PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN LASSWEL COMUNICATION MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN LASSWEL COMUNICATION MODEL 2013/2014 ) Naskah Publikasi

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

NUNUNG ROSSILVIA HELIYANA A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Naskah Publikasi. Diajukan Oleh : RIYANA HARI RAHAYU A PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan terpenting

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK (PTK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

*Keperluan korespondensi, HP: ,

OPTIMALISASI STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

Mega Astuti Sutaryono 1), Rita P. Khotimah 2) 1),2) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci: pemecahan masalah; PISA; Problem Based Learning

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika.

QUICK ON. Disusun Oleh:

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (PTK

LINA PUTRI NANDA SARI A.510

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Oleh: ABDUL AZIS NASRUDIN ARSYAD A

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PTK Pada Siswa Kelas VIII C Semester Gasal SMP Negeri 23 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014) Naskah Publikasi. Diajukan Oleh :

Keperluan korespondensi, HP: ,

PROSIDING ISSN:

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

(PTK Siswa Kelas VII Semester II di SMP N 2 Banyudono Boyolali)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY INQUIRY TYPE PICTORIAL RIDDLE

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENINGKATANN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE MAKE

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

JURNAL. Dibimbing oleh : 1. Aan Nurfahrudianto, M.Pd. 2. Bambang Agus Sulistyono, M.Si. OLEH : MOH. FADLAN AMIN NPM:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PENALARANMATEMATIKA MELALUI STRATEGITHINK PAIR SHARE BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci: pemahaman konsep, disposisi matematis, pembelajaran matematika, treffinger.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN

Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LOGARITMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

JURNAL PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SRI SUDARMI A54A100076

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI STRATEGI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VII A SEMESTER GASAL SMP PANCASILA 13 PARANGGUPITO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BOJONGSARI TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FRANSISKA YUSMITA P.A.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

Ervina Yulias Veva Universitas Sebelas Maret Abstrak

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) POKOK BAHASAN SEGI EMPAT

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SIMO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENERAPAN STRATEGI PEER LESSON UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN DAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI TKJ2

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 PLARANGAN

Transkripsi:

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN LASSWEL COMUNICATION MODEL Atikha Nur Khoidah Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika UNS Tikamanswe@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan penerapan Lasswel Communication Model pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, tes, catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi yang meliputi triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan triangulasi pengamat. Teknik analisis data dengan reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan Lasswel Communication Model dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa kelas VIIIC MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut : (1) siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar dari kondisi awal 20,58% siklus I 52,94% dan siklus II menjadi 82,35% (2) siswa menerapkan konsep secara tepat menunjukkan peningkatan dari kondisi awal 29,41% siklus I 50% dan siklus II 91,17%. (3) siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar menunjukkan peningkatan dari kondisi awal 8,82% siklus I 32,35% siklus II menjadi 70,58%. (4) siswa membuat kesimpulan dengan benar menunjukkan peningkatan dari kondisi awal 14,7% siklus I 50% siklus II menjadi 76,47%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan Lasswel Communication Model dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa kelas VIIIC MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014. Kata Kunci: Lasswel Communication Model; pemahaman konsep 1. PENDAHULUAN Pelajaran matematika sering menjadi momok bagi para siswa. Kesulitan yang harus dihadapi dengan berbagai penggunaan logika dan rumus dalam menyelesaikan soal merupakan kendala dan permasalahan besar. Dalam belajar matematika yang harus diingat adalah bahwa belajar matematika berarti memahami konsep untuk setiap soal yang dihadirkan. Meskipun dalam matematika ada rumus yang harus dihafal, namun inti dari pelajaran matematika adalah pemahaman. Seberapa hebat seseorang dalam menghafal berbagai rumus matematika, kurang bermanfaat jika konsep dasarnya tidak difahami. Pemahaman konsep menjadi modal utama dalam menguasai pelajaran matematika karena setiap materi dalam pelajaran matematika selalu berkaitan jadi agar lebih mudah dalam memahami materi selanjutnya diperlukan pemahaman konsep matematika, dengan pemahaman konsep Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 562

matematika siswa akan lebih mudah dalam mempelajari materi selanjutnya dan mudah dalam menyelesaikan berbagai macam soal matematika. Setelah peneliti melakukan observasi pendahuluan, kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas VIIIC MTs Negeri 1 Surakarta ditemukan permasalahan yaitu masih banyak siswa yang kurang pemahaman konsepnya terhadap pembelajaran matematika. Berkaitan dengan keadaan tersebut ditemukan keragaman masalah siswa kelas VIIIC MTs Negeri 1 Surakarta antara lain (1) siswa dalam menjawab pertanyaan guru dengan benar (20,58%), (2) siswa dalam menerapkan konsep secara tepat (29,41%), (3) kemampuan siswa dalam menanggapi jawaban siswa lain dengan benar (8,82%), (4) kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan dengan benar (14,70%). Akar penyebab dari rendahnya pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor penyebabnya bisa berasal dari guru, siswa, lingkungan, dan atau sarana prasarana (strategi pembelajaran). Dominasi guru dalam kelas menyebabkan siswa menjadi pasif karena siswa kurang dapat mengemukakan pendapat bahkan malu untuk menanyakan materi yang belum difahaminya. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat berakibat pada rendahnya pemahaman konsep matematika siswa. Strategi pembelajaran sangat penting digunakan oleh guru dalam mengajar karena dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Menurut Iwayan (2006:142) pemahaman konsep matematika adalah kompetensi yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti isi dari suatu materi dan kompetensi dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pengajaran matematika disekolah perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran matematika. Tugas seorang guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran saja, tetapi guru harus dapat menanamkan pemahaman konsep kepada siswa dan diharapkan pengetahuan itu dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, dalam pembelajaran matematika harus digunakan variasi model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang dianggap sesuai yaitu penerapan Lasswell Communication Model. Per Flansburg (2009) yang berjudul An Enhanced Communication Model. Hasil dari penelitian ini adalah model Lasswel sejauh ini sudah cukup tua, tetapi model ini diakui baik. Perbedaan utama yang dirasakan adalah focus pada apa yang dikomunikasikan dan pada proses komunikasi. Penerima memiliki peran besar, tetapi pengirim memiliki beberapa tanggung jawab untuk menemukan bentuk yang sesuai, struktur dan konteks untuk menyampaikan pesan agar pesan tersebut mudah untuk difahami. Lasswel Communication Model adalah bagaimana komunikasi terjadi dalam proses pembelajaran, sesuai yang diungkapkan dalam model ini, yaitu who says what in which channel to whom with what effect, yang artinya siapa mengatakan apa dengan medium apa kepada siapa dengan Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 563

pengaruh apa. Melalui penerapan ini siswa diharapkan mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Oleh karena itu, siswa lebih mudah dalam menyelesaikan berbagai macam soal matematika. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan Lasswell Communication Model, dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan di kelas VIIIC MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian 34 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan april 2014 Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah observasi, tes, catatan lapangan, dokumentasi dan wawancara. Validitas dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data yang meliputi triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi pengamat. Triangulasi sumber data yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk triangulasi pengamat yaitu adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai harapan agar terjadi adanya perubahan yang lebih baik dalam pembelajaran matematika. Adapun indikator pemahaman konsep menurut Kilpatrick, dkk (Afrilianto, 2012) antara lain: dapat mengidentifikasi dan menerapkan konsep secara algoritma, dapat membandingkan, membedakan, dapat memberikan contoh dan contoh kontra dari suatu konsep, dapat mengintegrasikan konsep dan prinsip yang saling berhubungan. Prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan berupa tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara umum pelaksanaan dilaksanakan dalam dua siklus. Pada perencanaan tindakan dilakukan pengkajian silabus, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, media, menyusun lembar pengamatan, dan lembar evaluasi. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan adalah kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Langkah-langkah pembelajaran dengan model Lasswel Communication Model yaitu 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) guru melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa, 3) guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari, 4) guru membentuk kelompok yang Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 564

No beranggotakan 4-5 siswa, 5) guru membagikan alat peraga, 6) tiap wakil kelompok mmepresentasikan hasil yang didapat, 7) guru mengkorfirmasi jawaban yang diberikan dan menegaskan jawaban yang benar, 8) guru mmeberikan penguatan materi terhadap hasil kesimpulan dengan power point, 9) setiap siswa membuat kesimpulan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut, pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, indikator siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar sebanyak 7 siswa (20,58%), menerapkan konsep secara tepat sebanyak 10 siswa (29,41%), siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar sebanyak 3 siswa (8,82%) dan siswa membuat kesimpulan dengan benar sebanyak 5 siswa (14,7%). Presentase ini menunjukkan bahwa siswa masih rendah pemahaman konsepnya dalam proses pembelajaran matematika. Berdasarkan tindakan kelas siklus I, pemahaman konsep matematika meningkat dengan indikator siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar menjadi 18 siswa (52,94%), siswa menerapkan konsep secara tepat sebanyak 17 siswa (50%), siswa menjawab pertanyaan siswa lain dengan benar sebanyak 11 siswa (32,35%), dan siswa membuat kesimpulan sebanyak 17 siswa (50%). Hal ini dapat dikatakan meningkat dikarenakan adanya penerapan Lasswel Communication Model dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung lebih memahami konsep dan siswa juga merasa lebih senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi, peningkatan pada siklus I belum sesuai dengan indikator pencapaian sehingga diadakannya siklus II untuk mencapai indikator pencapaian. Pada siklus II didapatkan hasil dengan indikator siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar sebanyak 28 siswa (82,35%), siswa menerapkan konsep secara tepat sebanyak 31 siswa (91,17%), siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar sebanyak 24 siswa (70,58%), dan siswa membuat kesimpulan dengan benar sebanyak 26 siswa (76,47%). Hal ini dapat dikatakan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dengan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga pada siklus II dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator pencapaian. Hasil di atas dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini: Tabel 1 Data Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Indikator Sebelum Pencapaian Tindakan Tindakan Keaktifan Tindakan Indikator Siklus I Siklus II 7 siswa 58,82% 18 siswa 28 siswa (20,58%) (52,94%) (82,35%) 1. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar 2. Siswa menerapkan konsep secara tepat 10 siswa (29,41%) 67,64% 17 siswa (50%) 31 siswa (91,17%) Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 565

Banyaknya Siswa PROSIDING ISSN: 2502-6526 3. Siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar 4. Siswa membuat kesimpulan 3 siswa (8,82 %) 5 siswa (14,7%) 52,94% 11 siswa (32,35%) 58,82 % 17 siswa (50%) 24 siswa (70,58%) 26 siswa (76,47) dengan benar Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pemahaman konsep matematika dengan berbagai indikator dapat dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terjadi karena siswa semakin lama semakin terbiasa dalam penerapan Lasswel Communication Model pada saat pembelajaran di kelas. Pada siklus II siswa yang pemahaman konsepnya mengalami peningkatan dikarenakan siswa merasa lebih menyenangkan dengan adanya penerapan strategi pembelajaran yang baru ini. Adapun grafik peningkatan pemahaman konsep matematika sebelum tindakan sampai siklus II dapat ditunjukkan dalam gambar 1 berikut: Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 29.41% 20.58% 14.70% 8.82% 50% 52.94% 32.35% sebelum siklus I siklus II siklus Tindakan 91.17% 82.35% 76.47% 70.58% siswa menjawab pertanyaan guru siswa menerapkan konsep secara tepat siswa menanggapi jawaban siswa lain siswa membuat kesimpulan Gambar 1 Peningkatan pemahaman konsep Pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar sebanyak 7 siswa (20,58%). Dalam hal ini, siswa masih merasa canggung dan enggan untuk menjawab pertanyaan guru, karena siswa kurang percaya diri dengan jawabannya, selain itu guru kurang memberi motivasi kepada siswa agar bisa mengutarakan jawabannya, jadi Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 566

siswa merasa kaku dan takut untuk menjawab pertanyaan guru dengan benar. Berdasarkan tindakan siklus I, siswa bertanya kepada guru dengan benar mengalami peningkatan. Siswa yang bertanya kepada guru dengan benar sebanyak 18 siswa (52,94%), hal ini di dorong adanya penerapan Lasswel Communication Model pada proses pembelajaran. Dapat dilihat bahwasannya dalam penerapan strategi ini pemahaman konsep siswa dapat meningkat, akan tetapi belum sesuai dengan indikator pencapaian. Pada tindakan siklus II, siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar sebanyak 28 siswa (82,35%). Peningkatan yang signifikan ini, dapat diketahui bahwasanya penerapan Lasswel Communication Model telah berhasil diterapkan pada siswa. Pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan, siswa yang menerapkan konsep secara tepat sebanyak 10 siswa (29,41%). Pada saat siswa diberi soal mandiri hanya beberapa saja siswa yang nilainya mencapai KKM (>75), disebabkan karena siswa kurang memahami konsep yang telah dipelajarinya. Berdasarkan tindakan siklus I, siswa menerapkan konsep secara tepat mengalami peningkatan yaitu sebanyak 17 siswa (50%), dengan adanya penerapan Lasswel Communication Model siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan pada indikator menerapkan konsep secara tepat, yang pada kondisi awalnya siswa masih sedikit yang menerapkan konsep secara tepat. Pada siklus II, siswa yang menerapkan konsep secara tepat sebanyak 31 siswa (91,17%). Peningkatan pada indikator ini dapat dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan dengan adanya penerpan Lasswel Communication Model. Pada kondisi awal sebelum tindakan, siswa yang menanggapi jawaban siswa lain dengan benar sebanyak 3 siswa (8,82%). Keberanian menanggapi jawaban siswa lain dengan benar bukanlah hal yang mudah, karena siswa selain harus mengetahui jawaban yang benar, siswa juga dituntut untuk bisa menjelaskan hasil jawabannya yang benar kepada teman-teman yang lain. Berdasarkan tindakan siklus I, siswa yang menanggapi jawaban siswa lain dengan benar sebanyak 11 siswa (32,35%), pada siklus I ini siswa masih malu dan takut untuk menanggapi jawaban siswa lain dan menjelaskan kepada teman temannya. Guru dengan peneliti juga harus memotivasi siswa pada siklus II untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika pada indikator siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar. Pada siklus II, siswa yang menanggapi jawaban siswa lain dengan benar sebanyak 24 siswa (70,58%). Hal ini terlihat jelas dengan adanya penerapan Lasswel Communication Model ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan indikator siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar. Pada kondisi awal sebelum tindakan, siswa membuat kesimpulan dengan benar ( presentasi) sebanyak 5 siswa (14,7%). Keberanian presentasi di depan kelas bukanlah hal yang mudah, karena siswa selain harus bisa menjawab pertanyaan, siswa juga dituntut untuk bisa menjelaskan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Berdasarkan tindakan siklus I, siswa Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 567

yang berani presentasi di depan kelas sebanyak 17 siswa (50%), pada siklus I ini siswa masih malu dan takut untuk presentasi di depan kelas dengan berperan sebagai guru dan menjelaskan kepada teman temannya. Guru dengan peneliti juga harus memotivasi siswa pada siklus II untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada indikator siswa membuat kesimpulan dengan benar (presentasi). Pada siklus II, siswa yang berani presentasi di depan kelas sebanyak 26 siswa (76,47%). Hal ini terlihat jelas dengan adanya penerapan Lasswel Communication Model ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan indikator siswa membuat kesimpulan dengan benar. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kimberly Hirschfeld dan Cotton Oshkosh (2009) menyimpulkan bahwa dengan menantang siswa untuk berkomunikasi matematika baik secara lisan maupun tertulis dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika. Tingkat pemahaman yang dalam dapat membuat siswa untuk membuat keputusan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Kadir Tiya, dkk (2012) menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi hasil belajarnya daripada hasil belajar siswa yang melalui kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Per Flansburg (2009) menyimpulkan model Lasswel sejauh ini sudah cukup tua, tetapi model ini diakui baik. Perbedaan utama yang dirasakan adalah focus pada apa yang dikomunikasikan dan pada proses komunikasi. 4. SIMPULAN Penerapan Lasswel Communication Model dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari tercapainya indikator-indikator pemahaman konsep matematika sebagai berikut 1) siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar dari 20,58% sebelum tindakan menjadi 82,35% pada akhir tindakan, 2) siswa menerapkan konsep secara tepat dari 29,41% sebelum tindakan menjadi 91,17% pada akhir tindakan, 3) siswa menanggapi jawaban siswa lain dengan benar dari 8,82% sebelum tindakan menjadi 70,58% pada akhir tindakan, dan 4) siswa membuat kesimpulan dengan benar dari 14,7% sebelum tindakan menjadi 76,47% pada akhir tindakan. 5. DAFTAR PUSTAKA Flansburg, Per. 2009. An Enhanced Communication Model. The International Journal Of Digital Accounting Research. Vol 9 2009 pp 31-43 Hirschfeld, Kimberly dan Cotton. 2009. Mathematical Communication, Conceptual Understanding and Student s Attitudes Toward Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 568

Mathematic. In Partial Fulfillment Of The MAT Degre Department Of Mathematics University Of Nebraska-Lincoln Iwayan, A dkk. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP-TK-SD-SMP- SMA-SMK-MI-MTs-MA-MAK. Jakarta: Bp Cipta Jaya Tiya, Kadir dkk. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar melalui Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 3 no 2 2012 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 569