BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk sadar mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran kelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengupayakan pembangunan nasional di berbagai bidang, salah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab (Pasal 3, Undang-undang nomor 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang dasar tahun

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faris Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penuh perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni (IPTEKS).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Pentingnya pendidikan, baik bersifat formal maupun non formal, disadari sepenuhnya oleh pemerintah. Mencetak sumber daya manusia berkualitas dan berwawasan internasional haruslah menjadi tujuan utama pendidikan di Indonesia. Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II pada pasal 3 menyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pada konteks penyelenggaraan ini, guru merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. 1

2 Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampak belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran praktikum. Berdasarkan pengamatan dilapangan, proses pembelajaran disekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Pada saat penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya, dengan demikian suasana pembelajaran menjadi kurang bermakna, sebagai proses pendidikan. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Proses kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator di dalamnya agar suasana belajar lebih hidup, terutama pembelajaran praktek di workshop.

3 Pada pembelajaran pengelasan asitilin merupakan cara pengelasan dengan menggunakan energi panas yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar gas asitilin dengan oksigen, sehingga menimbulkan suhu tinggi yang dapat mencairkan logam induk dan kawat las. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relevan (Djamarah dan Zain, 1996: 7). Faktor model pembelajaran mempunyai peran yang besar dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran pada kompetensi mengelas dengan proses las oksigen-asetilin adalah salah satu mata pelajaran produktif siswa kelas X SMKN 4 Bengkulu Selatan yang membahas mengenai pengetahuan dasar memahami macam-macan nyala api las, macam-macam las, macam-macam sambungan las rigi dan macam-macam sambungan las v terbuka. Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di SMKN 4 Bengkulu Selatan (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/2003) bahwa dalam pembelajaran mata pelajaran produktif, siswa dikatakan telah berkompeten atau lulus jika mendapat nilai KKM 70-100. Kenyataan, dalam kompetensi mengelas dengan proses las oksigen-asitilin siswa belum mampu mencapai kriteria hasil pembelajaran tuntas tersebut. Nilai KKM Sekitar ± 40 % saja siswa dikatakan lulus dengan kriteria baik. Hal tersebut tampak dari nilai harian siswa ketika peneliti melakukan PLP di SMKN 4 Bengkulu Selatan sebagai yang tertera pada tabel 1.1. berikut:

4 Tabel 1.1. Nilai Pada Kompetensi Mengelas dengan Proses Las Oksigen-Asitilin Siswa Kelas X TP di SMKN 4 Bengkulu Selatan o. Nilai Keterangan Frekuensi Prosentase (%) 1 90-100 Lulus amat baik 2 6,67 2 80-89 Lulus baik 4 13.33 3 70 79 Lulus cukup 6 20 4 0<70 Belum lulus 18 60 Jumlah 30 100 (Sumber: Hasil pada pelaksanaan PLP tahun 2009) Melihat data di atas jelas hasil belajar pada standar kompetensi mengelas dengan proses las oksigen-asitilin sangat kurang. Berdasarkan pengalaman yang dilakukan penulis di SMKN 4 Bengkulu Selatan. Hal-hal yang terkait dari permasalahan di atas, pada mata pelajaran teknik pengelasan las oksigen asitilin sebenarnya guru telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya, misalnya mengenali siswa dan membantu siswa yang kurang aktif, dalam hal ini guru harus menyelidiki penyebab siswa kurang terlibat dalam melakukan pengelasan untuk menanganinya supaya siswa terampil dalam melakukan pengelasan las oksigen-asitilin. Kesimpulan permasalahan di atas adalah kurangnya aktivitas belajar siswa dalam mengemukakan pendapat terutama menanyakan materi yang kurang dimengerti kepada guru. Untuk melihat hasil yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing pada mata pelajaran teknik pengelasan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar mandiri siswa pada standar kompetensi melaksanakan prosedur pengelasan.

5 B. Indentifikasi Masalah Suatu penelitian dapat dilaksanakan setelah jelas masalahnya. Permasalahan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa masalah yang saling berkaitan, maka untuk memperjelas permasalahan penelitian penulis mengindentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cendrung monoton sehingga siswa kurang aktif dan kurang terbiasa belajar mandiri. 2. Pembelajaran dikelas masih terpokus pada guru, sehingga guru lebih mendominasi dalam pembelajaran. 3. Aktivitas belajar siswa di ruang praktek kurang memenuhi standar kompetensi yang di ungkapkan dalam kurikulum. 4. Fasilitas yang terdapat disekolah tidak memenuhi standar kurikulum. 5. Model pembelajaran yang di kembangkan oleh guru masih konvensional. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang dicapai, maka peneliti membatasi aspek-aspek masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing yang digunakan adalah model pembelajaran berkelompok. 2. Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah memahami macammacam nyala api las, macam-macam las, macam-macam sambungan las v, macam-macam sambungan las. Adapun praktek pengelasan yang dilakukan

6 adalah mengelas dengan proses las asitilin. 3. Dasar ketercapaian pokok bahasan pembelajaran pengelasan dibatasi pada ranah aspek afektif, aspek psikomotor (level kemampuan menerima, level menanggapi, level menilai, level mengelola dan level menghayati yang ditinjau dari hasil observasi). 4. Fasilitas pembelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar perubahan aktivitas belajar siswa tiap siklusnya pada pokok bahasan memahami macam-macam nyala api las asitilin. Agar penelitian ini lebih terarah, maka secara operasional permasalahan dalam penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian: 1. Seberapa besar tingkat Aktivitas belajar siswa disesuaikan dengan level afektif, psikomotor yang diukur pada tiap siklusnya. 2. Bagaimana keaktifan siswa dalam belajar pengelasan dengan menggunakan model pelatihan tingkat respon terbimbing. 3. Bagaimana sebaran hasil belajar yang diperoleh siswa pada pelaksanaan pelatihan tingkat respon terbimbing untuk bidang studi Mengelas dengan proses las oksigen-asitilin.

7 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilaksanakan, oleh karena itu rumusan tujuan harus konsisten dengan rumusan masalah dan harus mencerminkan proses penelitiannya. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing, baik diruang teori maupun praktek. 2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar tiap siklusnya pada pokok bahasan memahami macam-macam nyala api las asitilin dengan menggunakan model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing. 3. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran prosedur pengelasan pada saat diterapkannya model pembelajaran tingkat respon terbimbing. F. Manfaat Penelitian Penelitian terhadap penerapan model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing ini, diharapkan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran pelatihan tingkat respon terbimbing pada mata pelajaran teknik pengelasan atau mata pembelajaran yang lain sebagai alternatif strategi pembelajaran.

8 2. Bagi siswa, penelitian ini memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru. 3. Bagi penulis, sebagai latihan berpikir ilmiah dalam memecahkan masalah proses pembelajaran yang efektif dan efisien khususnya pada mata pelajaran teknik pengelasan. G. Definisi Operasional Dalam rangka menghindari penafsiran yang kurang tepat dalam penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa definisi operasional yang digunakan : 1. Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk melatih siswa agar terampil dalam melakukan prosedur pengelasan las oksigen asitilin. 2. Aktifitas siswa diukur dengan cara observasi tentang kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa selama proses belajar berlangsung, sesuai dengan tujuan kompetensi pembelajaran. H. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bengkulu Selatan, Jl.Kedurang ilir No.13, Bengkulu Selatan. Profil SMK Negeri 4 Bengkulu Selatan adalah sebagai berikut : 1. Kepala sekolah : Rahijah,S.Pd 2. Wakil Kepala Sekolah : Yepi susiana,s.pd

9 Wakasek Bidang HUMAS Wakasek Bidang Kurikulum Wakasek Bidang Kesiswaan : Sugiyanto, S.Pd. : Debi Artiawan,S.Pd : Sri mulyani,s.pd Wakasek Bidang Sarana dan prasarana : Zulfarman, S.Pd Kepala Bengkel : Yanuar Doni,S.Pd 3. Keadaan guru Tenaga pengajar di SMKN 4 Bengkulu Selatan periode tahun pelajaran 2009-2010 berjumlah 16 orang dengan perincian sebagai berikut : Guru tetap sebanyak 8 orang Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 8 orang Semuanya terdiri dari : Guru Produktif, Guru Normatif dan guru Adaptif 4. Keadaan siswa Siswa SMKN 4 Bengkulu Selatan terbagi ke dalam tiga paket keahlian yang ada di SMK Negeri 4 Bengkulu Selatan. Adapun ketiga paket keahlian tersebut diantaranya : 1. Bidang Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Terdiri dari 3 kelas, yaitu : kelas 1 berjumlah satu kelas, kelas II berjumlah satu kelas dan kelas III berjumlah satu kelas. 2. Bidang Keahlian Teknik Pemesinan Terdiri dari 3 kelas, yaitu : kelas 1 berjumlah satu kelas, kelas II berjumlah satu kelas dan kelas III berjumlah satu kelas.

10 3. Bidang Keahlian Akuntansi Terdiri dari 3 kelas, yaitu : kelas 1 berjumlah satu kelas, kelas II berjumlah satu kelas dan kelas III berjumlah satu kelas. I. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan penelitian yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Identifikasi dan Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Lokasi Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, terdiri atas konsep pembelajaran standar kompetensi melakukan prosedur pengelasan, Penelitian Tindakan kelas. Bab III Metodologi Penelitian, membahas metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi metode penelitian, prosedur penelitian, kerangka pemecahan masalah penelitian tindakan kelas, teknik pengumpulan data. Bab IV Hasil Penelitian, membahas mengenai hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, berisikan kesimpulan dari penulis mengenai penelitian yang dilakukan serta berisikan saran-saran dari penulis bagi berbagai pihak yang bersangkutan.