BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik, guru

BAB I PENDAHULUAN. negara menjadi lebih baik. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan)

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DALAM PENILAIAN PRESTASI KERJA GURU

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SMPN 3 NGUNUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TELAAH KRITIS ATAS PENGATURAN ANGKA KREDIT PEMELIHARAAN BAGI WIDYAISWARA DAN KONSEKUENSINYA. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A.

BAB I PENDAHULUAN. dosen diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan. pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd.

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

MENUJU ASN YANG PROFESIONAL BERBASIS SISTEM MERIT MELALUI PENGUATAN JABATAN FUNGSIONAL

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK KABUPATEN KEDIRI

KENAIKAN JABATAN/PANGKAT GURU. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyumas 2017

Peraturan...

- 3 - Pasal Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

Peraturan...

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

448 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

PENYUSUNAN MODEL PTK *) (UNTUK MEMENUHI 12 POINT KENAIKAN PANGKAT KE IV-B)

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

Peningkatan profesionalisme pustakawan

KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel :

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

UNIVERSITI MALAYA FAKULTI PENDIDIKAN KUALA LUMPUR

BAB II PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PPAI) 1. Landasan Hukum Pengawas Pendidikan Agama Islam ( PPAI ) Penagawas Madrasah sebagai berikut : 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

HARAPAN, KENYATAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

RINCIAN KEGIATAN DAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

MENULIS SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN BUDAYA BACA DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN Haryani Pustakawan UPT Perpustakaan Undip

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

LAPORAN AKHIR IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA BAGI PEGAWAI NEGERI SIP

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah. KEWIRAUSAHAAN; Penanaman Jiwa Kewirausahaan

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Keywords: pengembangan keprofesian berkelanjutan, penelitian tindakan kelas

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas pekerjaan guru dan dosen yang semakin mantap. Sebagaimana pasal 14 dan 15 undang-undang tersebut menyatakan bahwa guru mempunyai hak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan tambahan lain yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. Seharusnya bagi guru pengakuan dan penghargaan tersebut harus dijawab dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru. Guru tidak selayaknya hanya bekerja sebagai kebiasaan saja seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dipertanggungjawabkan secara publik maupun akademik. Untuk itu guru harus memiliki landasan yang kuat dalam teoretik dan keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik maupun pembimbing peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik peserta didik, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang guru yang profesional, guru harus mampu membuat pengakuan keprofesionalannya yang didasarkan pada data sekaligus 1

2 teori akurat yang mendukung. Di samping itu guru juga harus dapat melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik semakin optimal dan disertai dengan kepuasan yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus dibekali dengan kemampuan untuk meneliti, khususnya yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukannya sehari-hari yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Dimana seorang guru dituntut selalu berusaha mengembangkan dirinya melalui penelitian yang dilakukan demi perbaikan kualitas mengajarnya. Selain itu, kebutuhan untuk melakukan penelitian tindakan kelas juga menjadi salah satu syarat penentu untuk dapat tidaknya seorang guru yang sudah berpangkat Penata Muda Tk.I (III/b) naik ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala BKN Nomor : 3/V/PB/2010 dan Nomor : 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, bahwa untuk kenaikan pangkat/jabatan lebih tinggi mulai dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda Tk.I, gol/ruang III/b yang akan naik jabatan/pangkat menjadi Guru Muda, Pangkat Penata, gol/ruang III/c angka kredit yang dipersyaratkan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inofatif, dan paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri. Bagi guru, menulis adalah bagian dari pengembangan profesi. Beragam karya tulis yang dapat dibuat. Misalnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK), diktat, modul, buku pelajaran, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, tinjauan ilmiah, artikel ilmiah untuk jurnal, dan artikel ilmiah populer di media massa, dan Buku Pedoman Guru. Dari beragam karya tulis tersebut di atas, yang menjadi

3 pilihan utama adalah PTK karena PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang secara langsung dapat dirasakan oleh guru. Manfaat dari PTK adalah di samping profesionalisme guru meningkat, juga berdampak terhadap peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hal yang menjadi kendala guru sulit untuk naik pangkat adalah kesulitan dalam menulis Karya Tulis Ilmiah dalam hal ini khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mengapa guru sulit menulis PTK? Karena guru belum terbiasa menulis, dan tidak menguasai cara menulis PTK yang baik serta tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menulis PTK. Mungkin saja seorang guru berkali-kali mengikuti kegiatan seminar, workshop, atau diklat penulisan PTK, tapi jika dia tidak mau mencoba menulis, maka pelatihan tersebut tidak akan banyak berdampak. Atau guru banyak memiliki atau membaca buku tentang pedoman penulisan PTK, tapi tidak pernah dipraktekkan. Hal ini hanya sebatas menjadi pengetahuan saja, kurang bermanfaat dalam menumbuhkan budaya menulis. Guru harus berani memulai menulis, walau pada saat awal mengalami kesulitan. Hal tersebut wajar, semuanya butuh proses dan guru harus tekun mengikuti proses tersebut. Diketahui menulis memang perlu kemampuan, tapi kemampuan bukanlah faktor utama, kemampuan bisa terus diasah melalui proses terus berlatih dan berlatih. Menurut penulis, modal paling utama dan paling penting adalah kemauan. Mau untuk terus belajar, mau menyisihkan waktu, mau membaca, dan mau mencoba lagi ketika gagal. Tanpa hal tersebut sulit bagi guru untuk mampu menulis. Guru adalah seorang tenaga akademis yang kehidupannya tidak bisa dipisahkan dari konsep-konsep akademis. Menulis adalah bagian dari dunia

4 akademisi. Oleh karena itu, seharusnya menulis menjadi hal yang biasa atau membudaya bagi guru dewasa ini. Tapi kenyataannya memang tidak demikian, menulis masih menjadi beban di kalangan banyak guru dan belum membudaya di kehidupan guru. Sebelum membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seorang guru terlebih dahulu harus membuat proposal PTK yaitu rencana yang dituangkan dalam rancangan kerja untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Proposal PTK terlebih dahulu harus dipersiapkan untuk memudahkan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Proposal PTK merupakan rancangan penelitian sehingga bentuk dan isi merupakan ringkasan penelitian tindakan kelas serta lebih sederhana daripada hasil laporan PTK. Hasil survey awal peneliti dengan 26 orang guru SMA di Kabupaten Nias, menemukan bahwa sebesar 88,46% guru masih kesulitan dalam membuat proposal PTK dan sama sekali belum pernah membuat proposal PTK. Hal ini terjadi karena guru belum pernah menerima semacam workshop atau kegiatan pelatihan lainnya dalam rangka membuat proposal PTK sehingga guru masih belum mampu membuat proposal apalagi sampai melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Permasalahan guru seperti dipaparkan di atas sebenarnya dapat diatasi, jika pengawas, kepala sekolah dan guru dapat bekerja sama dalam meningkatkan pengetahuan menyusun proposal PTK. Peran supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah merupakan hal yang snagat penting untuk meningkatkan kualitas guru. Kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi guru.

5 Diketahui juga dari hasil survey awal, dari beberapa pilihan kegiatan yang bisa diberikan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK, maka semua guru mengharapkan supervisi kolaboratif yang dilakukan oleh pengawas dapat menjadi solusi dalam memberikan pemahaman tentang pembuatan proposal PTK. Terdapat beberapa model, pendekatan, dan teknik supervisi dalam pendidikan menurut Sahertian (2010 : 34), yaitu : berdasarkan modelnya supervisi dibagi menjadi empat bagian di antaranya yaitu supervisi konvensional, ilmiah, artistik, dan klinis. Berdasarkan pendekatannya, yaitu : dengan pendekatan direktif, non direktif, dan kolaboratif. Selanjutnya berdasarkan tekniknya yaitu : supervisi yang bersifat individual dan supervisi yang bersifat kelompok. Dengan beragamnya supervisi tersebut diharapkan dapat memudahkan supervisor dalam membina guru meningkatkan kinerja dan kompetensi profesionalnya. Supervisi pendidikan merupakan salah satu fungsi pokok administrasi pendidikan selain fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pembiayaan dan penilaian. Semua fungsi administrasi pendidikan tersebut semestinya harus berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing. Supervisi sebagai salah satu fungsi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan fungsi administrasi yang lainnya. Hal itu karena setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan supervisi, maka dalam hal ini isu kebijakan mengenai supervisi pendidikan sangat menarik untuk dikaji terutama kebijakan supervisi pada tingkat lembaga sekolah. Supervisi pendidikan di sekolah biasanya dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Supervisi sangat dibutuhkan oleh guru-guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran maupun kualitas akademiknya sebagai

6 penunjang kualitas kompetensi profesionalitasnya yaitu melaksanakan penelitian. Fungsi pengawas sekolah sebagai supervisor merupakan bagian yang integral dengan fungsi-fungsi administrasi pendidikan lainnya. Pengawas sekolah merupakan sosok sentral yang menjadi tumpuan dalam pengambilan kebijakan di sekolah, baik sebagai administrator, motivator, inovator, dan supervisor. Pengawas sekolah merupakan salah satu orang yang bertanggungjawab penuh akan keberhasilan pendidikan di sekolah. Realitas yang terjadi di lapangan sering kali pengawas sekolah lebih banyak berperan sebagai seorang pemimpin atau penguasa tunggal. Pengawas sekolah sering bertindak sewenang-wenang dalam mengambil kebijakan. Oleh karena itu kondisi yang demikian ini sering dimanfaatkan oleh guru yang memiliki kemampuan untuk mengambil hati, memperoleh peluang untuk kecipratan rezeki dan kekuasaan pengawas sekolah. Sedangkan di sisi yang lain bagi para guru dan pegawai yang tergolong dalam garis oposisi dan berani melawan atau yang tidak patuh terhadap kebijakan pengawas sekolah, harus bersiap untuk menerima berbagai sanksi, seperti kenaikan pangkatnya dipersulit, promosi jabatannya tidak diurus, peluang karir ditutup, dan sebagainya. Pada kondisi yang seperti ini, tindakan supervisi dari pengawas sekolah sama artinya dengan tindakan mencari-cari kesalahan atau kekurangan guru. Jadi supervisi pendidikan dijadikan sebagai ajang untuk menakut-nakuti guru-guru, sehingga guru akan merasa takut berbuat, akan takut keliru, akan takut dimarahi, bahkan takutnya tidak akan menentu. Suasana yang demikian ini akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan bekerja, inisiatif dan kreativitas guru dalam melakukan penelitian diramalkan akan sulit muncul yang bermuara pada kurang

7 berkembangnya kemauan dan kemampuan guru untuk membuat PTK. Jadi bisa dikatakan kompetensi professional seorang guru tidak berkembang. Padahal seharusnya supervisi adalah proses mengevaluasi kinerja anggota staf individu maupun kelompok untuk membuat keputusan pribadi yang efektif (Lovell dan Wiles, 1983 : 139). Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2010:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Dengan melihat pentingnya supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah atau siapa saja yang berkompeten untuk itu dalam rangka menumbuhkan kemampuan dan kemauan guru dalam membuat PTK, maka hendaknya supervisi dapat dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Supervisi di sini dapat berupa supervisi langsung (pendekatan directif) dan supervisi tidak langsung (pendekatan in-direktif) serta kolaborasi keduanya (supervisi kolaboratif). Hasil

8 penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran ditinjau dari konsep diri guru tersebut (Ida Bagus Suragantara, 2012). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan guru menganalisis tes pilihan ganda (Siagian, 2013). Hasil pengamatan dan observasi di lapangan pada SMA Negeri di kabupaten Nias didapatkan data bahwa dari jumlah guru sebanyak 50 orang belum ada yang membuat proposal PTK apalagi melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Padahal Peraturan baru yang mengatur kenaikan pangkat jabatan fungsional guru (guru dan pengawas sekolah) telah terbit, yakni: 1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 2. Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Berdasar peraturan bersama ini, disebutkan dalam pasal 42 : Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2013. Kesulitan guru membuat proposal PTK perlu diatasi dengan berbagai upaya, antara lain dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Supervisi perlu dilakukan secara intensif sehingga guru dapat termotivasi melakukan penelitian yang bersumber pada kegiatannya sehari-hari didalam kelas. Demikian pula, pengawas sekolah dalam

9 melakukan supervisi kepada guru, seyogyanya guru diperhatikan sebagai individu, karena ada perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan manusiawinya. Perlakuan ini sangat diperlukan, terlebih jika guru dituntut untuk terlibat secara langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi perlu didasarkan atas perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Pendekatan ini erat kaitannya dengan dua unsur penting keefektifan guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan, yaitu komitmen dan kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak diistilahkan sebagai kompleksitas kognitif. Perpaduan antara kepedulian dan kompleksitas kognitif melahirkan tiga tahapan perkembangan profesionalisme, yaitu perkembangan tingkat rendah, tingkat sedang, dan perkembangan tingkat tinggi. Tahapan perkembangan tersebut membutuhkan fasilitas supervisi pengembangan, yang dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) supervisi direktif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian pada diri sendiri dengan kompleksitas kognitif rendah, (2) supervisi kolaboratif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian kepada siswa dan kompleksitas kognitif menengah, dan (3) supervisi non direktif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian profesional dengan kompleksitas kognitif tinggi. Dalam penelitian ini akan dilakukan supervisi kolaboratif untuk mengetahui pengetahuan profesional guru dalam menyusun proposal PTK. Efektif tidaknya pendekatan supervisi kolaboratif yang dikemukakan tidak terlepas dari faktor pribadi guru karena proses pembelajaran itu sendiri hanya terjadi pada masing-masing individu guru, dan tingkah laku itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh kerangka interpersonal yang meliputi usia, jenis kelamin,

10 sikap, kemampuan dasar, pengetahuan awal, dan kemampuan berfikir abstrak. Anastasi (1990) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang mengikuti pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah bakat khusus, misalnya kemampuan berpikir abstrak, kemampuan mekanik, kemampuan ruang, kemampuan verbal, kecepatan persepsi, dan sebagainya. Dengan demikian dalam penelitian ini akan dapat diketahui pengaruh variabel kerangka interpersonal ini terhadap pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka terkait dengan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. Bagaimanakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Faktor-faktor apa sajakah yang memepengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Pendekatan yang bagaimanakah yang dapat membantu guru dalam membuat proposal PTK? Kemudian jika digunakan pendekatan supervisi kolaboratif, apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK dapat meningkat daripada menggunakan pendekatan direktif? Apakah supervisi yang dilakukan pengawas sekolah sudah efektif sehingga mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Apakah guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi dalam membuat proposal PTK dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah? Apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir

11 abstrak guru dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan masalah penelitian ini, maka masalah yang akan diteliti hanya menyangkut aspek kognitif guru yaitu pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Pendekatan supervisi dibedakan atas pendekatan supervisi kolaboratif dan pendekatan supervisi direktif. Variabel kemampuan berpikir abstrak mencakup dua taraf, yaitu kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan supervisi direktif? 2. Apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah? 3. Apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK?

12 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan direktif. 2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. 3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik manfaat teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah : 1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam meningkatkan mutu bagi pengawas sekolah dalam memecahkan masalah guru terutama dalam dimensi kompetensi professional yaitu melakukan penelitian khususnya Penelitian Tindakan sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran guru yang dilakukan kepada peserta didik, meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih professional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.

13 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memahami arti pentingnya membuat proposal PTK, Disamping itu pendekatan yang tepat dilakukan yaitu supervisi kolaboratif bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK sehingga kedepan dapat mendorong guru untuk kenaikan pangkat kejenjang yang lebih tinggi. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain guna melakukan penelitian yang sama atau yang mirip dengan penelitian ini. Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah : 1. Kiranya penelitian ini dapat memperkenalkan penerapan pendekatan supervisi kolaboratif sebagai salah satu strategi pengawas sekolah dalam membina dan meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun penelitian khususnya membuat proposal PTK. 2. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan memperbaiki paradigma guru dalam melakukan penelitian yang berguna bagi peningkatan kompetensi guru itu sendiri. 3. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah sehingga lebih banyak lagi guru dan pengawas sekolah yang memperoleh informasi hasil penelitian ini.