PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DALAM WILAYAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 44 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN SWASTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PENIMBUNAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG USAHA DI BIDANG BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS BUMI

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PENYIMPANAN BAHAN BAKAR MINYAK

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA PERTERNAKAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

j. PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG k. PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG l. NOMOR 3 TAHUN 2009

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTNAG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 4 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 30 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir air di atas, perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 06 TAHUN 2003 T E N T A N G IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG, Menimbang : a. Bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan Sumber Daya Alam yang strategis tidak terbarukan yang dikuasai hajat orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara maksimal dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat agar dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka dalam pelaksanaan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi dimaksud perlu adanya koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah; b. Bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan Minyak dan Gas Bumi yang sesuai dengan kewenangannya Pemerintah Daerah yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka perlu diadakan kegiatan yang bersifat sinergis dan terkoordinasi; c. Bahwa Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi pengendalian, pengawasan dan pembinaan memerlukan suatu mekamisme regulasi sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan fungsi tersebut di atas sehingga diharapkan dari regulasi tersebut akan didapatkan keluaran dan manfaat yang positif bagi tertib pengaturan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat; d. Bahwa untuk kepentingan tersebut pada huruf a,b, dan c perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Hukum Pidana jo, Undang Undang Nomor 73 Tahun 1956 tentang menyatakan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang (LN 1970 Nomor 1, Tambahan LN Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN Tahun 1997 Nomor 68, TLN Tahun 1997 Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 2001 Nomor 136, TLN Nomor 4152); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (LNRI Tahun 2004 Nomor 31, Tambahan LNRI Nomor 2851); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LNRI Nomor 4437); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (LN Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan LNRI Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (LNRI Tahun 2004 Nomor 246, Tambahan LNRI Nomor 4048); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (LN Tahun 1982 Nomor 38, TLN Nomor 3226); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom (LN Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952);

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten/Kota Bidang Pertambangan dan Energi; 12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1454K/30/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan dibidang Minyak dan Gas Bumi. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUBANG Dan BUPATI SUBANG M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para Menteri; 2. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah lainnya sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah; 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Subang beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Daerah adalah Kabupaten Subang; 5. Kepala Daerah adalah Bupati Subang; 6. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Subang tentang Pengelolaan Usaha Minyak dan Gas Bumi; 7. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Bupati Subang; 8. Dinas adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Subang; 9. Badan Usaha adalah Badan Usaha yang didirikan dan berbadan hukum yang menjalankan jenis usaha tetap, terus menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia; 10. Badan Usaha Tetap adalah Badan Usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia; 11. Perusahaan Jasa Penunjang adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha penunjang di bidang Minyak dan Gas Bumi; 12. Ijin adalah kewenangan Kepala Daerah yang diberikan kepada Badan Usaha untuk melakukan usaha tertentu dibidang Minyak dan Gas Bumi; 13. Persetujuan adalah pernyataan setuju dari Dinas yang diberikan secara tertulis kepada suatu Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibidang Minyak dan Gas Bumi; 14. Rekomendasi adalah keterangan dari Dinas yang diberikan kepada suatu Badan Usaha sebagai syarat untuk mendapat ijin.

BAB II KEWENANGAN Pasal 2 1. Dalam hal pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha minyak dan gas bumi baik hulu maupun hilir yang berada di wilayah kabupaten Subang merupakan kewenangan Kepala Daerah; 2. Kegiatan usaha hulu dan usaha hilir dalam ayat 1 tersebut di atas dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Usaha Kecil maupun Badan Usaha Milik Swasta. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Kegaiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi di Daerah terdiri atas : 1. Penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja Kontraktor untuk kegiatan lain diluar kegiatan minyak dan gas bumi. 2. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi. 3. Pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak di daerah operasi daratan dan daerah operasi seluas 4 (empat) mil laut. 4. Pembukaan kantor perwakilan perusahaan di sub sektor minyak dan gas bumi. 5. Penetapan lokasi dan pendidirian kilang. 6. Pendirian depot lokal. 7. Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU). 8. Pemasaran Jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 langkah. 9. Pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas. 10. Penimbunan, Trasportasi, penyaluran, pengolahan dan niaga Migas. 11. Penetapan Perusahaan Jasa Penunjang kecuali yang bergerak di bidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultan, dan teknologi. 12. Konsultasi atas penawaran dan penetapan wilayah kerja. 13. Konsultasi rencana pengembangan lapangan yang pertama jika dalam wilayah kerja tersebut ditemukan cadangan minyak dan gas bumi secara komersial. 14. Pengajuan program dalam rangka pengembangan masyarakat (community development). 15. Pemberian sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Badan Usaha sesuai dengan kewenangannya. Pasal 4 (1) Setiap kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi di daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan ijin dari Kepala Daerah; (2) Persetujuan, rekomendasi, konsultasi dan pemberian sanksi untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Dinas. BAB IV KEGIATAN PENGELOLAAN Bagian Pertama Inventarisasi Pasal 5 (1) Kegiatan inventarisasi dalam rangka identifikasi potensi minyak dan gas bumi dapat dilakukan dengan cara melaksanakan penyelidikan di lapangan melalui kegiatan eksplorasi;

(2) Hasil inventarisasi potensi dijadikan dasar untuk penyusunan perencanaan kebijakan sektor Minyak dan Gas Bumi; (3) Tata cara pelaksanaan kegiatan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Bagian Kedua Perencanaan Pasal 6 (1) Perencanaan kebijakan sektor Minyak dan Gas Bumi dilakukan untuk tercapainya keterpaduan dalam pengelolaan secara regional di Subang serta untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya Minyak dan Gas Bumi; (2) Perencanaan kebijakan sektor Minyak dan Gas Bumi disusun secara terpadu. Bagian Ketiga Penelitian dan Pengembangan Pasal 7 (1) Kegiatan penelitian dan pengembanagan meliputi : a. Penelitian pemanfaatan potensi Minyak dan Gas Bumi; b. Pengujian Minyak dan Gas Bumi; c. Pengembangan teknologi dibidang Minyak dan Gas Bumi; d. Pengembangan aparatur dan Sumber daya manusia setempat. (2) Untuk kegiatan penelitian dan pengembangan dimaksud ayat (1) Dinas dapat melakukan koordinasi dengan Instansi yang terkait. BAB V PERIJINAN Bagian Pertama Ruang Lingkup Perijinan Pasal 8 (1) Kegiatan usaha minyak dan gas bumi di daerah wajib mendapatkan ijin dari Kepala Daerah setelah memenuhi persyaratan yang lengkap dan memperoleh rekomendasi teknis dari Dinas, adapun kegiatan usaha yang wajib mendapatkan ijin adalah sebagai berikut : a. Pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak di daerah operasi daratan dan daerah operasi seluas 4 mil laut b. Pembukaan kantor perwakilan perusahaan di sub sektor minyak dan gas bumi c. Pendirian depot lokal d. Pendirian SPBU e. Pengolahan f. Pengumpulan dan transportasi/penyaluran g. Pemasaran jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 langkah. (2) Terhadap kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi di daerah yang wajib mendapatkan persetujuan dari Dinas adalah : a. Penggunaan wilayah kerja untuk kegiatan lain diluar migas b. Pemetaan dan eksplorasi c. Surat Keterangan terdaftar perusahaan jasa penunjang kecuali bergerak dibidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultan dan teknologi tinggi (3) Terhadap kegiatan migas di daerah yang wajib mendapatkan rekomendasi adalah : a. Lokasi pendirian kilang b. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi (4) Terhadap kegiatan usaha minyak dan gas bumi di daerah yang harus diadakan konsultasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah :

a. Penetapan suatu daerah sebagai wilayah kerja untuk ditawarkan kepada calon kontraktor; b. Pengembangan lapangan untuk yang pertama kali pada suatu wilayah kerja. (5) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dapat dilimpahkan kepada Dinas, adapun mekanisme pelimpahan kewenangan tersebut diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 9 (1) Pedoman tata cara dan syarat-syarat pengajuan untuk mendapatkan ijin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati; (2) Persetujuan, rekomendasi, konsultasi dan pemberian sanksi pada Pasal 8 ayat (2), (3) dan (4) dilaksanakan oleh Dinas. Pasal 10 (1) Sesuai dengan kewenangan yang ada, Pemerintah Daerah dapat memungut pajak daerah atau retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Sistem, Prosedur dan mekanisme penetapan pajak daerah dan retribusi daerah adalah sebagaimana diamksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 11 (1) Penguasaan Tanah untuk kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pasal 3 Peraturan Daerah ini dapat dilakukan antara lain melalui : a. Perijinan bagi hasil atau kerja sama lainnya; b. Sewa; dan c. Mekanisme penguasaan lahan lainnya yang sah menurut hukum. (2) Hubungan Pemegang Kontrak dengan pemilik Hak Atas Tanah dapat diperbaharui sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Pasal 12 (1) Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi dapat dilakukan oleh : a. Perseorangan atau kelompok usaha bersama yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia dengan mengutamakan masyarakat setempat; b. Koperasi; c. Badan Usaha Milik Daerah; d. Badan Usaha Milik Negara; e. Badan Usaha Swasta yang didirikan sesuai dengan perundang-undangan Republik Indonesia berkedudukan di Indoensia, mempunyai pengurus yang berkewarganegaraan Indonesia dan mempunyai lapangan usaha Minyak dan gas Bumi; f. Perusahaan dengan Modal bersama antara Negara/Badan Usaha Milik Negara disatu pihak dengan Kabupaten/Kota atau Perusahaan Daerah di pihak lain; g. Perusahaan dengan Modal Bersama antara Negara/Badan Usaha Milik Negara dan atau Provinsi/Kabupaten/Kota/Badan Usaha Milik Daerah disatu Pihak dengan Perorangan, Koperasi atau Badan Usaha Swasta di Pihak Lain; h. Perusahaan Modal Asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi dalam rangka penanaman modal asing harus dilakukan dalam bentuk usaha patungan antara pemodal asing dengan Badan Usaha Milik Warga Indonesia. (3) Persyaratan dan Tata Cara kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah.

Pasal 13 Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi tidak dapat dipindahtangankan atau dialihkan kepada dan/atau dikerjasamakan dengan pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Kepala Daerah. Bagian Kedua Masa Berlaku Ijin dan Daftar Ulang Pasal 14 (1) Masa berlaku Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pasal 8 ayat 1 (satu) Peraturan Daerah ini diberikan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Ijin Pendirian dan Penggunaan Gudang Bahan Peledak di daerah operasi daratan dan di daerah operasi 4 (empat) mil laut diberikan selama 2 (dua) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali; b. Ijin Pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan di sub Sektor Minyak dan gas Bumi diberikan selama 5 (lima) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1(satu) tahun sekali; c. Ijin pendirian depot lokal diberikan selama 5 (lima) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali; d. Ijin pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) diberikan selama 5 (lima) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali; e. Ijin Pemasaran Jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah diberikan selama 3 (tiga) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali; f. Ijin pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas diberikan selama 2 (dua) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1(satu) tahun sekali. (2) Dalam pendaftar ulang tersebut harus disertakan pula hasil evaluasi dari Dinas atas kegiatan usaha dimaksud; (3) Bentuk dan syarat-syarat perpanjangan dan pendaftaran ulang ijin pengusahaan Minyak dan gas Bumi diatur kemudian oleh Kepala Daerah. (4) Ijin berakhir karena : a. Habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang lagi; b. Dikembalikan oleh pemegangnya dengan cara menyampaikan secara tertulis kepada Kepala Daerah melalui Dinas; c. Perusahaan dinyatakan pailit. (5) Ijin dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi karena : a. Pemegang Ijin tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana syarat-syarat yang ditentukan dalam Surat Ijin; b. Bertentangan dengan kepentingan umum yang lebih luas dan mengganggu kesinambungan lingkungan Hidup; c. Pemegang Ijin tidak melaksanakan kegiatannya dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) bulan setelah diterbitkannya Surat Ijin; d. Dipidahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan Kepala Daerah melalui Dinas; e. Dikerjasamakan dengan pihak lain tanpa persetujuan Kepala Daerah melalui Dinas; f. Pemegang IUP melakukan perbuatan melawan hukum yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan usaha pertambangan. Bagian Ketiga Hak Atas Tanah Pasal 15 Untuk kegiatan pengusahaan Minyak dan Gas Bumi di atas tanah milik Lembaga dan atau Instansi dan atau masyarakat yang tidak bersedia dialihkan hak atas tanahnya,

Pemegang Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi harus bermitra dan menjalin kesepakatan dengan pemilik tanah dengan ketentuan seluruh lahan. Pasca kegiatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi harus diserahkan kembali kepada lembaga dan atau Instansi dan atau Masyarakat yang bersangkutan setelah dilakukan pemulihan atas kerusakan lingkungan. BAB VI Hak Atas Tanah Pasal 16 Pemegang ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi mempunyai kewajiban untuk : a. Mensosialisasikan kegiatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi yang akan dilaksanakan kepada aparat dan masyarakat setempat sebelum pekerjaan dumulai, dengan memperlihatkan izin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi atau salinannya yang sah; b. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta pengelolaan lingkungan hidup berupa pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup; c. Menyampaikan laporan tertulis per triwulan kepada Dinas secara berkala yaitu berupa : 1. Hasil pengelolaan lingkungan (UKL) dan pemantauan lingkungan (UPL); 2. Laporan pelaksanaan kegiatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi Mengutamakan tenaga kerja lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan tenaga kerja yang tersedia; d. Mematuhi segala ketentuan yang tercantum dalam ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan dengan kegiatan usaha dimaksud. BAB VII PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 Pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi mencakup pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3), pengelolaan lingungan berupa pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan oleh Dinas. BAB VIII RETRIBUSI Bagian Pertama Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 18 (1) Dengan nama retribusi ijin Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi dipungut retribusi atas setiap pemberian ijin; (2) Objek Retribusi adalah setiap pemberian ijin Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi; (3) Subjek Retribusi adalah setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan usaha dibidang Minyak dan Gas Alam; (4) Inventarisasi dan potensi Wajib Retribusi dilaksanakan oleh Dinas bersama-sama dengan Dinas Terkait; (5) Sistem, prosedur dan mekanisme penetapan Retribusi adalah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 19 Retribusi Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi termasuk golongan retribusi perijinan tertentu. Bagian ketiga Prinsip Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 20 Prinsip dan sasaran penetapan Tarif Retribusi Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau semua biaya penyelenggaraan pelayanan perijinan; Pasal 21 Biaya penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pasal 20 Peraturan Daerah ini meliputi biaya administrasi, peninjauan lapangan, penyediaan sarana dan prasarana dan pengendalian serta pembinaan. Bagian Keempat Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 22 a. Peledak di daerah operasi daratan dan di daerah operasi 4 (empat ) mil laut : Luas Areal x Tarif x Indeks Jenis Bahan Peledak b. Ijin Pembukuan Kantor Perwakilan perusahaan di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi : Luas Areal x Tarif x Indeks Peruntukan c. Ijin Pendirian Depot Lokal : Kapasitas Penyimpanan x Tarif x Indeks Peruntukan d. Ijin Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU) : Kapasitas Penyimpanan x Tarif x Indeks Peruntukan e. Ijin Pemasaran Jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah : Kapasitas Penyimpanan x Tarif x Indeks Peruntukan f. Ijin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas : Kapasitas Penampungan x Tarif x Indeks Peruntukan Pasal 23 (1) Besarnya tarif pada Retribusi Ijin Pendirian dan Penggunaan Gudang Bahan Peledak dan Ijin Pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi ditetapkan sebesar : a. Luas Areal sampai dengan 100 m 2 = Rp. 1.000,- per m 2 b. Luas Areal lebih dari 100 m 2 = Rp. 750,- per m 2 (2) Besarnya tarif pada Retribusi Ijin Pendirian Depot Lokal, Ijin Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU), Ijin Pemasaran Jenis-Jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah dan ijin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas ditetapkan sebesar : a. Kapasitas sampai dengan 1000 liter/kg = Rp. 1.000 per liter/kg b. Kapasitas 1000 liter/kg - 5000 liter/kg = Rp. 500 per liter/kg c. Kapasitas lebih dari 5000 liter/kg = Rp. 300 per liter/ kg Pasal 24 (1) Besarnya tarif daftar ulang adalah 25% (dua puluh lima persen) dari besaran tarif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah ini;

(2) Ketentuan mengenai tata cara penyetoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 25 (1) Penetapan Indeks Peruntukan pada Ijin Pendirian dan Penggunaan Gudang Bahan peledak di daerah operasi daratan dan di daerah operasi 4 (empat) mil laut didasarkan pada jenis bahan peledak dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Bahan Peledak lemah (Low Explosives) Dengan Indeks 1; b. Bahan peledak kuat (High Exposives) Dengan Indeks 2; c. Bahan peledak lemah (Low Exploive) dan bahan peledak kuat (High Explosives) Dengan Indeks 3; (2) Penetapan Indeks Peruntukan pada Ijin Pembukuan Kantor Perwakilan di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi didasarkan pada jenis kegiatan dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Kegiatan Usaha Jasa Penunjang dengan Indeks.. 1,0; b. Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi dengan Indeks. 1,5; (3) Penetapan Indeks Peruntukan pada Ijin Pendirian Depot Lokal, Ijin Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU), Ijin Pemasaran Jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah dan Ijin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas didasarkan pada jenis bahan bakar dan pelumas bekas dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Bahan Bakar Minyak dengan Indeks. 0,20; b. Bahan Bakar Khusus dengan Indeks.. 0,25; c. Bahan Bakar Gas dengan Indeks 0,50; d. Pelumas Bekas dengan Indeks 1,00 BAB IX SANKSI ADMINISTRASI Pasal 26 (1) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan dari Peraturan Daerah ini, Sanksi Administrasi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Sanksi Administrasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini yaitu berupa : a. Peringatan, teguran dan pencabutan ijin untuk sementara; b. Pencabutan ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi secara definitive. (3) Sesuai dengan kewenangannya Pemerintah Daerah dapat memberikan sanksi kepada Badan Usaha yang tidak mentaati ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 27 (1) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam pasal 13, 14, 15, 16, 18, 22, 23, 24 dan 25 Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana tersebut pada ayat (1) di atas adalah pelanggaran; (3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disetorkan ke Kas Daerah; (4) Selain tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tindak pidana kejahatan berupa pencurian dan atau yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan atau kerusakan kondisi dan lingkungan air bawah tanah diancam pidana sesuai ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.

BAB XI PENYIDIKAN Pasal 28 (1) Selain pejabat penyidik Kepolisian Republik Indoensia, Penyidik Pegawai Ngeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana di bidang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Acara Pidana yang berlaku; (2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan mengenai kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana retribusi; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukaan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukann penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi; i. Memanggil orang atau didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan Penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi menurut hukum yang berlaku. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XII PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN REKLAMASI Pasal 29 (1) Setiap Pemegang Kontrak sebagaimana yang dimaksud Pasal 11 diwajibkan melaksanakan kegiatan sesuai dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sudah disetujui; (2) Dinas/Instansi terkait memberikan bimbingan dan pengarahan teknis terhadap pelaksanaan AMDAL; (3) Pelaporan Kegiatan Pelaksanaan AMDAL harus sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (4) Untuk mencapai Keseimbangan lingkungan yang baru, Pemegang Kontarak wajib melakukan Reklamasi akibat kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

Pasal 30 (1) Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan sebagaimana dimaksud pasal 9 Peraturan Daerah ini, dilakukan selama kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi berjalan dan Pasca Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi; (2) Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi terkait. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31 Setiap ijin, Peraturan pelaksanaan dan produk hukum lainnya sepanjang tidak bertentangan dan terbut sebelum diundangkannya Peraturab Daerah ini dinyatakan tetap berlaku dan untuk selanjutnya diadakan perubahan dan/atau penyesuian sebagaimana mestinya. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 (1) Terhadap Badan Usaha yang telah mendapatkan ijin, persetujuan, atau rekomendasi peraturan Daerah ini wajib menyampaikan laporan berkala kepada Pemerintah Daerah. (2) Pedoman dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut di atas diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. (3) Peraturan pelaksana dan produk hukum lainnya yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini disebut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. (4) Hal-hal lain yang belum cukup diatur dan/atau sepanjang mengenai teknis pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Subang. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUBANG Ttd. BAMBANG HERDADI, SH Diundangkan di Subang : Pada tanggal : 1 Maret 2006 BUPATI SUBANG Ttd. EEP HIDAYAT SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUBANG Cap ttd Drs. H. BAMBANG HERYANTO, M.Si Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 480 099 378 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUBANG TAHUN 2006 NOMOR 9

OTENTIKASI ; KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN SUBANG KOESTOTO WIGOENA, SH NIP. 480 102 116