barat Kerbau 0 9.200.000 2,599 0,39 206,71 0 0 0 0,000 Domba 14 210.000 0,278 0,115 55,68 2.940.000 0,003892 0,00161 0,780 Kambing 66 2.000.000 1,624 0,116 34,1 132.000.000 0,107184 0,007656 2,251 Ayam 40.250 43.000 0,002 0,003 2,36 1.730.750.000 0,0805 0,12075 94,990 Itik 2.195 100.000 0,001 0,005 0,88 219.500.000 0,002195 0,010975 1,932 Total 42.525 2.085.190.000 0,194 0,141 99,952 Kecamatan Banjarmasin Utara Kerbau 0 9.200.000 2,599 0,39 206,71 0 0 0 0,000 Domba 45 210.000 0,278 0,115 55,68 9.450.000 0,01251 0,005175 2,506 Kambing 268 2.000.000 1,624 0,116 34,1 536.000.000 0,435232 0,031088 9,139 Ayam 43.776 43.000 0,002 0,003 2,36 1.882.368.000 0,087552 0,131328 103,311 Itik 5.423 100.000 0,001 0,005 0,88 542.300.000 0,005423 0,027115 4,772 Total 49512 2.970.118.000 0,541 0,195 119,728 Jumlah 20.071.168.000 2,62 1,26 1.018,939 Sumber : Data dasar populasi dari BPS Banjarmasin (2011) dan Dinas Peternakan (2011) Potensi sumber pencemar peternakan di Kota Banjarmasin hanya terdapat pada lima kecamatan yang ada sebagai lokasi budidaya dan pemotongan ternak. Tetapi yang paling besar potensi pencemarannya terdapat pada tiga kecamatan meliputi kec. Banjarmasin Timur, Banjarmasin Selatan dan Banjarmasin Tengah. Pada ketiga kecamatan tersebut pencemaran yang terjadi dialirkan dan mencemari perairan atau sungai disekitarnya dengan beban pencemar yang bervariasi dari sedang

28 Danang Biyatmoko/EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 sampai cukup besar. Sementara dua kecamatan lainnya hanya kegiatan budi daya yang signifikans memberikan kontribusi terhadap pencemaran perairan sekitarnya. Estimasi besarnya beban pencemar memerlukan data banyaknya ternak yang dipotong baik ayam, kambing maupun sapi di lokasi Tempat Potong Tradisonal yang ada baik di pasar ataupun di tempat potong untuk keperluan lainnya seperti hajatan, akikah dan sebagainya seperti terjadi di kec. Banjarmasin Tengah di wilayah Kampung Arab dimana kurang lebih terdapat tempat penjualan dan pemotongan kambing dan sapi antara lain Mahligai, Pondok Kambing, Al Amroh, Anugerah, Al Aqso dan pemotongan Barkah. Banyak limbah jerohan (rumen isi perut) dan gigi-gigi dan rahang kambing dan sapi di perairan mengindikasikan banyaknya jumlah pemotongan dan beban pencemaran di sungai Antasan Kecil Barat (AKB) yang mengalir di wilyah tersebut. Berdasarkan data pemotongan yang ada dilaporkan jumlah pemotongan harian di kampung arab mencapai ratusan ekor ternak setiap hari baik sapi, dan kambing/domba yang limbahnya dibuang di sungai AKB. Beban pencemaran jauh lebih besar terutama pada saat Hari raya Qurban. Berdasarkan laporan Dinas Pertanian jumlah pemotongan saat hari besar tersebut mencapai 3,000 ekor lebih sapi, 500 ekor kambing/domba dan puluhan kerbau, sehingga meningkatkan beban pencemaran di sungai AKB. Pada Pasar Bim di kecamatan Banjarmasin Tengah juga merupakan sumber pencemar besar pemotongan ayam yang paling besar di Banjarmasin. Ribuan ayam dipotong setiap harinya untuk mencukupi permintaan yang besar masyarakat Banjarmasin terhadap kebutuhan protein hewani. Limbah jeroan dan kotoran/sampah peotongan ayam itu di alirkan langsung ke Sungai Martapura sehingga menimbulkan pencemaran berat setiap harinya. Sementara di Pasar Antasari di kecamatan Banjarmasin Timur juga merupakan tempat pemotongan ayam terbesar kedua setelah di Pasar Bim kecamatan Banjarmasin Tengah. Potensi limbah pemotongan ayam dialirkan langsung ke Sungai Pekapuran Raya sehingga menimbulkan pencemaran berarti di sungai. Ketiadaan sarana pembuangan limbah yang memadai menyebabkan pemotong ayam langsung membuangnya di sungai sekitar tanpa ada proses apapun sehingga sangat merugikan masyarakat pengguna sungai karena tingginya tingkat pencemaran yang terjadi di lokasi tersebut. Pemerintah Kota Banjarmasin saat ini berupaya memindahkan ke dua tempat pemotongan ayam di dua kecamatan yang ada baik Pasar Antasari (Banjarmasin Timur) dan Pasar Bim (Banjarmasin Tengah) ke lokasi pemotongan yang lebih memadai dan tidak menimbulkan pencemaran di daerah Basirih (Banjarmasin Selatan), namun belum belum lengkapnya sarana dan prasarana pendukung di lokasi baru menyebabkan pemindahan tempat pemotongan ayam hingga saat ini belum terlaksana. Kesimpulan 1. Jenis aktivitas peternakann yang menimbulkan limbah di DAS Barito dan Martapura meliputi kegiatan budidaya ternak dan pemotongan ternak baik di RPH, RPU, dan tempat pemotongan ternak lain (tempat hewan untuk akikah, pemotongan di pasar tradisional) 2. Estimasi potensi beban pencemar (PBP) asal limbah peternakan di Kota Banjarmasin meliputi sumber pencemar berupa Colli total mencapai 20.07 x 10 9 /hari, N Total 2.62 kg/hari, P Total 1.26 kg/hari dan BOD mencapai 1,018.93 kg/hari.

Danang Biyatmoko/EnviroScienteae 8 (2012) 23-29 29 Daftar Pustaka Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Bandung. Fokusmedia. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Pada Sumber Air. Kantor Kementerian Lingkungan Hidup RI. Badan Pusat Statistik (BPS) Banjarmasin (2011) Hasil Tabulasi Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau 2011 (PSPK 2011) Kota Banjarmasin. BPS Provinsi Kalimantan Selatan. BPS Kalimantan Selatan (2010) Banjarmasin dalam Angka. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan (2011) Buku Saku Peternakan Kalimantan Selatan. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan.