KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL GEDUNG BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA 1 DENGAN SISTEM ELASTIK DAN DAKTAIL PENUH

dokumen-dokumen yang mirip
Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh: AGUNG PRABOWO NIM : D

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

KAJIAN PORTAL BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG 3 DAN 4 LANTAI DI WILAYAH GEMPA I

KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL BETON BERTULANG DENGAN SISTEM DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA TIGA. Naskah Publikasi

T I N J A U A N P U S T A K A

6 Pengaruh Penambahan Satu Lantai Tingkat terhadap Keamanan Portal Gedung Beton Bertulang Tiga Lantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

KONTROL ULANG PERENCANAAN PORTAL AS-7 GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL BETON BERTULANG DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

STUDY OF TWO AND THREE FLOOR PORTAL BUILDING MADE OF REINFORCED CONCRETE MATERIAL KAJIAN PORTAL GEDUNG DUA DAN TIGA LANTAI

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 5 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI ( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SUKOHARJO

KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL BETON BERTULANG DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 2. Naskah Publikasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan

EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :


PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERENCANAAN RUSUNAWA EMPAT LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

PERENCANAAN GEDUNG SMA EMPAT LANTAI DENGAN SISTEM PERENCANAAN DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG

DETEKSI DINI POLA KERUNTUHAN STRUKTUR PORTAL GEDUNG H UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA AKIBAT GEMPA. Tugas Akhir

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

KAJIAN PORTAL BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG 3 DAN 4 LANTAI DI WILAYAH GEMPA I. Tugas Akhir

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

PENGARUH VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM TERHADAP PERILAKU ELEMEN STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life.

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SEKOLAH DASAR IT AN NAWI KOTA METRO MENGACU PADA STANDAR NASIONAL INDONESIA

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG HOTEL DAN MALL DI WILAYAH GEMPA 3

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

PERENCANAAN GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KANKER EMPAT LANTAI (+ 1 BASEMENT) DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG UNTUK PERKANTORAN 8 LANTAI (+2 BASEMENT) DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PENUH

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

Transkripsi:

KEBUTUHAN MATERAL PADA PERENCANAAN PORTAL GEDUNG BETON BERTULANG D WLAYAH GEMPA 1 DENGAN SSTEM ELASTK DAN DAKTAL PENUH Ali Asroni Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417 Email : ali.asroni@yahoo.co.id Abstrak Tujuan penelitian ini untuk memperoleh perbandingan antara hasil perencanaan portal beton bertulang yang direncanakan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh dalam hal kebutuhan volume beton dan berat tulangan. Pada penelitian ini direncanakan struktur portal tiga lantai untuk gedung perkantoran yang terletak di wilayah gempa satu dengan dua sistem perencanaan. Perencanaan pertama menggunakan sistem elastik penuh, dan perencanaan kedua menggunakan sistem daktail penuh. Kombinasi beban (beban mati, beban hidup, dan beban gempa) diberikan pada portal-portal untuk diteliti. Kombinasi beban tersebut mengikuti peraturan beton di ndonesia (Tatacara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SN 03-2847-2). Dimensi portal (balok, kolom, sloof, dan fondasi) serta penulangannya direncanakan dengan baik/cukup untuk mendukung beban-beban yang bekerja. Berdasarkan dimensi dan penulangan portal yang diperoleh, maka dapat dibandingkan jumlah volume beton dan berat tulangan yang dibutuhkan pada kedua sistem perencanaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume beton yang diperlukan untuk pembuatan portal (pembuatan balok, kolom, sloof, dan fondasi) pada perencanaan dengan sistem elastik penuh lebih boros daripada perencanaan dengan sistem daktail penuh, dengan kelipatan 1,280 kali, sedangkan berat tulangan yang diperlukan pada perencanaan dengan sistem elastik penuh sedikit lebih hemat daripada perencanaan dengan sistem daktail penuh, dengan kelipatan 0,996 kali. Kata kunci : berat tulangan; daktail penuh; elastik; portal; volume beton PENDAHULUAN Bangunan gedung tiga atau empat lantai dengan struktur beton bertulang, saat ini banyak diminati oleh masyarakat di kota-kota yang tidak terlalu besar (Surakarta, Klaten, dan kota-kota di luar Pulau Jawa), baik untuk gedung hunian, sekolah, maupun kantor. Keadaan ini dapat dimaklumi, karena biaya pemba-ngunan gedung tiga atau empat lantai masih relatif murah (terjangkau oleh ma-syarakat), dan belum diperlukan lift. Perencanaan gedung tahan gempa di ndonesia dilaksanakan dengan 3 sistem, yaitu: sistem elastik penuh, daktail parsial, dan daktail penuh. Pada perencanaan dengan sistem elastik penuh, struktur beton sepenuhnya berperilaku elastis dengan beban gempa nominal dihitung berdasarkan faktor reduksi gempa (R) = 1,6. Sistem ini umumnya sesuai dengan gedung yang dibangun di wilayah yang beresiko gempa kecil (wilayah gempa 1 atau 2). Pada perencanaan dengan sistem daktail parsial, struktur beton berada pada kondisi liat terbatas dengan faktor R = 2,4 sampai dengan 8,0. Sistem ini umumnya sesuai dengan gedung yang beresiko gempa menengah (wilayah gempa 3 atau 4). Adapun pada perencanaan dengan sistem daktail penuh, struktur beton berada pada kondisi betul-betul liat dengan faktor R = 8,5. Sistem ini umumnya sesuai dengan gedung yang ber-resiko gempa tinggi (wilayah gempa 5 atau 6). Faktor reduksi gempa R akan berpengaruh pada besar-kecil beban gempa yang bekerja membebani portal, sehingga berakibat pada besar-kecil dimensi portal gedung yang direncanakan, baik dimensi balok, kolom, maupun fondasi. Mengingat struktur portal gedung dengan tiga atau empat lantai tersebut banyak diminati oleh masyarakat, dan perencanaan gedung dapat dipilih salah satu dari tiga sistem perencanaan, maka perlu diteliti tentang kebutuhan material (beton dan baja tulangan) pada portal gedung yang direncanakan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil contoh portal gedung yang cukup sederhana, yaitu gedung kantor tiga lantai dengan resiko gempa kecil, atau gedung yang dibangun di wilayah gempa 1. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai perbandingan hasil peren-canaan portal beton bertulang yang direncanakan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh pada gedung perkantoran tiga lantai di wilayah gempa 1. Perbandingan ditinjau dari segi kebutuhan volume beton dan berat tulangan yang dipakai. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian kelayakan pada perencanaan portal dengan sistem elastik penuh dan daktail TS-23

penuh di wi-layah gempa 1, dan/atau dapat digunakan sebagai gambaran tentang seberapa besar perbandingan hasil kebutuhan material (beton dan baja tulangan) dari kedua sistem perencanaan yang ditinjau. Jika pada portal 3 lantai bekerja beban horisontal, portal akan memberikan respons berupa deformasi sehingga bentuk portal menjadi miring/condong yang arahnya sesuai dengan arah beban yang bekerja. Jika beban bekerja dengan arah bolak-balik (bergantian ke kanan dan ke kiri), portal juga bergantian miring ke kanan dan ke kiri. Akibat dari beban bolak-balik ini, pada joint terjadi saling adu kekuatan antara balok dan kolom dari portal sehingga dapat terjadi salah satu dari dua kemungkinan, yaitu: balok kuat kolom lemah atau kolom kuat balok lemah. Untuk kemungkinan pertama (balok kuat kolom lemah), akan terjadi retak (terjadi leleh lentur dan terbentuk sendi plastis) pada kolom lebih dahulu sebelum balok. Keadaan paling berbahaya apabila terjadi 6 buah retak pada ujung-ujung kolom lantai paling bawah seperti ditunjukkan pada Gambar 1, karena portal akan runtuh. Untuk kemungkinan kedua (kolom kuat balok lemah), akan terjadi retak (terbentuk sendi plastis) pada balok lebih dahulu sebelum kolom. Keadaan paling berbahaya apabila terjadi 15 buah retak pada semua ujung-ujung balok seperti ditunjukkan pada Gambar 2, karena portal akan runtuh. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 9 10 11 12 4 5 6 13 14 15 Gambar 1. Balok kuat kolom lemah, runtuh dengan 6 sendi plastis Gambar 2. Balok kuat kolom lemah, runtuh dengan 15 sendi plasris Portal pada Gambar 1 ini dikatakan sebagai portal yang mudah runtuh atau bersifat getas (elastik) karena runtuh dengan sedikit (6 buah) sendi plastis, sedangkan portal pada Gambar 2 tidak mudah runtuh atau bersifat liat (daktail) karena runtuh dengan banyak (15 buah) sendi plastis. Menurut Pasal 4.3.1 SPKGUSBG-2, keliatan suatu struktur (portal) dinyatakan dengan faktor daktilitas (µ) yang merupakan rasio antara simpangan maksimal struktur pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan (δ m ) dan simpangan struktur tersebut pada saat terjadi leleh awal (δ y ). Besar simpangan (δ) yang timbul bergantung pada besar beban horisontal (V) yang bekerja pada struktur, seperti dilukiskan pada Gambar 3. V V y elastik daktail δ y δ m δ Lihat Gambar 3: Untuk portal bersifat elastik, pada saat terca-pai simpangan maksimal sebesar δ m, maka portal akan runtuh. Keadaan ini berarti simpangan leleh awal δ y dan simpangan maksi-mal δ m terjadi pada saat sama (δ y = δ m ). Jadi, faktor daktilitas µ = δ m / δ y = 1. Untuk portal yang bersifat daktail, pada saat terjadi simpangan leleh awal δ y portal belum runtuh, dan pada saat tercapai simpangan maksimal δ m portal akan runtuh (δ y < δ m ). Jadi, faktor daktilitas µ = δ m / δ y > 1. Gambar 3. Hubungan antara V dan δ Gempa yang melanda suatu bangunan gedung berupa beban horisontal de-ngan arah bolak-balik, yang menggoncang bagian dasar struktur gedung. Menurut Pasal 6.1.2 SPKGUSBG-2, beban gempa nominal yang melanda suatu gedung sederhana dengan bentuk simetris dapat ditentukan berdasarkan analisis statik ekuivalen dengan persamaan : V = (C./R).W t...(1) dengan: V = beban geser dasar nominal akibat gempa, kn. C = faktor respons gempa. = faktor keutamaan sesuai fungsi gedung. R = faktor reduksi gempa. W t = berat total bangunan gedung, kn. TS-24

Faktor reduksi gempa (R) ini bergantung pada taraf kinerja struktur gedung atau sistem perencanaan portal gedung yang akan dipakai. Menurut SPKGUSBG-2, portal gedung yang direncanakan dengan sistem elastik penuh diambil nilai R = 1,6; sedangkan sistem daktail penuh diambil nilai R = 8,5. Pada perencanaan dengan sistem elastik penuh, beban gempa yang diambil sangat besar (lihat Persamaan (1) dengan R = 1,6), sehingga penulangan dan dimensi portal yang dipakai juga harus besar. Di samping itu, penulangan dan dimensi portal hanya diperhitungkan terhadap beban perlu (yaitu beban maksimal dari kombinasi antara beban mati, beban hidup, dan beban gempa) yang bekerja pada portal. Dengan demikian, perencanaan ini tidak dapat menjamin bahwa kolom lebih kuat daripada balok atau portal bersifat elastis dan mudah roboh. Pada perencanaan dengan sistem daktail penuh, beban gempa yang diambil cukup kecil (lihat Persamaan (1) dengan R = 8,5). Namun demikian jika terjadi gempa yang besar, portal harus dapat menjamin bahwa kolom lebih kuat daripada balok atau portal bersifat daktail dan tidak mudah roboh. Sistem perencanaan portal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut: 1). Dimensi dan penulangan semua balok direncanakan / dihitung lebih dahulu berdasarkan beban perlu yang bekerja pada balok sampai selesai. 2). Dimensi dan penulangan kolom, selain direncanakan berdasarkan beban perlu yang bekerja pada kolom, juga harus mempertimbangkan terjadinya sendi plastis (momen kapasitas) pada semua ujung balok. 3). Joint (pertemuan balok dan kolom) harus diberi tulangan geser horisontal dan vertikal agar lebih kuat daripada balok maupun kolom di sekitarnya. METODE PENELTAN Sebagai bahan (materi) penelitian, yaitu Portal B (lihat Gambar 4) dari gedung dengan ketentuan berikut: 1). Gedung berfungsi sebagai gedung kantor, dibangun di wilayah gempa 1, dan direncanakan dengan sistem elastik penuh serta daktail penuh. 2). Dipakai mutu beton f c = 20 MPa, baja tulangan f y = MPa. 3). Dipakai fondasi telapak menerus, berat tanah di atas fondasi γ t = 17,3 kn/m 3, daya dukung tanah pada kedalaman -1,60 m ( σ t ) = 175 kpa. 4). Atap digunakan pelat lantai beton bertulang dengan tebal 90 mm. 5). Sekat-sekat antar ruangan digunakan dinding dengan berat 18 kn/m 3. 6). Dimensi portal (awal): balok /500, kolom 450/450. Dimensi portal ini dapat berubah berdasarkan kecukupan dimensi terhadap beban-beban yang bekerja, dan tidak terlalu boros. A B C D 6,0 m 4,0 m 6,0 m 3,5 m 3,5 m 4,0 m 6,0 m 4,0 m 6,0 m 6,0 m 4,0 m 6,0 m (a). Denah bangunan (b). Bentuk portal Gambar 4. Denah bangunan dan bentuk portal Penelitian dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut: 1). Tahap : Penentuan dimensi portal (pada 2 sistem perencanaan). 2). Tahap : Perencanaan portal (dengan 2 sistem perencanaan). 3). Tahap : Perhitungan kebutuhan material (pada 2 sistem perencanaan). 4). Tahap V : Analisis data dan kesimpulan. Tahap penelitian tersebut dilukiskan dalam bentuk bagan alir seperti disaji-kan pada Gambar 5. TS-25

Mulai Persiapan dan penentuan data portal: dimensi awal, mutu bahan, dsb. Perencanaan dengan sistem elastik penuh Perencanaan dengan sistem daktail penuh Tahap diubah tidak/ boros Analisis beban: beban mati, beban hidup, dan beban gempa Kombinasi beban Kontrol dimensi balok: Ukuran balok cukup? ya Kontrol dimensi kolom: Ukuran kolom cukup? ya Penetapan dimensi portal akhir Balok diubah tidak/ boros Balok diubah tidak/ boros Analisis beban: beban mati, beban hidup, dan beban gempa Kombinasi beban Kontrol dimensi balok: Ukuran balok cukup? ya Kontrol dimensi kolom: Ukuran kolom cukup? ya Penetapan dimensi portal akhir diubah tidak/ boros Penulangan balok Penulangan balok Penulangan kolom Penulangan kolom Tahap Fondasi diubah tidak/ boros Analisis beban fondasi Kontrol dimensi fondasi: Ukuran fondasi cukup? ya Analisis beban fondasi Kontrol dimensi fondasi: Ukuran fondasi cukup? ya Fondasi diubah tidak/ boros Penulangan fondasi Penulangan fondasi Gambar penulangan portal Gambar penulangan portal Kebutuhan material: - Volume beton - Berat tulangan Kebutuhan material: - Volume beton - Berat tulangan Tahap Perbandingan hasil perencanaan kedua portal Kesimpulan Tahap V Selesai Gambar 5. Bagan alir penelitian TS-26

HASL PENELTAN DAN PEMBAHASAN 1. Penentuan dimensi portal Hasil analisis dari kombinasi beban (beban mati, beban hidup, dan beban gempa) terhadap dimensi portal awal (semua balok /500, semua kolom 450/450), diperoleh momen dan gaya aksial perlu seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Momen dan gaya aksial perlu pada balok maupun kolom pada dua sistem perencanaan portal awal Jenis struktur Balok Letak struktur Beban perlu pada sistem perencanaan elastik penuh Beban perlu pada sistem perencanaan daktail penuh P u (kn) M u (knm) P u (kn) M u (knm) Lantai 2 -- 199,51 -- 121,87 Lantai 3 -- 169,73 -- 120,77 Atap -- 80,92 -- 66,25 Lantai 1 725,37 214,08 665,63 108,25 Lantai 2 425,13 144,25 450,57 110,70 Lantai 3 142,43 93,78 144,28 77,60 Berdasarkan beban perlu pada Tabel 1, ternyata sebagian besar dari dimensi balok /500 maupun kolom 450/450 yang dipakai pada portal awal terlalu besar, sehingga diperkecil menjadi berikut: 1). Untuk perencanaan dengan sistem elastik penuh, ditetapkan balok lantai 2 dengan dimensi /500, balok lantai 3 dengan /450, balok lantai atap dengan /, kolom lantai 1 dengan dimensi /, kolom lantai 2 dengan 380/380, dan kolom lantai 3 dengan /. 2). Untuk perencanaan dengan sistem daktail penuh, ditetapkan balok lantai 2 dengan dimensi /, balok lantai 3 dengan /, balok lantai atap dengan /, kolom lantai 1 dengan dimensi /, kolom lantai 2 dengan /, dan kolom lantai 3 dengan /. Perbandingan rata-rata dimensi balok antara sistem elastik penuh dan sistem daktail penuh diperoleh nilai sebesar (x500 + x450 + x) berbanding (x + x + x) atau sebesar 1,495 : 1. Di samping itu, diperoleh perbandingan rata-rata dimensi kolom sebesar (x + 380x380 + x) berbanding (x + x + x) atau sebesar 1,544 : 1. 2. Tingkat keborosan hasil perencanaan Tingkat keborosan hasil perencanaan dapat diketahui dari hasil hitungan tulangan terpasang pada portal, yaitu dengan menghitung momen rencana M r dibagi dengan momen perlu M u yang bekerja pada portal (M r /M u ). Hasil perencanaan dimasukkan dalam kategori hemat atau boros apabila nilai M r /M u secara berturut-turut diperoleh berikut: 1,01 sampai dengan 1,20 termasuk kate-gori sangat hemat, 1,21 sampai dengan 1,40 termasuk kategori hemat, 1,41 sam-pai dengan 1,60 termasuk kategori sedang, 1,61 sampai dengan 1,80 termasuk kategori boros, dan lebih besar dari 1,80 termasuk kategori sangat boros. Nilai perbandingan M r /M u pada balok, kolom, dan fondasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat keborosan hasil perencanaan No Jenis struktur Sistem elastik penuh Sistem daktail penuh Perbandingan M r M r /M u M u M r M r /M u (knm) ( 1 ) (knm) (knm) ( 2 ) n =(1)/(2) M u (knm) A. Balok 1 Balok atap 517,30 891,78 1,724 534,08 881,80 1,651 1,044 2 Balok Lt.3 1308,57 1836,23 1,403 1065,64 1,78 1,333 1,053 3 Balok Lt.2 1758,04 2281,16 1,298 1133,22 1467,14 1,295 1,002 Jumlah sub A 3583,91 5009,17 1,398 2732,94 3769,72 1,379 1,014 B. 4 Lt.3 155,09 169,64 1,094 126,85 142,69 1,125 0,972 5 Lt.2 267,55 282,87 1,057 191,92 192,59 1,003 1,054 6 Lt.1 333,49 341,17 1,023 223,63 230,23 1,030 0,993 Jumlah sub B 756,13 798,68 1,050 542,40 565,51 1,043 1,007 C. Sloof 7 Sloof tepi (2bh) 2595,76 2841,56 1,095 3954,04 4901,18 1,240 0,883 8 Sloof tengah 1471,05 1672,63 1,137 2120,26 2411,06 1,137 1,000 Jumlah sub C 4066,81 4514,19 1,110 6074,30 7312,24 1,204 0,922 Jumlah sub A+B+C 8406,85 10322,04 1,228 9349,64 11647,47 1,246 0,986 TS-27

Dari Tabel 2 dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut: 1). Pada perencanaan balok atap, balok lantai 3, dan balok lantai 2 diperoleh nilai rata-rata M r /M u sebesar 1,398 pada sistem elastik penuh, dan 1,379 pada sistem daktail penuh, berarti kedua sistem perencanaan termasuk dalam kategori hemat. Perbandingan nilai M r /M u antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,014 sehingga sistem elastik penuh sedikit lebih boros daripada sistem daktail penuh. 2). Pada perencanaan kolom lantai 3, lantai 2, dan lantai 1 diperoleh nilai rata-rata M r /M u sebesar 1,050 pada sistem elastik penuh, dan 1,043 pada sistem daktail penuh, berarti kedua sistem perencanaan termasuk dalam kategori sangat hemat. Perbandingan nilai M r /M u antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,007 sehingga sistem elastik penuh sedikit lebih boros daripada sistem daktail penuh. 3). Pada perencanaan sloof diperoleh nilai rata-rata M r /M u sebesar 1,110 pada sistem elastik penuh, dan 1,204 pada sistem daktail penuh, berarti kedua sistem perencanaan termasuk dalam kategori sangat hemat. Perbandingan nilai M r /M u antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 0,922 sehingga sistem elastik penuh lebih hemat daripada sistem daktail penuh. 4). Pada perencanaan portal keseluruhan (balok, kolom, dan sloof) diperoleh nilai rata-rata M r /M u sebesar 1,228 pada sistem elastik penuh, dan 1,246 pada sistem daktail penuh, berarti kedua sistem perencanaan termasuk dalam kategori hemat. Perbandingan nilai M r /M u antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 0,986 sistem elastik penuh sedi-kit lebih hemat daripada sistem daktail penuh. 3. Kebutuhan volume beton dan berat tulangan Kebutuhan volume beton (bersih) dan berat tulangan (bersih) yang diper-oleh dari perencanaan portal dengan sistem elastik penuh dan sistem daktail penuh disajikan pada Tabel 3. Karena tulangan joint pada perencanaan dengan sistem elastik penuh tidak diperhitungkan, maka berat tulangan joint pada Tabel 3 tidak diisi (kosong), sedangkan pada sistem daktail penuh diperhitungkan berat total tulangan joint sebesar 0,211 ton. Tabel 3. Kebutuhan volume beton dan berat tulangan Sistem elastik penuh Sistem daktail penuh Perbandingan Jenis struktur Vol. be-ton (m 3 ) Berat tul. (ton) Vol. be-ton (m 3 ) Berat tul. (ton) Volume beton Berat tulangan (1) (2) (3) (4) (1)/(3) (2)/(4) A. Balok Balok atap 1,495 0,197 1,050 0,233 1,424 0,845 Balok Lt.3 2,006 0,319 1,284 0,372 1,562 0,858 Balok Lt.2 2,220 0,336 1,478 0,397 1,502 0,846 Jumlah sub A 5,721 0,852 3,812 1,002 1,501 0,850 B. Lt.3 1,507 0,613 1,060 0,767 1,422 0,799 Lt.2 1,747 0,792 1,100 0,905 1,588 0,875 Lt.1 2, 1,011 1,556 0,487 1,542 2,076 dlm tanah 0,512 0,456 0,348 0,393 1,471 1,160 Jumlah sub B 6,166 2,872 4,064 2,552 1,517 1,125 C. Joint Joint M dan P 0,098 -- 0,091 -- 1,077 -- Joint N dan O 0,098 -- 0,072 -- 1,361 -- Joint dan L 0,130 -- 0,202 -- 0,644 -- Joint J dan K 0,130 -- 0,148 -- 0,878 -- Joint E dan H 0,160 -- 0,141 -- 1,135 -- Joint F dan G 0,160 -- 0,128 -- 1, -- Jumlah sub C 0,776 -- 0,782 0,211 0,992 -- D. Fondasi, sloof Fondasi 3,666 0,222 3,526 0,211 1,040 1,052 Sloof 5,248 0,813 4,668 0,801 1,124 1,015 Jumlah sub D 8,914 1,035 8,194 1,012 1,088 1,023 Jumlah sub A+B+C+D 21,577 4,759 16,852 4,777 1,280 0,996 Dari Tabel 3 dapat diketahui kebutuhan volume beton sebagai berikut: TS-28

1). Untuk balok atap, balok lantai 3, dan balok lantai 2 diperoleh jumlah total volume beton sebesar 5,721 m 3 pada sistem elastik penuh, dan 3,812 m 3 pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,501. Jadi, sistem elastik penuh lebih boros daripada sistem daktail penuh. 2). Untuk kolom lantai 3, lantai 2, dan lantai 1 diperoleh jumlah total volume beton sebesar 6,166 m 3 pada sistem elastik penuh, dan 4,064 m 3 pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,517. Jadi, sistem elastik penuh lebih boros daripada sistem daktail penuh. 3). Untuk semua joint diperoleh jumlah total volume beton sebesar 0,776 m 3 pada sistem elastik penuh, dan 0,782 m 3 pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 0,992. Jadi, sistem elastik penuh sedikit lebih hemat daripada sistem daktail penuh. 4). Untuk fondasi dan sloof diperoleh jumlah total volume beton sebesar 8,914 m 3 pada sistem elastik penuh, dan 8,194 m 3 pada sistem daktail penuh. Perban-dingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,088. Jadi, sistem elastik penuh sedikit lebih boros daripada sistem daktail penuh. 5). Kebutuhan volume beton keseluruhan (balok, kolom, joint, fondasi, dan sloof) diperoleh sebesar 21,577 m 3 pada sistem elastik penuh, dan 16,852 m 3 pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,280. Jadi, sistem elastik penuh lebih boros daripada sistem daktail penuh. Dari Tabel 3 juga dapat diketahui kebutuhan berat tulangan sebagai berikut: 1). Untuk balok atap, balok lantai 3, dan balok lantai 2 diperoleh jumlah total berat tulangan sebesar 0,852 ton pada sistem elastik penuh, dan 1,501 ton pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 0,850. Jadi, sistem elastik penuh lebih hemat daripada sistem daktail penuh. 2). Untuk kolom lantai 3, lantai 2, dan lantai 1 diperoleh jumlah total berat tulangan sebesar 2,872 ton pada sistem elastik penuh, dan 2,552 ton pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,125. Jadi, sistem elastik penuh lebih boros daripada sistem daktail penuh. 3). Untuk semua fondasi dan sloof diperoleh jumlah total berat tulangan sebesar 1,035 ton pada sistem elastik penuh, dan 1,012 ton pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 1,023. Jadi, sistem elastik penuh sedikit lebih boros daripada sistem daktail penuh. 4). Kebutuhan berat tulangan keseluruhan (balok, kolom, joint, fondasi, dan sloof) diperoleh sebesar 4,759 ton pada sistem elastik penuh, dan 4,777 ton pada sistem daktail penuh. Perbandingan volume beton antara perencanaan dengan sistem elastik penuh dan daktail penuh diperoleh n = 0,996. Jadi, sistem elastik penuh sedikit lebih hemat daripada sistem daktail penuh. KESMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap portal gedung kantor beton bertulang tiga lantai di wilayah gempa satu untuk model yang ditinjau berdasarkan perencanaan dengan sistem elastik penuh dan sistem daktail penuh, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Hasil perencanaan kedua portal, baik dengan sistem elastik penuh maupun sistem daktail penuh, termasuk dalam kategori hemat. 2). Meskipun hasil perencanaan portal dengan sistem elastik penuh lebih hemat daripada sistem daktail penuh, ternyata masih memberikan dimensi portal yang lebih besar. 3). Ukuran balok pada portal dengan sistem elastik penuh lebih besar daripada portal dengan sistem daktail penuh, dengan kelipatan 1,495 kali. 4). Ukuran kolom pada portal dengan sistem elastik penuh lebih besar daripada portal dengan sistem daktail penuh, dengan kelipatan 1,544 kali. 5). Kebutuhan total volume beton untuk portal dengan sistem elastik penuh lebih besar daripada sistem daktail penuh, dengan kelipatan 1,280 kali. 6). Kebutuhan total berat tulangan (bersih) untuk portal dengan sistem elastik penuh sedikit lebih kecil daripada sistem daktail penuh, dengan kelipatan 0,996 kali. Saran yang perlu diperhatikan terutama bagi para perencana struktur bangunan gedung, yaitu: 1). Pada perencanaan struktur bangunan gedung, perlu ditinjau tingkatan daktilitas dari struktur yang akan dipakai, agar dapat dihasilkan perencanaan yang ekonomis dan dapat dipertanggungjawabkan. 2). Untuk perencanaan portal gedung beton bertulang tiga lantai di wilayah gempa 1 sesuai dengan model struktur yang ditinjau, akan lebih baik/hemat jika direncanakan dengan sistem daktail penuh, karena mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan sistem elastik penuh, yaitu: TS-29

a). Ukuran balok lebih kecil, yaitu 1/1,495 = 66,89%. b). Ukuran kolom lebih kecil, yaitu 1/1,549 = 64,56%. c). Kebutuhan volume beton sedikit, yaitu 1/1,280 = 78,13%. d). Kebutuhan tulangan hampir sama, yaitu 1/0,996 = 100,40%. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, mulai dari proses pengajuan proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA..., 2. Tatacara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK SN 03-2847-2, Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, Bandung. Asroni, A. 9. Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Asroni, A. 2010. Balok Dan Pelat Beton Bertulang, Cetakan pertama, P.T. Graha lmu, Yogyakarta. Asroni, A. 2010., Fondasi Dan Balok T Beton Bertulang, Cetakan pertama, P.T. Graha lmu, Yogyakarta. DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang ndonesia Tahun 1971, PB-1971, Dinas Pekerjaan Umum, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. DSN, 1989. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung, SN 03-1727-1989, UDC, Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta. Kardiyono dan Budihardjo, 1980. Distribusi Momen Dengan Cara C.T. Morris (Cara Cross Pada Portal Dengan Satu Tabel), Teknik Sipil, UGM, Yogyakarta. Kardiyono, 1981. Teknologi Gempa, Bahan Kuliah Teknik Sipil, UGM, Yogyakarta. Kimpraswil, 2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian Dan Pengem-bangan Pemukiman Dan Prasarana Wilayah, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tek-nologi Pemukiman, Bandung. Vis, W.C. dan Kusuma, G.H., 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang Berdasarkan SK SN T-15-1991- 03, Seri Beton 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. TS-30

Lampiran 1. Penulangan Portal Dengan Perencanaan Sistem Elastik Penuh (digambar setengah bentang, simetris) 1.50 m 1.50 m 1.00 m 4D19 φ 10 145 φ 6 170 1.10 m 1.10 m 1.25 m 1.10 m 1.10 m 0.70 m 0.70 m 0.85 m φ 6 170 φ 6 170 φ 6 170 φ 6 170 φ 6 170 φ 6 170 φ 6 170 4D19 φ 6 170 φ 6 170 φ 6 170 φ 10 145 X POT. X 8D19 V XV XV POT. POT. V 8D19 5D19 V φ 10 160 V V V φ 6 110 φ 6 180 φ 6 180 φ 6 170 φ 6 90 φ 6 180 φ 6 180 φ 6 180 1.10 m 1.10 m 1.22 m 1.10 m 1.10 m 0.70 m 0.70 m 0.82 m 8D19 450 450 φ 6 110 5D19 φ 10 160 450 φ 6 180 φ 6 180 XV XV XV XV POT.V V POT. V V POT. V V 8D19 V V 8D19 6D19 X φ 10 170 V V X φ 6 120 φ 6 195 φ 6 195 φ 6 190 φ 6 190 φ 6 195 φ 6 195 φ 6 195 1.10 m 1.10 m 1.20 m 1.10 m 1.10 m 0.70 m 0.70 m 0.80 m 8D19 500 6D19 500 500 φ 6 120 φ 6 195 φ 10 170 φ 6 195 POT. V V POT. V V POT. X X XV XV XV XV X X 1 X 1 1 X X X φ 10 0.40 φ 12 180 φ 10 225 φ 10 295 φ 12 115 φ 12 90 0.40 φ 10 260 φ 10 1.10 m 1.10 m 1.20 m 1.10 m 1.10 m 0.70 m 0.70 m 0.80 m 0.625 6.00 2.00 TS-31

Lampiran 1. (lanjutan) 800 φ 12 180 800 1 φ 10 225 800 1 φ 12 90 1 1 1 D10 110 POT. X X D8 100 D10 110 POT. X X D8 100 D10 110 D8 100 POT. X X 8D25 φ 10 145 10D25 φ 10 145 380 12D25 φ 10 160 POT. X X POT. XV XV 380 POT. XV XV φ 10 160 φ 10 170 380 14D25 14D25 16D25 φ 10 170 380 POT. XV XV POT. XV XV POT. XV XV TS-32

Lampiran 2. Penulangan Portal Dengan Perencanaan Sistem Daktail Penuh (digambar setengah bentang, simetris) 1.50 m 4D19 1.50 m 1.00 m 4D19 M N φ 10 105 φ 6 65 0.70m 1.40m 1.51m 1.40m 0.70m 0.70m 0.75m 0.81m φ 6 90 φ 6 90 φ 6 90 φ 6 60 φ 6 90 φ 6 90 φ 6 90 4D19 2D10 2D10 4D19 2D10 φ 10 105 φ 6 65 φ 6 170 φ 6 170 X POT. X 5D19 V XV XV POT. POT. V 6D19 V J φ 10 115 V V V φ 6 70 φ 6 110 φ 6 55 φ 8 55 φ 8 95 0.70m 1.40m 1.50m 1.40m 0.70m 0.70m 0.75m 0.80m φ 8 60 φ 6 110 φ 6 110 5D19 2D10 φ 8 60 2D10 φ 10 115 φ 8 95 φ 6 110 XV XV XV XV POT.V V POT. V V POT. V V 6D19 V V 6D19 X E F φ 10 125 V 4D19 V X φ 6 75 φ 6 120 φ 6 70 φ 8 65 φ 6 55 0.80m 1.30m 1.48m 1.30m 0.80m 0.80m 0.70m 0.68m φ 8 65 φ 6 120 φ 6 120 6D19 2D10 2D10 φ 8 65 4D19 φ 6 120 2D10 φ 10 125 φ 6 55 POT. V V POT. V V POT. X X XV XV XV XV X X X 3D22 12D22 4D22 4D22 3D22 0.32 3D22 X 4D22 X 11D22 11D22 3D22 X φ 10 φ 10 φ 12 160 φ 12 65 0.32 1.50m 0.85m 0.88m 0.85m 1.50m 1.50 m 0.68 m φ 12 105 φ 12 150 φ 10 0.60 6.00 2.00 TS-33

Lampiran 2. (lanjutan) 380 380 380 750 3D22 3D22 φ 12 105 750 12D22 4D22 φ 10 750 4D22 11D22 φ 12 65 1 1 1 D10 110 POT. X X D8 100 D10 110 POT. X X D8 100 D10 110 D8 100 POT. X X φ 10 105 8D28 φ 10 105 φ 10 115 10D28 12D28 φ 10 125 10D28 POT. X X POT. XV XV POT. XV XV POT. XV XV 360 TAMPAK DEPAN 4D19 4 x 4φ 13 Penulangan Joint M (360/360/) 360 360 POTONGAN / 4 x 4φ 13 Joint 360/360/ Penulangan Joint N (//) 4D19 4 x 4φ 13 tulangan khusus yang dijangkarkan / 4 x4φ 13 Joint // TAMPAK DEPAN POTONGAN TS-34

Lampiran 2. (lanjutan) 490 TAMPAK DEPAN 5D19 8 x 4φ 13 Penulangan Joint (490/490/) / 490 490 tulangan khusus yang dijangkarkan 8 x 4φ 13 Joint 490/490/ POTONGAN 6D19 TAMPAK DEPAN Penulangan Joint J (//) 8 x 4φ 13 tulangan khusus yang dijangkarkan POTONGAN / 8 x4φ 13 Joint // 6D19 Penulangan Joint E (//) 5x4φ 13 / 5 x 4φ 13 Joint // TAMPAK DEPAN POTONGAN 6D19 Penulangan Joint F (//) tulangan khusus yang dijangkarkan / 5 x 4φ 13 5 x 4φ 13 Joint // TAMPAK DEPAN TS-35 POTONGAN