PERANAN GURU DALAM MENGENALKAN KONSEP ANGKA 1 20 PADA ANAK KELOMPOK B PAUD NURHIDAYATULLAH DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO Tina_gobel@ymail.com Tina Gobel, Samsiar RivaI, Samsiah ABSTRAK Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana peranan guru dalam mengenalkan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan peranan guru dalam mengenalkan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sumber data primer 3 orang guru dan seluruh anak didik dan sumber data sekunder berupa dokumen, tulisan serta arsip arsip yang mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan langkah langkah reduksi data, penyajian data, verivikasi dan pengumpulan keputusan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam mengenalkan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo adalah sebagai (1) perencana dalam pembelajaran. Guru harus merencanakan suatu kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya bersama anak didik. (2) Guru sebagai pelaksana. (3) Guru sebagai evaluator, yakni melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran dan penilaian hasil kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar pengenalan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo sudah baik. Kata Kunci : Peranan Guru, Konsep Angka 1-20 Tina Gobel. Mahasiswa pada Jurusan PG PAUD, Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Samsiar RivaI, S.Pd.,M.Pd, Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Gorontalo. Samsiah, S.Pd,M.Pd, Dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo
Lingkup perkembangan yang diajarkan di TK ada lima yaitu: nilai-nilai agama dan moral, fisik (motorik kasar, motorik halus, kesehatan fisik), kognitif (pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf), Bahasa (menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, keaksaraan), dan sosial emosional. Dari ke lima lingkup perkembangan tersebut yang menjadi fokus bahasan tulisan ini adalah lingkup perkembangan kognitif, terutama dalam menghitung benda-benda. Berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.depdiknas (2007:1) mengemukakan bahwa kemampuan berhitung permulaan merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan. Dalam mengenalkan bilangan pada anak usia dini tentunya harus menarik, menyenangkan dan penjelasannya mudah dipahami anak. Peranan guru sangat penting untuk menciptakan suasana pembelajaran yang hidup didalam kelas. Guru yang kreatif dapat memvariasikan gaya mengajarnya agar menarik anak untuk belajar. Menurut Sriningsih (2009: 37) proses modifikasi tingkah laku sangat membantu keberhasilan proses belajar, yang dapat dilakukan melalui tiga hal, antara lain: pemberian stimulus, penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).pertimbangan lainnya dalam memberikan pembelajaran yaitu bagaimana anak menerima informasi, mengingat, rentang perhatiannya,
kemampuan memecahkan masalah, dan gaya belajar anak berbeda-beda (Sriningsih, 2009: 37). Guru juga harus mempertimbangkan beberapa hal tentang perlunya menghindari kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika pada anak TK sebagaimana diungkapkan Ariesandi (Ruseffendi, 2006) diantaranya: (1) siswa dianggap sebagai penerima pasif informasi. (2) para murid dianggap sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi guru, (3) matematika dapat dilakukan di area matematika saja, (4) matematika merupakan pelajaran hapalan, (5) jika anak berbuat salah akan dihukum atau dicap tidak pintar matematika, (6) cara pemecahan soal harus sesuai dengan cara yang diajarkan guru jika tidak siswa dianggap tidak menurut dan jawabannya disalahkan. Dengan begitu pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan sesuai harapan. Permasalahan mengenai pentingnya kemampuan anak dalam mengenal bilangan di TK ini penting dikembangkan adalah pada dasarnya setiap anak akan memerlukan bilangan karena bilangan merupakan bagian integral dari kehidupan. Sebagai contoh, banyak sekali aktivitas manusia yang memerlukan bilangan ketika bangun tidur melihat waktu dengan bilangan, membeli sesuatu harus mengerti bilangan, mengukur berat, tinggi badan mengetahui nomor telepon, plat nomor motor, mobil. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak anak yang tidak mengenal bilangan bahkanpada pendidikan yang lebih tinggi anak dapat mengalami fobia terhadap matematika terutama bilangan.
Kondisi objektif lain yang ditemui di TK Mentari adalah pada saat pembelajaran bilangan cenderung berpusat pada guru. Anak jarang diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi anak. Selain hal tersebut, pemilihan metode dan teknik dalam pembelajaran dirasakan masih kurang bervariasi. Kondisi seperti ini menyebabkan kemampuan mengenal bilangan anak menjadi rendah. Menyikapi hal tersebut, TK Mentari sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang selayaknya mampu menyelenggarakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak termasuk mengembangkan kemampuan mengenal bilangan anak. Berdasarkan kenyataan dilapangan ada beberapa permasalahan yang muncul di TK Mentari diantaranya ketika guru menyampaikan suatu pembelajaran mengenal bilangan, proses pembelajaran masih cenderung bersifat teacher center, guru memberikan tugas dengan cara paper pencil test melalui majalah. Hal ini dikarenakan minimnya fasilitas dan media yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Guru jarang sekali menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk anak, sehingga anak-anak terlihat jenuh dan bosan. Masih ada beberapa anak yang hanya mencoret-coret majalah saja. Kondisi seperti ini mengakibatkan kemampuan anak dalam mengenal bilangan masih rendah. Beberapa anak juga mendapat kesulitan dalam memahami kemampuan mengenal bilangan, antara lain (1) sulit dalam menyebutkan urutan bilangan 1-20, karena sering ada yang terlewat (2) sulit dalam menghubungkan benda dengan simbol angka yang dimaksud, (3) sulit dalam membedakan mana yang sama, lebih
banyak, dan lebih sedikit jumlahnya serta (4) sulit dalam mengenal simbol angka yang ditunjuk. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kurang maksimalnya kemampuan anak dalam mengenal bilangan di TK tersebut karena kurangnya media yang tersedia dan keterbatasan guru sehingga mengakibatkan guru menggunakan cara-cara konvensional dalam mengajar. Dengan demikian, diperlukan suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bilangan. Dalam menangani masalah pengenalan konsep angka, perlu kerjasama antara guru, orang tua, serta peserta didik.salah satu faktor yang mempengaruhi lambatnya pengenalan konsep angka dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi bagi peserta didik yang berguna untuk membantu dalam menangani peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengenal angka serta untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik tersebut. Guru sebagai pemegang peranan paling penting dalam hal ini dapat menggunakan berbagai metode dan model Pembelajaran sebagai upaya dalam mengenalkan konsep angka kepada peserta didik. Oleh karena itu, penulis terinspirasi untuk mengadakan penelitian yang berjudul Peranan Guru dalam mengenalkan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B di TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian penulismelakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan guru dalam mengenalkan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B di TK Mentari Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Hakikat Peranan Guru Aisyah dkk (2011:331) menjelaskan peranan guru TK dalam pembelajaran adalah sebagai perencana, pelaksana, dan sekaligus juga sebagai evaluator. 1. Guru TK sebagai Perencana Peran guru sebagai perencana dalam pembelajaran adalah guru harus merencanakan suatu kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya bersama anak didik. Bentuk bentuk perencanaan pembelajaran yang harus disusun di TK sebagai berikut: a. Perencanaan Tahunan Perencanaan tahunan telah memuat kemampuan, keterampilan dan pembiasaan pembiasaan yang diharapkan dicapai oleh anak didik dalam satu tahun. Biasanya perencanaan tahunan disusun bersama antara kepala sekolah dengan guru guru TK. Pada TK TK tertentu perencanaan tahunan disusun oleh bagian kurikulum atau badan penelitian dan pengembangan kurikulum, namun tetap bekerja sama dengan gur guru. b. Program Semester Program semsester adalah program tahunan yang dibagi menjadi dua dalam dua semester.
c. Perencanaan Mingguan (Rencana Kegiatan Mingguan) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) berisi kegiatan kegiatan dalam rangka mencapai kemampuan yang telah direncanakan untuk satu minggu sesuai dengan tema pada minggu tersebut. RKM biasanya disusun bersama baik oleh guru kelompok A maupun guru kelompok B. d. Perencanaan Harian (Rencana Kegiatan Harian) Perencanaan harian atau Rencana Kegiatan Harian (RKH) merupakan perencanaan pembelajaran untuk setiap hari yang dibuat oleh guru yang dijabarkan dari RKM. Rencana Kegiatan Harian merupakan acuan dan pegangan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap hari. 2. Guru TK sebagai Pelaksana Menurut Aisyah (2011:335) agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sebaiknya memperhatikan langkah langkah sebagai berikut : a. Mengembangkan rencana yang telah disusun dan memperhatikan kejadian atau peristiwa spontan yang ditunjukkan oleh anak terhadap materi yang dipelajari pada hari itu. b. Melaksnakan penilaian terhadap minat dan pemahaman anak mengenai tema tersebut dengan mengguanakan pengamatan, wawancara, diskusi kelompok maupun contoh hasil kerja/karya anak. c. Membantu anak mereflaksikan pemahamannya tentang isi dan proses kegiatan pembelajaran.
d. Melakukan percakapan dengan anak tentang hal hal yang berkaitan dengan tema sehinggadapat diketahui seberapa jauh pemahaman anak tentang tema yang dipelajari pada hari ini. e. Mengadakan kerjasama dengan orang tua secara timbal balik mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksnakan, menginformasikan tema kepada pihak orang tua sehingga orang tua turut mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 3. Peran Guru TK Sebagai Evaluator Guru sebagai evaluator melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Dalam penilaian proses kegiatan, guru melakukan penilaian dengan cara observasi atau pengamatan tehadap cara belajar anak baik secara individual maupun kelompok. Evaluasi harus mampu memberdayakan guru, anak, dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman anak didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun belajar anak didik. Aisyah dkk ( 2011:337) Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa guru memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, yakni guru sebagai perencana, guru sebagai pelaksana dan guru juga sebagai evaluator dari proses pembelajaran tersebut. Peranan guru ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Hakikat Pengenalan konsep Angka 1-20 di TK Angka merupakan interpretasi manusia dalam menyatakan anggota himpunan. Angka adalah suatu ide yang sifatnya abstrak atau lambang namun memberikan keterangan mengetahui banyaknya anggota himpunan ( Negoro dan Harahap, 1998 ). Sedangkan menurut Untoro ( 2008:1) angka adalah satuan dalam sistem matematis yang abstrak dan dapat diunitkan, ditambah atau dikalikan. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Ruslani (Tajudin, 2008: 23) bilangan adalah suatu alat pembantu yang mengndung suatu pengertian. Bilangan-bilangan ini mewakili suatu jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan. Menurut Copley (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan 2 buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 0. Proses pengenalan konsep bilangan ini tidak terlepas dari pengenalan konsep tentang angka-angka. Pengenalan konsep angka melibatkan pemikiran tentang beberapa jumlah suatu benda atau beberapa banyak benda. Pengenalan konsep angka ini pada akhirnya akan memberikan bekal awal kepada anak untuk mempelajari berhitung dan operasi penjumlahan. Pada dasarnya anak sudah mampunyai kemampuan dasar matematik sebelum anak memperoleh pelajaran matematik secara formal. Hal ini ditujukan dengan minat anak untuk mengetahui sesuatu yang baru di sekitar lingkungan anak. Sedikit sulit untuk mengenalkan konsep bilangan/angka kepada anak karena sifatnya abstrak dan pada saat itu anak mengalami masa transisi yaitu, proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak. Menurut
Trister (2002: 134), Number concept are the foundation of mathematics. These concepts develop graduaily over time as children explore, manipulate and organize materials and as they communicate their mathematical hingking with adults and peer. Orang tua dan guru tidak hanya terpaku dengan angka saja untuk memperkenalkan konsep matematika terhadap anak. Menurut penjelasan dari Trister et al. konsep bilangan dapat dibangun melalui pemanfaatan lingkungan sekitar yang dapat menjunjung pembelajaran matematika bagi anak. Dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar anak, anak dapat memanipulasi, mengekspor dan mengorganisir benda-benda yang ada disekitarnya sehingga dapat mengkomunikasikannya dengan orang tua, guru dan teman sebayanya. Bilangan tidak bisa terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dalam interaksi kehidupan manusia, bilangan banyak ditemui dalam kehidupan seharihari. Namun demikian banyak anak tidak menyadari bahwa bilangan yang mereka lihat memiliki arti yang berbeda-beda. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep bilangan itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh anak TK. Konsep abstrak ini merupakan hal yang sulit bagi anak TK untuk memahaminya secara langsung, dimana pemikiran anak TK masih berada pada tahap berpikir kongkrit. Untuk dapat mengembangkan pengenalan konsep bilangan pada anak TK harus dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang lama, serta dibutuhkan media yang kongkrit. Untuk membantu proses pengenalan konsep bilangan.
METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan ini dipilih karena lebih sesuai untuk mengungkap apa yang menjadi masalah dalam penelitian. Rancangan penelitian ini menggunakan metode survei atau observasional, yaitu peneliti mengadakan pengamatan terhadap upaya upaya guru dalam mengenalkan konsep angka pada anak kelompok B di TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat yang terlibat langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang lebih akurat. Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru serta anak kelompok B TK Mentari Desa Pilohayanga Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: observasi, wawancara, dokumentasi. Pengecekan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga kriteria yakni kredibilitas, kebergantungan dan kepastian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada ketiga guru di TK Mentari Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, diperoleh kesimpulan bahwa peranan guru dalam pengenalan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B suadah optimal. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
menginformasikan bahwa kemampuan guru dalam mengenalkan konsep angka 1-20 dengan menggunakan mainan berupa balok atau bola warna warni yang disenangi anak serta kemampuan guru dalam mengatasi kesulitan dalam pengenalan konsep angka 1-20. Pada dasarnya kemampuan mengenal konsep angka 1-20 memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan annak TK terutama dalam aspek perkembangan kognitifnya, dimana anak aktif membangun pemikirannya. Kemampuan tersebut akan sangat bermanfaat pula bagi pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya. Mengingat pentingnya kemampuan mengenal konsep angka 1-20 sejak usia TK, sebaiknya guru lebih banyak memberikan stimulasi yang menarik, salah satunya dengan permainan. Pada dasarnya kesadaran guru memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan proses modifikasi dalam pembelajaran mengenal konsep angka 1-20 pada anak TK. Pembelajaran biasa yang diberikan kepada anak tentunya tidak menyenangkan bagi anak untuk belajar konsep angka 1-20, bahkan anak cenderung bosan. Tidak heran jika pada saat proses pembelajaran mengenal konsep angka 1-20 anak sulit mengingat dan memahami tentang bilangan, sehingga anak tidak terlalu antusias terhadap pembelajaran mengenal konsep angka 1-20. Peningkatan kemampuan mengenal konsep angka pada anak kelompok B di TK Mentari Kecamatan Telaga dapat dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan pembelajaran, yaitu pada saat pembelajaran guru melakukan pengungkapan secara ulang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan guru pada
saat diwawancarai oleh peneliti bahwa pengungkapan berulang pada kegiatan mengenal konsep angka 1-20 akan membantu anak mempelajari nama nama angka serta urutan yang diikuti angka itu. Selain itu, pada saat kegiatan pembelajaran, permainan merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak dalam belajar menghitung angka 1-20, karena anak dapat dengan mudah mengingat segala pengetahuan yang masuk dalam permainan tersebut. Hasil pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pengenalan konsep angka 1-20 di TK mampu mempercepat anak untuk dapat mengenal bilangan. Hal ini disebabkan salah satunya ialah proses pembelajaran yang menyenangkan dan dapat dengan mudah diterima oleh anak bukan dari hal yang bersifat informaasi yang hanya melihat dan mendengarkan saja, tetapi anak secara langsung mempraktekkannya. Sejalan dengan apa yang diungkapkan guru di TK Mentari bahwa agar pengenalan konsep angka 1-20 lebih menarik dan tidak membosankan anak, guru hendaknya merencanakan dan menyiapkan berbagai jenis gagasan yang bervariasi dengan bermain dan menciptakan bermacam macam permainan yang menarik. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung interaksi guru dengan anak anak dapat ditingkatkan dengan tanya jawab, stimulasi pertanyaan terbuka dan menarik serta pemberian motivasi. Hal ini bertujuan agar tercipta suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan anak dalam proses pembelajaran. Selanjutnya melakukan evaluasi merupakan tanggung jawab guru. Guru melihat hasil perencanaan melalui hasil kerja anak anak.
Keberhasilan anak dalam belajar akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Guru menilai hasil kerja anak dengan mengamati atau melalui observasi dan penilaian yang dilakukan dapat digunakan untuk perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan guru. Oleh karena itu, dalam melakukan penilaian guru menyiapkan format penilaiannya terlebih dahulu. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar peranan guru dalam pengenalan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B meliputi kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran pengenalan konsep angka 1-20. Peranan guru dalam pengenalan konsep angka 1-20 pada anak kelompok B TK Mentari sudah baik, hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil wawancara serta pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti terutama pada proses pembelajaran berlangsung. Guru sudah mampu memilih media pembelajaran yang konkrit dan menarik sehingga mudah dipahami anak. Guru juga mampu memberikan evaluasi secara bervariasi, sehingga anak tetap merasa nyaman sampai pembelajaran selesai. Berdasarkan simpulan dan hasil temuan di lapangan, peneliti menyarankan kepada beberapa pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Bagi guru, peneliti berharap agar guru dapat terus meningkatkan peranannya dalam mengenalkan konsep angka pada anak kelompok B di TK Mentari Kecamatan Telaga dengan merencanakan,memilih media yang menarik dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. 2. Bagi peneliti lanjutan, peneliti berharap 42 penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut tentang peranan guru dalam pengenalan konsep angka 1-20 pada anak TK dengan menggunakan media media pembelajaran yang lebih menarik atau mengkaji variabel ini dalam bentuk penelitian tindakan kelas. 3. Bagi Sekolah, diharapkan menyediakan fasilitas belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Aisyah,S.dkk (2011). Dasar Dasar Pendidikan TK. Jakarta : Universitas Terbuka. Depdiknas, 2007.PedomanPermainan BerhitungPermulaan di Taman Kanak Kanak, Jakarta : Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito. Sujiono, Y. N. dkk. (2007). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran Matematika Terpadu. Untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.