BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai langkah, prosedur atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA. koreksi terhadap duduk persoalan mengenai gerakan modernisme Islam. Penulis

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam skripsi berjudul Sekularisasi dalam Pembaruan Pemikiran Islam :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jika ditanya mengenai Kerajaan Arab Saudi pada saat ini maka penulis

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!?

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hegel ini termasuk ke dalam tema sejarah intelektual. Sejarah intelektual adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

III. METODE PENELITIAN. Winarno Surachmad bahwa: Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi yang juga dialami sebagian besar negara-negara di dunia. Kebutuhan untuk mewujudkan wacana modernisasi tersebut belum dapat dilakukan pada masa pemerintahan Orde Lama (1945-1965) di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pada awal sejarah pembentukan negara, Indonesia mengalami masa-masa sulit untuk mewujudkan stabilitas sosial, ekonomi dan politik. Pada masa rezim Orde Baru, menurut Barton (1999: 2), Periode ini merupakan saat di mana secara relatif terdapat stabilitas dan kehidupan yang harmoni di masyarakat Indonesialebih khusus jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Program pembangunan yang mulai direncanakan sejak pemerintahan Orde Baru membuka kemungkinan untuk terbukanya proses modernisasi di Indonesia, termasuk sebagai isu/ wacana yang menjadi perdebatan intelektual. Respons terhadap wacana modernisasi yang mulai meluas pada tahun 1970-an, tidak lepas dari perhatian umat Islam di Indonesia. Menurut Greg Barton (1999:3), fakta membuktikan bahwa sepanjang tahun 1970-an, 1980-an dan berlanjut hingga kini, Indonesia telah menyaksikan sebuah kebangkitan Islam yang amat progresif dan begitu memiliki masa depan. Kebangkitan tersebut, secara substansial digerakkan oleh gerakan intelektual yang memunculkan gagasan Pembaruan Pemikiran Islam.

Sebenarnya gerakan Islam yang berasal dari gagasan pembaruan pemikiran Islam atau pemurnian ajaran agama Islam, telah menjadi wacana para cendekiawan muslim Indonesia sejak pengaruh gerakan pembaharuan Islam di Timur Tengah (terutama Mesir) meluas hingga ke Indonesia. Gerakan pembaruan terjadi dengan kemunculan gerakan Salafi-Wahabi di Arab oleh Syaikh Muhammad ibn 'Abd-u'l-Wahhab (1115-1120 H/1703-1787 M) yang kemudian membentuk Kerajaan Saudi. Jika dirujuk masa awalnya, gerakan pembaruan Islam dipelopori Rifa at Tahtawi, Jamaluddin Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha di Mesir (Nu'ad, Ismatillah A., 2005: 2). Respon terhadap gerakan pembaruan di Timur Tengah memunculkan gerakan intelektual Islam Indonesia yang dilakukan antara lain, oleh H.O.S. Tjokroaminoto, Agus Salim, dan Mohammad Natsir. Deliar Noer menarik beberapa kesimpulan, secara garis besar pemikiran Islam pada awal abad ke-20 sampai masa konstituante, bahwa pemikiran cendekiawan Islam masa itu lebih merupakan reaksi atau respon terhadap tantangan yang ada. Ia merupakan reaksi terhadap pemikiran Barat, sekularisme, komunisme, nasionalisme, chauvinisme, dan sebagainya. Para cendekiawan muslim memunculkan gagasan pembaruan pemikiran Islam untuk mengembalikan kembali umat Islam kepada sumber ajarannya yaitu Al-Qur an dan Sunnah. Menurut Thoha Hamim dalam Moenawar Chalil s Reformist Thought, ciri umum gerakan pembaruan, antara lain, kembali kepada ajaran Quran, sunnah, dan tradisi salaf; menolak praktik-praktik taklid (ittiba ); 2

berpikir rasional yang menafsir sumber-sumber ajaran Islam secara aktual; dan memerangi bidah dan khurafat. Kuntowijoyo dalam bukunya Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia : Mitos, Ideologi, dan Ilmu, menjelaskan bahwa sejak tahun 1960-an yang menjadi permulaan periode ilmu, lahir kaum terpelajar muslim yang berupaya mempelajari substansi dan metode ilmu dari khazanah dunia modern. Kemudian lahir pula kaum profesional muslim Indonesia yang merubah sepenuhnya substansi dan metode ilmu dari dunia modern ke dalam substansi dan metode Islam. Fenomena pembaruan pemikiran Islam, pada intinya, melahirkan pandangan atas perlunya Islam menjadi agama yang objektif (memandang sesuatu sebagai sebenarnya, tanpa dipengaruhi keyakinan pribadi) sebagai hasil formulasi pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur an dan Sunnah Rasul mewujudkan keutamaan ilmu. Menurut Budhy Munawar Rachman, dalam rubrik Analisis di jurnal Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan) nomor 3 vol.vi th. 1995, gerakan pembaruan Islam yang meluas sekitar tahun 1970-an, merupakan respon terhadap realitas politik Islam pada masa awal Orde Baru. Kesulitan untuk merehabilitasi partai Islam Masyumi yang merupakan sarana untuk memperjuangkan hukumhukum Islam di Indonesia saat itu, membuat beberapa cendekiawan muslim untuk memikirkan alternatif gerakan bagi organisasi-organisasi Islam saat itu. Gerakan secara intelektual dan sosial dianggap lebih dibutuhkan untuk merefleksikan kembali bentuk-bentuk hubungan Islam dan negara di masa depan. Gerakan intelektual dan sosial tersebut dianggap dimulai sejak dikemukakannya gagasan 3

Nurcholis Madjid dalam pertemuan halal bi halal organisasi muda Islam tanggal 3 Januari 1970, mengenai Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat. Menurut Achmad Jainuri dalam artikelnya berjudul Landasan Teologis Gerakan Pembaruan Islam dalam jurnal Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan) nomor 3 vol.vi th. 1995, gerakan pembaruan Islam dalam literatur hadits disebut tajdid. Istilah tersebut kemudian muncul dalam berbagai istilah yang dipandang memiliki relevansi makna dengan pembaruan, yaitu modernisme, reformisme, puritanisme, revivalisme, dan fundamentalisme. Di samping kata tajdid, ada istilah lain dalam kosa kata Islam tentang kebangkitan atau pembaruan, yaitu kata islah. Kata tajdid biasa diterjemahkan sebagai pembaharuan, dan islah sebagai perubahan. Kedua kata tersebut secara bersama-sama mencerminkan suatu tradisi yang berlanjut, yaitu suatu upaya menghidupkan kembali keimanan Islam beserta praktek-prakteknya dalam komunitas kaum muslimin. Perubahan dari taqlid (ketaatan pada sesuatu tanpa pengetahuan apapun tentang hal tersebut) kepada ijtihad merupakan akar pemikiran Islam tersebut. Akar pemikiran itu lalu menjalar kepada pemikiran aplikatif dalam kehidupan modern (Voll, John O. dalam John L. Esposito (ed.), 1987: 21-23). Haidar Bagir dalam tulisannya Dua Bentuk Respon dalam Pembaruan Islam di jurnal Ulumul Qur an (Jurnal ILmu dan Kebudayaan) No. 3 Vol.IV Th. 1993, mengemukakan pemikiran Muhammad Iqbal, salah satu pemikir Islam abad ke-20, bahwa: 4

karena sifat sejarah dan kehidupan yang progresif-revolusioner itulah maka ijtihad menjadi suatu keharusan. Ijtihad, dalam konteks ini, berupa upaya intensif dan terus menerus untuk mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang dilahirkan oleh sifat progresif sejarah dan evolusi kehidupan. Kehadiran Nurcholish Madjid (yang dikenal pula dengan panggilan Cak Nur), di satu sisi mampu mendobrak tatanan baru pola pemikiran Islam dengan menghadirkan suasana baru ketika berhadapan dengan teks-teks Islam. Dan di sisi lainnya secara genial ia mampu memadukan gagasan-gagasan yang ada dalam berbagai tradisi yang berbeda (Barton, 1999:71). Pada tanggal 3 Januari 1970 di Gedung Pertemuan Islamic Research Centre, pidato Nurcholish Madjid yang berjudul Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, menimbulkan berbagai respon yang menandai dimulainya diskursus mengenai pembaruan pemikiran Islam. Wacana tersebut menjadi bahan diskusi dan pembahasan yang banyak dipublikasikan di beberapa media cetak. Respon yang paling besar terhadap isi pidato Nurcholish tersebut, ditujukan pada penggunaan istilah sekularisasi yang dianjurkan sebagai salah satu bentuk liberalisasi atau pembebasan terhadap pandangan-pandangan keliru yang telah mapan dalam masyarakat muslim Indonesia. Dalam pidatonya itu, Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa : Sekularisasi tidaklah dimaksudkan sebagai penerangan sekularisme, sebab sekularisme adalah nama sebuah ideologi, sebuah pandangan dunia tertutup yang baru yang berfungsi sangat mirip dengan agama. Dalam hal ini, yang dimaksudkan ialah setiap bentuk perkembangan yang membebaskan. Proses pembebasan ini diperlukan karena umat Islam, akibat perjalanan sejarahnya sendiri, tidak sanggup lagi membedakan nilai-nilai yang disangkanya Islamis itu, mana yang transendental dan mana yang temporal. 5

H. M. Rasjidi (dalam Syamsuddin, 2004: 66) yang memperlihatkan kritiknya terhadap tiga buah ceramah dan tulisan Nurcholish Madjid setelah pidato tersebut, dalam bukunya Koreksi terhadap Drs. Nurcholis Madjid tentang Sekulerisme, menyimpulkan bahwa Nurcholish Madjid telah mendakwa orangorang yang melakukan dakwah Islam sebagai orang-orang apologetik, serta mendudukan dirinya dalam kedudukan pembaru. Kajian yang dilakukan Muhammad Kamal Hassan (Barton, 1999: 28-32), dalam bukunya Muslim Intellectual Responses to New Order Modernization in Indonesia, bahkan membedakan pemikiran Nurcholish Madjid sebelum tahun 1970 yang dinilai mencerminkan pandangan Muslim idealis, dengan pemikiran Nurcholish Madjid setelah mengemukakan pidato tersebut. Berbagai opini dan kajian atas pemikiran-pemikiran setelah pidato Nurcholish tahun 1970, memunculkan tanggapan yang pro dan kontra terhadap Nurcholish Madjid. Dengan mencoba mengkajinya secara historis dari segi landasan/ dasar pemikirannya hingga perkembangan pemikirannya, peneliti tertarik untuk mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid dalam pembaruan pemikiran Islam, terutama mengenai konsep sekularisasi di dalam skripsi ini. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid, peneliti mencoba untuk menguraikan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi dalam perkembangannya secara historis. Penelitian ini tidak hanya bermaksud untuk menafsirkan latar belakang pemikiran Nurcholish Madjid serta memetakan tipologi dari pemikirannya dalam 6

suatu tipe pemikiran tertentu, akan tetapi penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan perkembangan/ perubahan dari pemikiran Nurcholish Madjid. Sebelum penelitian ini, terdapat skripsi yang membahas juga pemikiran Nurcholish Madjid. Judulnya yaitu Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Pluralisme Agama (1970-2005). Skripsi tersebut ditulis pada tahun 2007 oleh sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Ahmad Abdul Wahab. Kajiannya menekankan pada pemikiran Nurcholish Madjid mengenai Pluralisme. Perspektif pemikiran Nurcholish Madjid yang dikaji dalam skripsi tersebut menekankan pada kebebasan beragama, khususnya toleransi agama Islam terhadap agama-agama lain. Penulis skripsi tersebut menafsirkan perspektif pemikiran Nurcholish Madjid yang memandang pluralisme agama dapat menyelaraskan interaksi antar umat beragama. Berbeda dengan penelitian skripsi ini, peneliti memfokuskan perspektif pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi dalam pembaruan pemikiran Islam. Hal tersebut berkaitan dengan perpektif pemikiran Nurcholish Madjid dalam menyelaraskan kehidupan umat Islam sendiri, bukan dalam kaitannya dengan agama lain. Ahmad Abdul Wahab mengkaji sudut pandang Nurcholish mengenai Islam secara inklusif, bukan secara eksklusif. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada perspektif Nurcholish Madjid mengenai Islam secara eksklusif. Berkaitan dengan tiga hal utama yang dikemukakannya sebagai pembaruan pemikiran Islam yaitu sekularisasi, kebebasan intelektual, dan sikap terbuka, peneliti memfokuskan pada pengkajian tentang sekularisasi. Walaupun 7

berkaitan, berbeda dengan skripsi Wahab yang menekankan pada pengkajian tentang sikap terbuka umat Islam Indonesia. Kajian dalam penelitian ini berusaha menggambarkan adanya perubahan/ perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi sejak tahun 1970 hingga wafatnya beliau tahun 2005, sehingga diskursus intelektual mengenai pembaruan pemikiran Islam akan dapat ditinjau dengan lebih objektif. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas yang melatarbelakangi penelitian ini, peneliti bermaksud mengkajinya dalam skripsi yang berjudul Sekularisasi Dalam Pembaruan Pemikiran Islam : Kajian Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid (1970-2005). B. Rumusan Masalah Permasalahan pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi dalam pembaruan pemikiran Islam (1970-2005)?. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar pembahasannya lebih terarah pada permasalahan pokok tersebut di atas, maka penulis menyusun rumusan masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang pemikiran Nurcholish Madjid mengenai pembaruan pemikiran Islam? 2. Bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi? 3. Bagaimana perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi (1970-2005)? 8

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan skripsi yang berjudul Sekularisasi Dalam Pembaruan Pemikiran Islam : Kajian Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid (1970-2005) ini adalah sebagai berikut : 1. Menguraikan latar belakang pemikiran Nurcholish Madjid yang mengakibatkan munculnya gagasan pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Hal tersebut mencakup latar belakang kehidupan Nurcholish Madjid, berupa gambaran kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang mempengaruhi kehidupan Nurcholish Madjid hingga mengemukakan gagasan pembaruan pemikiran Islam. 2. Menguraikan penafsiran peneliti terhadap pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi, dengan memfokuskan pada dasar pemikiran dan analisis dari segi teoritis dan praktis. 3. Menguraikan perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi dalam pembaruan pemikiran Islam sejak tahun 1970 hingga wafatnya beliau tahun 2005. D. Metode Dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Menurut kamus The New Lexicon Webster s Dictionary of the English Languange dalam buku Helius Sjamsuddin, yang dimaksud dengan metode ialah suatu cara untuk berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan 9

sesuatu; keteraturan dalam berbuat, berencana, dan lain-lain; suatu susunan atau sistem yang teratur (2007: 13). Sehingga metode yang merupakan suatu prosedur, proses atau cara yang sistematis, sangat diperlukan bagi penyelidikan untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang ditelitinya. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini digunakan metode sejarah. Karena skripsi ini merupakan penulisan yang berhubungan dengan permasalahan dalam sejarah, khususnya sejarah pemikiran/intelektual. Tujuan penggunaan metode sejarah adalah untuk memperoleh hasil penelitian berupa rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif hingga tingkat yang dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat enam langkah yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut : a. Memilih suatu topik yang sesuai, b. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, c. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung, d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber), e. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya, f. Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat 10

dimengerti sejelas mungkin (Wood Gray, et.al. dalam Helius Sjamsuddin, 2007: 89-90). Dari enam langkah penelitian tersebut, metode sejarah secara umum terbagi menjadi empat tahap, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik (eksternal dan internal), interpretasi, dan historiografi. a. Dalam Carrard dan Gee Cf (Sjamsuddin, Helius, 2007: 86), dijelaskan bahwa langkah awal penelitian sejarah yaitu apa yang disebut heuristik (heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Heuristik juga merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk merumuskan atau menghimpun sumber, data dan informasi mengenai masalah yang diangkat, baik tertulis maupun tidak tertulis (dokumen dan artefak) yang disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan ditulis (Kuntowijiyo, 1995: 94). Tahapan ini ditandai dengan dilakukannya proses penelusuran, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber-sumber sejarah dapat diklasifikasikan dengan beberapa macam cara misalnya, sumber lisan atau sumber tertulis. Dalam hal ini proses heuristik yang dilakukan oleh penulis adalah dengan mencari sumber-sumber tertulis yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber penelitian ini. b. Kritik atau tahapan verifikasi, yaitu tahapan atau kegiatan meneliti dan menyeleksi sumber, informasi, jejak secara kritis. Setiap sumber 11

memiliki dua aspek yaitu ekstern dan intern. Kritik intern merupakan proses penyeleksian data dengan menyelidiki kredibilitas sumber atau kebiasaan yang dipercayai, sedangkan kritik ekstern menyelidiki otentisitas sumber atau keaslian sumber (Kuntowijoyo, 1995: 99). Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang telah dikumpulkan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. c. Interpretasi (penafsiran) terhadap data tersebut. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subyektifitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai penafsiran terhadap data yang terkumpul setelah dilakukan penyeleksian atau pengujian sumber (kritik sumber). Tahap ini dapat dilakukan melalui historical thinking, dimana penulis berusaha memahami lebih dalam sebuah peristiwa sejarah dengan memposisikan diri sebagai pelaku sehingga seolah-olah dapat menghidupkan kembali peristiwa sejarah tersebut (Kuntowijoyo, 1995: 100). d. Langkah selanjutnya yaitu penulisan sejarah. Historiografi yaitu suatu proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah (Tn.2007: 2). Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan 12

kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan yang utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156). Historiografi adalah tahapan terakhir dalam sebuah penelitian sejarah yang merupakan suatu kegiatan penulisan dan proses penyusunan hasil penelitian. 2. Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi literatur/studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari data-data atau catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari buku-buku, artikel-artikel, dan majalah yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Dalam bab pertama dipaparkan gambaran dasar penelitian yang meliputi latar belakang masalah penelitian yang menjadi alasan penulis tertarik melakukan penelitian sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan masalah yang diuraikan 13

dalam beberapa pertanyaan yang ingin dipecahkan dalam penelitian, tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, metode penulisan serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab II Tinjauan Pustaka Bab kedua berisi pemaparan tinjauan pustaka yang dilakukan penulis dari beberapa sumber literatur untuk membantu menganalisis dan menguraikan permasalahan skripsi. Dalam bab ini diuraikan penjelasan mengenai literatureliteratur yang berkaitan dengan bahan penelitian yang dilakukan. Bab III Metodologi Penelitian Bab ketiga berisi penjelasan tentang langkah-langkah penelitian yang dilakukan selama proses penulisan dan penyusunan skripsi. Adapun rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti dimulai dari tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga pelaporan hasil dari penelitian. Bab IV Pembahasan Dalam bab keempat berisi uraian penjelasan dan analisis mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh penulis sebagai hasil dari penelitian. Dalam bab ini dipaparkan semua hasil penelitian dalam bentuk naratif agar dapat menjelaskan seluruh interpretasi analitis penulis. Adapun pembahasan yang akan dipaparkan dalam bab ini yaitu mengenai latar belakang pemikiran Nurcholish Madjid, mencakup gambaran kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang mempengaruhi pemikiran Nurcholish Madjid. Di dalam bab keempat juga dipaparkan mengenai perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai pembaruan pemikiran Islam sejak tahun 14

1970 hingga wafatnya beliau tahun 2005. Selanjutnya, pembahasan akan difokuskan pada penafsiran penulis terhadap pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi, dengan memfokuskan pada dasar pemikirannya dan analisis mengenai sekularisasi dari segi teoritis dan praktisnya. Dalam pembahasan terakhir, penulis akan memaparkan perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi, yang menggambarkan penafsiran penulis terhadap perkembangan gagasan sekularisasi dalam tulisan-tulisan beliau. Dalam bab ini, akan dijelaskan seluruh jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam rumusan masalah. Bab V Kesimpulan Bab kelima berisi kesimpulan dari seluruh jawaban atas permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi. Dalam bab ini, penulis menguraikan interpretasi atas hasil penelitian yang dilakukan dan analisis atas seluruh permasalahan yang telah dibahas. 15