BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

dokumen-dokumen yang mirip
III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

copyright by Elok Hikmawati 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

Perselisihan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

KEPMEN NO. 231 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perilaku, pada

CURRICULLUM VITAE. : Lucky Savitri Kusumaningtyas. : Komp. Kemang Pratama I, Jl. Utama II, Blok Bi-11, Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta

KEPMEN NO. 92 TH 2004

BAB I PENDAHULUAN. atau ketentuan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/1994 TENTANG SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) sudah mulai dikenal dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang ini merupakan salah satu dari Undang-undang yang dinyatakan di cabut dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan ini lahir pada saat bangsa kita menganut demokrasi liberal, sehingga semangat Undang-undang juga tidak lepas dari filosofi tersebut. Sesuai dengan semangat itu masing-masing pihak yang membuat perjanjian perburuhan cenderung membela kepentingannya sehingga tidak jarang pihak yang satu melakukan tekanan-tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) di buat untuk mengetahui hak dan kewajiban secara pasti dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ketenangan kerja maka perlu dibuatkan suatu pedoman atau suatu aturan kerja yang disepakati antara Serikat Pekerja/Buruh dengan Perusahaan sebagai aturan dalam pelaksanaan hubungan kerja dan di buat secara tertulis san di daftarkan ke pada instansi yang berwenang. Dengan

demikian suatu perjanjian atau kesepakatan antara Serikat Pekerja/Buruh dengan Pengusaha tersebut mempunyai suatu kekuatan hukum yang pasti apabila di buat secara tidak melanggar syarat sahnya perjanjian. Sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja/buruh atau penyeimbang kepentingan antara pekerja/buruh dengan pengusaha, maka di Negara Indonesia telah membuat aturan-aturan yang jelas dengan di bentuknya Undang-undang ketenagakerjaan. Adapun secara garis besar ada tiga Undang-undang yang sekarang menjadi pedoman bagi para pekerja/buruh dan pengusaha, yaitu : Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perseslisihan Hubungan Industrial, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 Angka 21 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Dari pasal diatas diketahui bahwa dalam hubungan kerja terdapat aturan yang bersifat otonom yaitu pekerja dan pengusaha berhak mengatur syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak yang dicantumkan dalam sebuah 2

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) sebagai implementasi Undang-undang Ketenagakerjaan yang bersifat Heteronom yaitu aturan yang di buat oleh Pemerintah yang dalam hal ini sebagai perlindungan terhadap hubungan ketenagakerjaan. Adapun dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) tersebut syaratnya adalah tidak boleh rendah dari ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Hal yang mendasari diadakannya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) ini dikarenakan latar belakang sosial ekonomi bahwa posisi pengusaha lebih kuat bila dibandingkan posisi pekerja atau buruh. Oleh karena itu hukum ketenagakerjaan/perburuhan lebih memberi perlindungan kepada pekerja/buruh dengan maksud adanya keseimbangan antara pengusaha dengan pekerja/buruh sehingga posisinya sama sebagai mitra dan subyek dalam membuat perjanjian. Namun, dalam kenyataan pelaksanaannya masih banyak terdapat adanya Perjanjian Kerja Bersama/PKB atau Kesepakatan Kerja Bersama/KKB tersebut yang kualitas dan/atau kuantitasnya lebih rendah dari Undang-undang, juga didapat adanya isi dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang telah disepakati oleh Serikat Pekerja/Buruh dengan pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang harusnya menjadi suatu Undangundang bagi kedua belah pihak kenyataanaya dengan berbagai alasan dan keadaan 3

pelaksanaan isu dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak. Dalam kasus yang diangkat penulis adalah PT X sebagaimana selanjutnya di putus oleh Pengadilan Hubungan Industrial Serang dalam putusan nomor 061/G/2008/PHI.Srg. Dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah disepakati untuk diperpanjang oleh kedua belah pihak, dan diketahui besaran Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar 241% (dua ratus empat puluh satu persen), namun ternyata perusahaan tidak menepati hasil Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tersebut. Dari kasus tersebut diatas penulis dalam penelitian ini mengangkat mengenai isi dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama yang telah habis masa berlakunya kemudian diperpanjang oleh kedua belah pihak dengan kesepakatan pihak yang isinya mengatur besaran Tunjangan Hari Raya (THR) di PT X tentang pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar 241% (dua ratus empat puluh satu persen), akan tetapi kenyataannya perusahaan hanya membayar 1 (satu) bulan upah atau sesuai dengan Per- 04/MEN/1994 yang telah di putus oleh Pengadilan Penyelesaian Hubungan Industrial (PPHI) Serang dengan putusan nomor 061/G/2008/PHI.Srg. Oleh karenanya penulis akan menggambarkan bagaimana aturan terhadap Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak. 4

B. Pokok Permasalahan Pokok-pokok masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah aturan terhadap penyimpangan isi dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB/KKB) yang dilakukan oleh salah satu pihak dan sanksi yang mengatur bagi pihak yang tidak melaksanakan isi dari kesepakatan tersebut. 2. Bagaimanakah proses penyelesaian sengketa terhadap penyimpangan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) pada PT X terkait kasus pemberian Tujangan Hari Raya (THR). C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk membantu memahami apabila terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu pihak megenai isi dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB/KKB) dan sanksi apa yang mengatur bagi kedua belah pihak tersebut. 2. Untuk membantu kepada para pembaca tentang proses penyelesaian sengketa terhadap penyimpangan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) pada PT X terkait kasus pemberian Tujangan Hari Raya (THR). 5

D. Definisi Operasional Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: 1. Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat (1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. 2.. Pekerja Pasal 1 ayat (3) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan yang berbentuk lain. 3.. Pengusaha Pasal 1 ayat (5) Pengusaha adalah : a. orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri ; b. orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya ; c. orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana yang di maksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 4. Hubungan kerja Pasal 1 ayat (15) 6

Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. 5. Hubungan Industrial Pasal 1 ayat (16) Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam psoses produksi barang dan/atau jasa, yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan Pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6. Serikat pekerja Pasal 1 ayat (17) Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. 7. Perjanjian kerja Pasal 1 ayat (14) Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 7

8. Perjanjian Kerja Bersama Pasal 1 ayat (21) Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada insatansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. 9. Perselisihan Hubungan Industrial Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 1 ayat (1) Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. 10. Perselisihan hak Pasal 1 ayat (2) Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan 8

peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. 11. Perundingan Bipartit Pasal 1 ayat (10) Perundingan Bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan hubungan industrial. 12. Mediasi Hubungan Industrial Pasal 1 ayat (11) Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melelui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. E. Manfaat Penelitian Adapun dari penelitian ini maka diharapkan dapat memiliki manfaatmanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Bahwa penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat yaitu untuk melengkapi materi-materi dalam mata kuliah Hukum Perburuhan (ketenagakerjaan). 2. Manfaat Praktis 9

Sebagai manfaat praktis adalah diharapkan dengan penelitian ini maka dapat dijadikan bahan pertimbangan para praktisi dan pengamat hukum ketenagakerjaan mengenai perselisihan hak antara kedua belah pihak dalam perjanjian kerja bersama di hubungan industrial. F. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian normatif yaitu penelitian dengan melihat studi kepustakaan atau dokumen, seperti Undangundang, buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan, yaitu mengenai Hukum Perjanjian dan Hukum Ketenagakerjaan serta Penyelesaian Hubungan Industrial. 2. Sifat Penelitian Sedangkan untuk sifat penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan yang sifatnya deskriptif analisis, artinya penelitian yang menggambarkan tentang suatu keadaan hukum, asas-asas hukum tentang perjanjian atau kesepakatan dan menganalisis bahan pustaka dari data sekunder berkaitan dengan aturan hukum tentang Perjanjian Kerja Bersama ( PKB ) atau Kesepakatan Kerja Bersama ( KKB ). 10

3. Jenis Data Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder yang berarti data-data tersebut diperoleh dari bahan pustaka atau literatur yang terdiri dari bahan hukum primer dan skunder. Adapun data tersebut terdiri dari bahan-bahan sebagai berikut: a) Bahan Hukum Primer: yaitu bahan hukum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan: 1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. 2) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Bahan Hukum Sekunder: yaitu bahan hukum yang merupakan literatur-literatur yang berkaitan dengan skripsi ini: 1) Buku 2) Karya Ilmiah. 3) Artikel 4 Analisis Data Sedangkan analisis data yang akan penulis gunakan adalah dengan kualitatif untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah yaitu dengan melakukan analisis terhadap asas-asas hukum yang berlaku 11

serta peraturan perundang-undangan yang mengatur Perjanjian / kesepakatan kerja bersama. G. Sistematika Penulisan Rencana penulisan ini disusun dalam lima bab sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan berisi Latar belakang atau dasar pemikiran pentingnya penelitian dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, dan metodologi penelitian. BAB II. PERJANJIAN KERJA BERSAMA yaitu berisi tentang Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Bab III. KASUS POSISI DAN FAKTA PERSIDANGAN GUGATAN No.061/G/2008/PHI.Srg Yaitu berisi tentang kasus posisi atau duduk perkara permasalahan, serta fakta- fakta yang ada pada putusan Nomor 061/G/2008/PHI.Srg. BAB IV. ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN No. 061/G/2008/PHI.Srg 1. Analisa terhadap penyimpangan isi dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB / KKB) dan apakah pengaturan sanksi bagi pihak yang tidak melaksanakan isi dari kesepakatan tersebut. 12

2. Analisa terhadap proses penyelesaian sengketa terhadap penyimpangan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) pada PT X terkait kasus pemberian Tujangan Hari Raya (THR). BAB V. PENUTUP Bab lima tentang Penutup yang berisi : kesimpulan hasil penelitian dan saran terkait aturan dan penerapan Perjanjian Kerja Bersama ( PKB ) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB. 13