21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan keuangannya dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya serta keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan keuangannya. Gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dengan cara melakukan interprestasi atau analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja keuangan PT ITC dianalisis menggunakan analisis keuangan biasa, diantaranya analisis Trend, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis Du Pont serta menggunakan analisis laporan keuangan yang berdasarkan pada surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan yang meliputi aspek keuangan. Hasil analisis laporan keuangan tersebut menggambarkan perkembangan kinerja keuangan PT ITC cabang Medan untuk periode empat tahun terakhir (2007-2010) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara singkat kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar1 dan alur pikir rencana penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
22 PT ITC cabang Medan Laporan Keuangan Neraca Laba Rugi Analisis Rasio Analisis Du Pont Analisis Trend Analisis Kinerja Perusahaan Evaluasi kinerja Perusahaan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
23 Faktor-faktor yang berpengaruh yang bisa dikendalikan : 1. Harga pokok penjualan 2. Biaya usaha 3. Harga 4. Tingkat aktivitas 5. Penjualan Permasalahan yang ada : Kinerja keuangan PT ITC cabang Medan yang menurun pada periode 2007-2010 Faktor-faktor berpengaruh yang tidak bisa dikendalikan : 1. Pajak 2. Modal 3. Prosedur Pengumpulan data 1. Data Primer 2. Data sekunder Data dan Informasi : 1. Profil perusahaan 2. Laporan keuangan perusahaan dan laporan tahunan (periode 2007-2010) Inp ut Lingkungan Eksternal 1. Kebijakan pemerintah 2. Kebijakan Politik 3. Globalisasi Proses 1. Analisis Trend 2. Analisis Rasio 3. Analisis Du Pont Parameter Kontrol SK Menteri BUMN : ROE>15 ROI>18 Cash Ratio 35 Current Ratio 125 Collecting Period 60 PP 60 TATO>120 30<TMS terhadap TA<40 Feedback Outp ut Gambar 2. Alur Pikir Rencana Penelitian Output 1. Perkembang an kinerja keuangan 2. Rasio keuangan 3. Tingkat pengembalia n Modal (ROE) Outcome 1. Mengeta hui kondisi perusaha an 2. Bahan pertimba ngan kebijakan kedepann ya. Impact Langkah strategi kebijakan dan pengambilan keputusan perusahaan 23
24 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama dua bulan yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011 di PT ITC cabang Medan yang berlokasi di Jl. Badur No. 3 Medan, Sumatra Utara. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder, yang merupakan data yang diperoleh dari PT. ITC cabang Medan, yaitu laporan keuangan perusahaan selama kurun waktu empat tahun terakhir (2007-2010), dan profil perusahaan dan literatur-literatur perusahaan yang terkait. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis perkembangan kinerja keuangan PT. ITC cabang Medan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode analisis laporan keuangan yang terdiri dari analisis rasio yang terdiri dari empat kelompok analisis, yakni likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, analisis Du Pont, serta analisis trend. Selain menggunakan metode analisis laporan keuangan biasa, penilaian kinerja keuangan juga ditinjau dari analisis laporan keuangan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. kep-100/m-bumn/2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan BUMN dalam aspek keuangan. 3.4.1 Analisis Rasio Rasio finansial atau rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa dating (Munawir, 2002).
25 Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas. 1. Rasio likuiditas Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek atau sudah jatuh tempo (Munawir, 2002). Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah: a. Rasio Lancar Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki (Sawir, 2005). Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus: Rasio Lancar = Aktiva Lancar Hutang Lancar...(1) Aktiva lancar Hutang lancar = aset perusahaan dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun (Rp) = hutang perusahaan yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun (Rp) b. Rasio Cepat Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan persediaan yang dinilai merupakan aktiva lancar dengan tingkat likuiditas
26 terendah (Sawir, 2005). Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus yaitu: Rasio Cepat = Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar...(2) Aktiva lancar Persediaan Hutang lancar = aset perusahaan dengan umur ekonomis kurang dari satu tahun (Rp) = harga barang+biaya untuk memperoleh persediaan barang tersebut (Rp) = hutang perusahaan yang jatuh tempo kurang dari satu tahun (Rp) c. Rasio Kas Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya (Munawir, 2002). Cash Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu: Rasio Kas = Kas + Setara Kas Hutang Lancar...(3) Kas dan setara kas = dana perusahaan yang siap digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan (Rp) Hutang lancar = hutang perusahaan yang jatuh tempo kurang dari satu tahun (Rp) 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (Munawir, 2002). Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah:
27 a. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui (Sawir, 2005). Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu: Rasio Hutang = Total Hutang Total Aktiva Total Hutang Total Aktiva...(4) = keseluruhan utang perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Rp) = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya (Darsono dan Ashari, 2007). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu: Total Hutang.. Rasio Total Hutang dengan Modal =...(5) Ekuitas Total Hutang = keseluruhan utang perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Rp) Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) c. Rasio Laba terhadap Beban bunga Rasio ini mengukur berapa kali kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban berupa bunga, dari hasil laba sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik kemampuan perusahaan membayar bunganya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu:
28 Laba Usaha Rasio Laba Terhadap Beban Bunga = Beban Bunga...(6) Laba usaha = laba yang diterima perusahaan setelah dikurangi biaya usaha (Rp) Beban bunga = beban yang dibayarkan kepada kreditur atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana (Rp) d. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Munawir, 2002). Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut: Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva = Ekuitas Total Aktiva...(7) Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) Total Aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) e. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan (Munawir, 2002). Jika aktiva tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-waktu pembayaran hutang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
29 Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap = Ekuitas Aktiva Tetap...(8) Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) Aktiva tetap = aset perusahaan yang konkrit dan umur ekonomisnya untuk jangka panjang (Rp) 3. Rasio Profitabilitas Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Munawir, 2002). Yang termasuk dalam ratio ini adalah: a. Rasio Margin Laba Kotor Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu: Margin Laba Kotor = Laba Kotor Penjualan...(9) Laba kotor = pendapatan perusahaan setelah dikurangi harga pokok penjualan (Rp) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) b. Rasio Margin Laba Bersih Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan, dengan kata lain untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (Munawir, 2002). Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu:
30 Margin Laba Bersih =...(10) Laba bersih = pendapatan perusahaan setelah dikurangi pajak dan beban bunga (Rp) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) c. Rasio Operasi Laba Bersih Penjualan Rasio operasi merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan ditambah dengan biaya operasi terhadap hasil penjualan bersih. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba dimana rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi yang kurang baik. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio Operasi = HPP + Biaya Operasi Penjualan...(11) HPP = pembebanan harga perolehan atas barang dagangan yang dijual (Rp) Biaya operasi = seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan (Rp) Penjualan d. Tingkat Pengembalian modal (ROE) = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku (Prastowo dan Rifka, 2008). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:
31 Laba Bersih ROE = Total Ekuitas...(12) Laba bersih = pendapatan perusahaan setelah dikurangi pajak dan beban bunga (Rp) Total ekuitas = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) e. Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) Rasio ini menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukan kondisi perusahaan yang semakin membaik. Rasio ini membandingkan laba operasional dengan total aktiva (Munawir, 2002). Rasio ini dapat dirumuskan dengan rumusan sebagai berikut: ROA = Laba Bersih Total Aktiva...(13) Laba bersih = pendapatan perusahaan setelah dikurangi pajak dan beban bunga (Rp) Total aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) 4. Rasio Aktivitas Rasio ini digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas dan mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio ini menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain. Rasio-rasio aktivitas yang digunakan adalah: a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih dapat
32 dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Jika perputarannya lambat, menunjukan aktiva yang dimilikinya terlalu besar jika dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual (Munawir, 2002). Rumusan rasio ini adalah: Rasio Perputaran Total Aktiva = Penjualan Total Aktiva...(14) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) Total aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif dan untuk meningkatkan pendapatan (Munawir, 2002). Rumusan rasio sebagai berikut: Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan Aktiva Tetap...(15) Penjualan = pendapatan dari penjualan (Rp) Aktiva tetap = aset perusahaan yang konkrit dan umur ekonomisnya untuk jangka panjang (Rp) c. Periode Pengumpulan Piutang (Collection Period) Rasio ini mengukur perbandingan piutang usaha perusahaan dan besarnya penjualan pada tahun tersebut. Jika perusahaan mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang besar. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai
33 kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya kecil. Semakin lama waktu pengumpulan piutang, maka semakin besar resiko piutang menjadi tak tertagih (Riyanto, 2001). Perputaran Piutang = Piutang x 365 hari Penjualan...(16) Piutang = pendapatan yang seharusnya diterima (Rp) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan(rp) d. Rasio Perputaran Piutang Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan ketidaksukaan pelanggan sehingga bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga dapat dijadikan dasar pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tak tertagih (Darsono dan Ashari, 2007). Perputaran Piutang = Penjualan Piutang...(17) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan(rp) Piutang = pendapatan yang seharusnya diterima perusahaan atas penjualannya (Rp) e. Rasio Perputaran Persediaan Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang. Rasio ini mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan.
34 Perputaran persediaan = Persediaan x 365 hari Penjualan...(18) 3.4.2 Analisis Du Pont Persediaan = harga barang+biaya untuk memperoleh persediaan barang tersebut (Rp) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan(rp) Metode analisis Du Pont digunakan untuk menunjukkan bagaimana tingkat profitabilitas dari setiap aktiva yang dimiliki perusahaan serta mengetahui tingkat pengembalian ekuitas para pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE perusahaan, semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya (Keown, et al. 2001) Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit marjin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio aktivitas tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering juga disebut tingkat pengembalian investasi (ROI) (Sawir, 2005). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Marjin laba Bersih x Perputaran Total aktiva...(19) Marjin laba bersih = laba bersih sesudah pajak dari setiap rupiah penjualan (%) Perputaran total aktiva = efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk melakukan penjualan ROA harus dibagi dengan pengurangan satu dengan rasio hutang terhadap total aktiva untuk mendapatkan ROE. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba bersih Penjualan x Penjualan Total aktiva...(20)
35 ROE = Laba bersih Total aktiva x Total aktiva Ekuitas...(21) Laba bersih = keuntungan perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan (Rp) Penjualan = jumlah pendapatan dari hasil penjualan (Rp) Total aktiva = total aset yang dimiliki perusahaan (Rp) Ekuitas = total modal yang dimiliki perusahaan (Rp) 3.4.3 Analisis Berdasarkan Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN Penilaian Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 dapat digolongkan manjadi tiga katagori yaitu: 1. SEHAT, yang terdiri dari: AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95 AA apabila 80 <TS< =95 A apabila 65 <TS< =80 2. KURANG SEHAT, yang terdiri dari: BBB apabila 50 <TS< =65 BB apabila 40 <TS< =50 B apabila 30 <TS< =40 3. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari: CCC apabila 20 <TS< =30 CC apabila 10 <TS< =20 C apabila TS< =10 Dalam pemberian skor, terdapat perbedaan dalam pemberian skor antara perusahaan infrastruktur dan non infrastruktur, walaupun dengan menggunakan standar yang sama, yang dapat dilihat pada Lampiran 11. PT ITC cabang Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN non infrastruktur, sehingga dalam penilaiannya, skor yang digunakan adalah skor untuk perusahaan non infrastruktur.
36 3.4.4 Analisis Trend Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perkembangan kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui kecenderungan ataupun trend dari hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan, apakah tetap, meningkat atau menurun. (Munawir, 2002). Neraca dan laporan laba rugi yang disususn dalam persentase trend dapat memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan masingmasing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun (Prastowo dan Rifka, 2008). Analisis trend secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Rx...(22) t = Px t x 100% Px 0 Keterangan : Rx t = nilai persentase untuk tahun ke-t Px t = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Px 0 = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar