BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

REPUBLIK PRESIDEN. Menimbang: bahwa untuk Ombudsman. Mengingat: Nomor. Nomor. Republik Indonesia. Indonesia. Lembaran Negara Republik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 133/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. Ombudsman RI. Organisasi dan Tata Kerja. PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

- 1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMISI INFORMASI PUSAT

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 07/M/PER/VII/2006 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

SALINAN. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 7 Tahun 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 113 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI, Mengingat

BUPATI PESISIR SELATAN

PERATURAN KETUA KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

2 2. Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2014 tentang Sekretariat, Sistem dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Tata Kerja, serta Tanggung Jawab dan Penge

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.110,2012

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Nomor : 04/P/M.KOMINFO/5/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 114);

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia dan untuk lebih mengoptimalkan fungsi, tugas, wewenang, dan struktur organisasi di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Ombudsman Republik Indonesia tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

2010, No.603 2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2010 tentang Penghasilan, Uang Kehormatan, Dan Hak-Hak Lain Ketua, Wakil ketua, dan Anggota Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5128); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia; 5. Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Syarat, Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian, serta Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Ombudsman; 6. Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA BAB I KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUGAS Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. 2. Pimpinan Ombudsman adalah Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Ombudsman.

3 2010, No.603 3. Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik Indonesia adalah perangkat pemerintah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Ombudsman Republik Indonesia. 4. Asisten Ombudsman adalah pegawai fungsional dan atau pejabat struktural yang diangkat dan diberhentikan Ketua Ombudsman untuk membantu Ombudsman dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewenangannya. Pasal 2 Ombudsman mempunyai fungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu. Ombudsman mempunyai tugas : Pasal 3 a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; b. melakukan pemeriksaan substansi atas laporan; c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman; d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; e. melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan; f. membangun jaringan kerja; g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang. BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 4 (1) Struktur Organisasi Ombudsman terdiri atas :

2010, No.603 4 a. Ketua, Wakil, dan Anggota Ombudsman; b. Sekretariat Jendral; c. Asisten Ombudsman ; d. Perwakilan Ombudsman; (2) Sekretariat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b telah diatur tersendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. (3) Perwakilan Ombudsman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditentukan tersendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pimpinan Ombudsman terdiri dari : BAB III PIMPINAN OMBUDSMAN Bagian Kesatu Fungsi, Tugas, dan Susunan Organisasi Pasal 5 a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota; dan c. 7 (tujuh) orang anggota. Bagian Kedua Ketua Pasal 6 Selain sebagaimana ditentukakan dalam Pasal 3, Ketua Ombudsman mempunyai tugas : a. memimpin kelembagaan dan organisasi Ombudsman; b. menetapkan kebijakan organisasi; c. mewakili lembaga dalam kegiatan kenegaraan baik di dalam maupun di luar negeri; d. menandatangani dokumen resmi kelembagaan; e. mengadakan komunikasi dan konsultasi dalam membangun hubungan kerja sama dengan lembaga pemerintah atau negara, lembaga swasta, dan masyarakat;

5 2010, No.603 f. menetapkan tindakan administratif terhadap pelanggaran kode etik di lingkungan Ombudsman; dan g. memimpin rapat pleno Ombudsman. Bagian Ketiga Wakil Ketua Pasal 7 Selain sebagaimana ditentutakan dalam Pasal 3, Wakil Ketua Ombudsman mempunyai tugas : a. membantu Ketua Ombudsman untuk memimpin dan mengkoordinasi Ombudsman dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya; b. mengembangkan program dan kelembagaan Ombudsman; dan c. melakukan pengawasan internal, mencakup Kesekjenan serta pelaksanaan fungsi dan tugas pokok Ombudsman. Bagian Keempat Anggota Pasal 8 Selain sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3, masing-masing Anggota Ombudsman mempunyai tugas : a. mewakili Ketua Ombudsman dan Wakil Ketua Ombudsman apabila keduanya berhalangan; b. melakukan koordinasi kegiatan kerja sama antar lembaga; c. melakukan koordinasi kegiatan komunikasi kelembagaan; d. melakukan koordinasi penyusunan laporan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden; e. melakukan koordinasi kegiatan serta pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Kantor Perwakilan Ombudsman; dan f. membantu Ketua dan Wakil Ketua dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 peraturan ini. Pasal 9 Anggota Ombudsman mengkoordinasikan Asisten sesuai bidang tugas masingmasing yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Ombudsman.

2010, No.603 6 (1) Asisten Ombudsman terdiri atas : Bagian Kelima Asisten Ombudsman Pasal 10 a. Asisten Utama Penyelesaian Laporan; b. Asisten Utama Pencegahan; dan c. Asisten Utama Pengawasan. (2) Asisten Utama Penyelesaian Laporan terdiri atas : a. Asisten Madya Konsultasi dan Verifikasi Laporan; b. Asisten Madya Investigasi dan Rekomendasi; c. Asisten Madya Mediasi, Konsiliasi, dan Ajudikasi Khusus; dan d. Asisten Madya Monitoring dan Kepatuhan. (3) Asisten Utama Pencegahan terdiri atas : a. Asisten Madya Pengembangan Pelayanan Publik; dan b. Asisten Madya Pendidikan, Pelatihan, dan Penyadaran Masyarakat. (4) Asisten Utama Pengawasan terdiri atas : a. Asisten Madya Penegakan Integritas dan Pengawasan Pelayanan Ombudsman (Internal); dan b. Asisten Madya Pengawasan Pelayanan Publik (Eksternal). (5) Dalam menjalankan tugasnya Asisten Madya dibantu oleh Asisten Muda dan Asisten Pratama. BAB IV ASISTEN UTAMA PENYELESAIAN LAPORAN Pasal 11 Asisten Utama Penyelesaian Laporan mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab dalam perencanaan dan pelaksanaan penerimaan Laporan yang meliputi konsultasi, verifikasi, investigasi lapangan, klarifikasi, penyusunan konsep rekomendasi, penyiapan mediasi, konsiliasi, ajudikasi khusus, dan melakukan monitoring dan kepatuhan.

7 2010, No.603 Pasal 12 Asisten Utama Penyelesaian Laporan mempunyai tugas : a. merumuskan kebijakan dan penyusunan rencana kegiatan dalam pelaksanaan penerimaan dan penyelesaian laporan; b. menerima dan menyelesaikan laporan; c. koordinasi para Asisten Madya dalam pelaksanaan penerimaan dan penyelesaian laporan; d. mengendalikan pelaksanaan program kegiatan dan sumber daya dalam hal penerimaan dan penyelesaian laporan; e. menyusun dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan, evaluasi dan monitoring, serta saran pertimbangan kepada Pimpinan Ombudsman terkait dengan pelaksanaan penerimaan dan penyelesaian Laporan; dan f. koordinasi dengan Kantor Perwakilan dalam hal penyelesaian laporan. Pasal 13 Asisten Utama Penyelesaian Laporan terdiri atas : a. Asisten Madya Konsultasi dan Verifikasi Laporan; b. Asisten Madya Investigasi dan Rekomendasi; c. Asisten Madya Mediasi, Konsiliasi, dan Ajudikasi Khusus; dan d. Asisten Madya Monitoring dan Kepatuhan. Pasal 14 (1) Asisten Madya Konsultasi dan Verifikasi Laporan mempunyai tugas menerima laporan, membuat kategorisasi laporan, meneliti kelengkapan laporan, menyusun resume, memberi konsultasi serta mendokumentasikan laporan, serta menyusun dan menyampaikan laporan penanganan laporan secara berkala. (2) Asisten Madya Konsultasi dan Verifikasi Laporan terdiri dari : a. Asisten Muda Konsultasi; dan b. Asisten Muda Verifikasi Laporan dan Dokumentasi. Pasal 15 (1) Asisten Madya Investigasi dan Rekomendasi mempunyai tugas melaksanakan klarifikasi, investigasi, pemanggilan, dan mempersiapkan konsep Rekomendasi.

2010, No.603 8 (2) Asisten Madya Investigasi dan Rekomendasi terdiri atas : a. Asisten Muda Investigasi Laporan Pelayanan Polhukam; b. Asisten Muda Investigasi Laporan Pelayanan Kesra; dan c. Asisten Muda Investigasi Laporan Pelayanan Perekonomian. Pasal 16 (1) Asisten Madya Mediasi, Konsiliasi, dan Ajudikasi Khusus mempunyai tugas mempersiapkan kelengkapan materi dan pelaksanaan mediasi, konsiliasi, dan ajudikasi khusus. (2) Asisten Madya Mediasi, Konsiliasi, dan Ajudikasi Khusus terdiri dari : a. Asisten Muda Mediasi dan Konsiliasi; dan b. Asisten Muda Ajudikasi Khusus. Pasal 17 (1) Asisten Madya Monitoring dan Kepatuhan mempunyai tugas melaksanakan monitoring atas pelaksanaan hasil mediasi, konsiliasi, rekomendasi, dan putusan ajudikasi khusus. (2) Asisten Madya Monitoring dan Kepatuhan terdiri dari : a. Asisten Muda Monitoring dan Kepatuhan Pelaksanaan Rekomendasi, Mediasi, dan Konsiliasi; dan b. Asisten Muda Monitoring dan Kepatuhan Ajudikasi Khusus. BAB V ASISTEN UTAMA PENCEGAHAN Pasal 18 Asisten Utama Pencegahan mempunyai fungsi melaksanakan upaya pencegahan atas terjadinya maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik melalui sistem pengawasan berkala, pendidikan kepada pelaksana pelayanan publik dan meningkatkan kesadaran masyarakat atas hak pelayanan publik, mengembangkan pelayanan publik, mempersiapkan usulan perubahan kebijakan pelayanan publik, serta membangun jaringan kerja Ombudsman. Pasal 19 Asisten Utama Pencegahan mempunyai tugas : a. melaksanakan pengawasan terhadap unit pelaksana pelayanan publik;

9 2010, No.603 b. meningkatkan kualitas pelayanan publik; c. meningkatkan kesadaran masyarakat atas hak pelayanan publik; d. melakukan kajian untuk usulan perubahan kebijakan pelayanan publik; dan e. membangun jaringan kerja Ombudsman. Asisten Utama Pencegahan terdiri dari: Pasal 20 a. Asisten Madya Pengembangan Pelayanan Publik; dan b. Asisten Madya Pendidikan, Pelatihan, dan Penyadaran Masyarakat. Pasal 21 (1) Asisten Madya Pengembangan Pelayanan Publik mempunyai tugas memberikan bantuan dan konsultasi serta membangun jaringan kerja dalam rangka mengembangkan kualitas pelayanan publik, serta melakukan kajian dalam rangka usulan perubahan kebijakan pelayanan publik. (2) Asisten Madya Pengembangan Pelayanan Publik terdiri dari: a. Asisten Muda Fasilitasi Pengembangan Pelayanan Publik; dan b. Asisten Muda Perubahan Kebijakan Pelayanan Publik. Pasal 22 (1) Asisten Madya Pendidikan, Pelatihan, dan Penyadaran Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada internal Ombudsman, aparat pelaksana pelayanan publik, dan masyarakat. (2) Asisten Madya Pendidikan, Pelatihan, dan Penyadaran Masyarakat terdiri dari : a. Asisten Muda Pendidikan dan Pelatihan; dan b. Asisten Muda Pengembangan Penyadaran Masyarakat. BAB VI ASISTEN UTAMA PENGAWASAN Pasal 23 Asisten Utama Pengawasan mempunyai fungsi meningkatkan kualitas pelayanan, akuntabilitas, dan integritas Ombudsman Republik Indonesia dalam menyelenggarakan pelayanan publik kepada masyarakat serta mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik oleh penyelenggara pelayanan publik.

2010, No.603 10 Pasal 24 Asisten Utama Pengawasan mempunyai tugas : a. mengkoordinir perumusan sistem pengawasan internal Ombudsman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; b. mengkoordinir perumusan kebijakan pengawasan terhadap penyelenggara pelayanan publik; c. mengkoordinir kegiatan pengawasan internal agar meningkatnya kualitas pelayanan Ombudsman kepada masyarakat; d. mengkoordinir kegiatan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik oleh penyelenggara pelayanan publik (eksternal) sehingga memberikan pengawasan yang berkualitas kepada masyarakat; e. mengendalikan pelaksanaan program kegiatan dan sumber daya dalam hal pengawasan pelayanan publik dan pengawasan internal; f. penyusunan dan penyampaian laporan hasil pelaksanaan pengawasan, evaluasi dan monitoring, serta saran dan pertimbangan kepada Ketua Ombudsman terkait dengan pelaksanaan pengawasan internal dan pengawasan pelayanan publik; dan g. mengembangkan sistem dalam rangka peningkatan kinerja dan pencegahan penyimpangan pada unit-unit kerja Ombudsman. Pasal 25 Asisten Utama Pengawasan terdiri dari: a. Asisten Madya Penegakan Integritas dan Pengawasan Pelayanan Ombudsman (Internal); dan b. Asisten Madya Pengawasan Pelayanan Publik (Eksternal). BAB VII PENEMPATAN DALAM JABATAN Pasal 26 (1) Dalam hal belum tersedianya Asisten Ombudsman yang memiliki syarat dan kompetensi untuk diangkat dalam jabatan pada Asisten Utama atau Asisten Madya, maka Ketua Ombudsman dapat mengangkat Asisten yang berasal dari luar Ombudsman yang telah memenuhi syarat.

11 2010, No.603 (2) Syarat pengangkatan Asisten Ombudsman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Ketua Ombudsman berdasarkan Rapat Anggota Ombudsman Republik Indonesia. (3) Ketua Ombudsman dapat menempatkan Asisten Ombudsman pada Kantor Perwakilan Ombudsman di daerah. (4) Ketua Ombudsman dapat menempatkan Asisten Ombudsman langsung di bawah Ombudsman di luar struktur penyelesaian laporan, pengawasan, dan pencegahan sepanjang masih dalam rangka membantu Ombudsman dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Pasal 27 (1) Asisten Utama berhak memperoleh fasilitas kerja dan perjalanan dinas setara dengan Eselon I. (2) Asisten Madya berhak memperoleh fasilitas kerja dan perjalanan dinas setara dengan Eselon II. (3) Asisten Muda berhak memperoleh fasilitas kerja dan perjalanan dinas setara dengan Eselon III. (4) Asisten Pratama berhak memperoleh fasilitas kerja dan perjalanan dinas setara dengan Eselon IV. BAB VIII TATA KERJA Pasal 28 Setiap pimpinan satuan organisasi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan Ombudsman serta dengan instansi lain di luar Ombudsman sesuai dengan tugas masing-masing. Pasal 29 Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masingmasing dan jika terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 30 Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

2010, No.603 12 Pasal 31 Setiap pimpinan satuan organisasi dan pejabat fungsional wajib melaksanakan dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Pasal 32 Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan. Pasal 33 Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang mempunyai hubungan kerja. Pasal 34 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh pimpinan satuan organisasi bawahannya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 35 (1) Pada saat Peraturan ini berlaku bagi Asisten Ombudsman yang menangani laporan tetap menjalankan tugasnya sampai selesai dan/atau sampai jumlah Asisten untuk Penyelesaian Laporan tercukupi. (2) Pada saat Peraturan ini berlaku bagi Asisten Ombudsman yang masih melaksanakan tugas di lingkungan Sekretariat Jenderal Ombudsman tetap menjalankan tugas sampai ada pegawai Sekretariat Jenderal menggantikan tugasnya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 Peraturan Ombudsman ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

13 2010, No.603 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 2010 KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA ANTONIUS SUJATA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR

2010, No.603 14

15 2010, No.603

2010, No.603 16

17 2010, No.603