BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sya riah (S.Sy) MUHAMMAD HARIS NIM

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM. sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM. A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

agar terjaminnya administrasi setiap warga negara.

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

menikah akan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Dalam pernikahan yang berlandaskan al- Qur an dan Sunnah. Tata cara tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami-isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan, LN tahun 1974 Nomor 1, TLN no. 3019, Perkawinan ialah ikatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5. Ibid, Pasal 2 ayat (1) 3

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya ajaran tentang pernikahan tersebut sehingga dalam al-qur an terdapat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

P E N E T A P A N Nomor 127/Pdt.P/2010/PA Tse BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian peradilan dalam beberapa bahasa seperti rechtpraak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

P E N E T A P A N. Nomor : 7/Pdt.P/2013/PA.Gst BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA

bismillahirrahmanirrahim

PENETAPAN Nomor 0005/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN TENTANG STATUS ANAK MENURUT UN DANG- UN DANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HOKUM ISLAM 01 SUMBAWA BESAR ABSTRAK SKRIPSI. Oleh

P E N E T A P A N Nomor: 0079/Pdt.P/2015/PA Pas.

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

PENETAPAN Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DUDUK PERKARA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk

P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr.

STATUS HUKUM ANAK HASIL PERNIKAHAN SIRRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

PENETAPAN. Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang pelaksanaannya didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua belah pihak 1. Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Suatu perbuatan hukum yang sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (suami dan istri) dalam menciptakan keluarga yang bahagia. Tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah 2. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material 3. Sedangkan tujuan perkawinan dalam agam Islam adalah untuk menunaikan sunnah Rasulullah SAW dan sebagai rukun dari perkawinan ialah sebagai berikut: 1 Muhammad Zain dan Mukhtar Alishodiq, Membangun Keluarga Humanis, (Jakarta, Graha Cipta, 2005), Cet.I, h.23. 2 Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penytisunan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,(Surabaya: Arkola Surabaya, 1997), h.76. 56. 3 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persad, 1995), h.

2 1. Adanya calon mempelai laki-laki 2. Adanya calon mempelai Perempuan 3. Wali dari mempelai perempuan yang mengakadkan perkawinan 4. Dua orang saksi 5. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami. Sahnya suatu perkawinan itu apabila sah menurut agama. Di Indonesia pada saat ini telah memiliki hukum perkawinan nasional yang telah berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia. Sebagaimana dijelaskan pada undangundang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Praktek pemerintah yang mengatur tentang pencatatan perkawinan dan dibuktikannya dengan akta nikah. Dalam hukum Islam menggunakan metode maslahahmursalah. Hal ini karena meski secara formal tidak ada ketentuan ayat atau sunnah yang memerintahkan pencatatan, namun kandungan maslahatnya sejalan dengan tindakan syara yang ingin mewujudkan kemaslahatan bagi manusia. Dapat ditegaskan bahwa pencatatan perkawinan merupakan ketentuan yang perlu diterima dan dilaksanakan oleh semua pihak 4.Dalam pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, menyatakan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku 5. 4 Ibid. 5 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, (Bandung: Citra Umbara, 2002), h. 2

3 Atas dasar inilah, apabila seseorang ingin melakukan perkawinan, maka dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dengantujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian ( misaq al-ghalid) perkawinan, dan lebih khusus lagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah, yang masing-masing suami istri mendapat salinannya. Apabila terjadi perselisihan atau percekcokan diantara mereka, atau salah satu tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak-hak masing-masing, karena dengan akta tersebut suami istri memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang mereka lakukan. Akta nikah (catatan perkawinan) juga berguna untuk membuktikan keabsahan anak dari perkawinan itu. Upaya hukum ke pengadilan tentu tidak dapat dilakukan, apabila perkawinan tidak dibuktikan dengan akta tersebut. Oleh karena itu, pasal 7 kompilasi hukum Islam menegaskan pada ayat (1) perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah. Yang dimaksud dalam pencatatan perkawinan adalah sesuai dengan pasal 2 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan itu harus dicatatkan kepada pegawai pencatat nikah di KUA bagi yang beragama Islam,sedangkan

4 yang beragama Non Islam di kantor Catatan sipil menurut ketentuan Undangundang yang berlaku. Walaupun undang-undang perkawinan nasional sudah diberlakukan dengan jelas dan tegas bahwa perkawinan itu harus dicatat, namun di dalam prakteknya masalah pencatatan perkawinan ini menjadi suatu problem di masyarakat. Berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan, yaitu tepatnya di desa Menaming kecamatan Rambah seorang warga yang bernama Togos Perdamaian yang menikah dengan Ratna secara sirri pada tahun 2007 dan melahirkan dua orang anak, kemudian ketika hendak mengurus akta kelahiran anaknya, dimana salah satu syarat untuk mengurus akta kelahiran itu adalah surat nikah dan berbagai persyaratan lainnya, maka mereka melapor ke KUA dan KUA mengeluarkan suatu kebijakan dengan mengeluarkan Surat Keterangan Nikah 6. Kemudian terjadi lagi kejadian dimana salah seorang warga Desa Kampung Bukit yang bernama Muhammad Ridwan menikah dengan Asni pada tahun 2005 dengan melaksakan pernikahan dibawah tangan dan mereka mempunyai 3 orang anak mereka ingin membuat akta kelahiran anak dikarnakan pada tahun 2013 ini dibuka secara gratis dalam pembuatan akta kelahiran anak tanpa disidang di pengadilan dan salah satu syarat dalam pembuatan akta kelahiran tersebut harus ada akta nikah (buku nikah) dan 6 Togos perdamaian, wawancara, warga Desa Menaming, 5 juni 2013.

5 beliau mendatangi KUA dan KUA mengeluarkan surat keterangan nikah (SKN) dan pihak pegawai pencatatan sipil masih menerima surat tersebut 7. Sebagaimana yang kita ketahui, prosedur yang harus dilalui bagi suami istri yang karena sesuatu hal perkawinannya tidak dibuktikan dengan akta nikah, kompilasi membuka kesempatan kepada mereka untuk mengajukan permohonan untuk melaksanakan Nikah Ulang di Pengadilan Agama bagi yang memenuhi syarat 8. Hal ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat, agar di dalam melangsungkan perkawinan tidak hanya mementingkan aspek-aspek fiqh saja, tetapi aspek-aspek keperdataan juga perlu diperhatikan secara seimbang. Jadi pencatatan adalah merupakan usaha pemerintah untuk mengayomi masyarakat demi terwujudnya ketertiban dan keadilan. Namun, dengan dalih untuk lebih mempermudah masyarakat, KUA langsung membuat suatu kebijakan untuk mengeluarkan Surat Keterangan Nikah (SKN) tanpa melalui sidang isbath di Pengadilan Agama terlebih dahulu. Dan yang lebih mengejutkan lagi, mereka bisa mengurus surat akta kelahiran anak dengan SKN yang di keluarkan oleh KUA tersebut. Berangkat dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk, mengkaji skripsi ini dengan judul: Wewenang Kepala Kantor Urusan Agama dalam mengeluarkan Surat Keterangan Nikah (SKN) Studi Kasus 7 Muhammad Ridwan, wawancara, warga Desa warga Desa Kampung Bukit, 22 juni 2013. 8 Ahmad Rofiq, op.cit., h.117.

6 Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. B. Batasan Masalah Untuk mendapatkan kupasan yang valid serta pembahasan yang dalam terhadap masalah yang diteliti, maka dalam tulisan ini permasalahan yang dibahasan difokuskan kepada: Wewenang Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Rambah dalam mengeluarkan Surat Keterangan Nikah (SKN). C. RumusanMasalah Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana Prosedur Pembuatan Surat Keterangan Nikah (SKN) yang dikeluarkan Kantor Urusan Agama KUA Kec. Rambah. 2. Apa Alasan kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kec. Rambah dalam mengeluarkan Surat Keterangan Nikah (SKN). 3. Bagaimana Analisa Hukum terhadap pembuatan Surat Keterangan Nikah (SKN) oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Rambah. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan masalah diatas maka tujuan penelitian tersebut adalah : a. Untuk mengetahui Bagaimana prosedur pencatatan nikah yang dilakukan KUA Kec. Rambah untuk pernikahan dibawah tangan.

7 b. Untuk mengetahui Bagaimana kekuatan hukum Surat Keterangan Nikah (S KN) yang dikeluarkan oleh KUA Kec. Rambah Kabupaten Rokan Hulu. c. Untuk mengetahui bagaimana dampak Surat Keterangan Nikah yang dikeluarkan oleh KUA Kec. Rambah, Kabupaten Rokan Hulu. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S1 di Fakultas Syari ah Dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. b. Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat umum, lebih khususnya masyarakat kec. Rambah Kab. Rokan hulu. c. Sebagai sumbangan pemikiran untuk Universitas di mana penulis menuntut ilmu. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kec. Rambah, Kab. Rohul. Dengan alasan di daerah ini banyak masyarakat yang mengurus akta kelahiran anak mereka dengan menggunakan SKN dari KUA setempat. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitiannya adalah Masyarakat yang menggunakan Surat Keterangan Nikah dalam membuat akta kelahiran anak di KUA kec. Rambah. Sedangkan Objeknya adalah Legalitas Surat Keterangan Nikah (SKN) yang dikeluarkan oleh KUA Kec. Rambah.

8 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan SKN dalam membuat akta kelahiran anak yang berjumlah 35 pasang. Dari jumlah populasi ini penulis mengambil sampel 10 pasang dengan menggunakan metode random sampling. 4. Sumber Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan kedalam data Primer dan data Skunder.Data Primer adalah data yang diperolehdari KUA kec. Rambah. Sedangkan data Skunder adalah data yang diperoleh melalui literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang penulis teliti yaitu yang terdiri dari UU. No.1 tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam dan buku-buku yang berkaitan dengan administrasi pencatatan perkawinan di Indonesia. 5. Metode Pengumpulan Data a. Obsevasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung kelokasi penelitian guna melihat langsung tentang masalah yang diteliti. b. Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden mengenai permasalahan yang diteliti. 6. Metode Analisa Data Analisa data yang penulis gunakan ialah deskrifitif kualitatif yaitu bila data telah tekumpul, kemudian digambarkan sedemikian rupa serta dikelompokkan menurut kategori-kategori sehingga diperoleh kesimpulan. 7. Metode Penulisan

9 a. Deduktif yaitu, mengambarkan kaedah yang umum yang ada kaitannya dengan tulisan ini, dianalisa dan diambil kesimpulan secara khusus. b. Induktif, yaitu mengambarkan kaedah yang khusus yang ada kaitannya dengan masalah yang dieliti, dianalisa kemudian diambil kesimpulan secara umum. c. Deskriftif yaitu, dengan mengumpulkan fakta-fakta serta menjelaskan kemudian menganalisanya. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman, maka penulisan skriksi ini dilakukan secara sistematis, dengan membagi semua tulisan menjadi lima bab dan tiap bab memuat sub bab sesuai dengan kebutuhan, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan dan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Deskripsi lokasi penelitan yang meliputi sejarah kecamatan Rambah, letak geografis Kecamatan Rambah, jumlah penduduk Kecamatan Rambah, mata pencaharian penduduk Kecamatan Rambah, serta agama yang dianut oleh penduduk Kecamatan Rambah.

10 BAB III : Pada bab ketiga ini dibahas mengenai pencatatan perkawinan yang di dalamnya dijelaskan pencatatan perkawian yang diperjelas lagi dalam sub-bab yang terdiri dari pengertian perkawinan dan Dasar hukumnya, pengertian pencatatan, Tujuan Pencatatan, pencatatan dalam agama islam, pencatatan menurut undang-undang, akibat hukum dari tidak adanya pencatatan perkawinan. BAB IV : Membahas tentang Wewenang dan dasar hukum kepala kantor urusan agama (KUA) Kec. Rambah dalam mengeluarkan Surat Kterangan Nikah (SKN) dan Legalitas surat keterangan nikah (SKN) yang dikeluarkan oleh Kepala kantor urusan Agama (KUA) Kec. Rambah Kabupaten Rokan Hulu. BAB V : Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka