BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui

dokumen-dokumen yang mirip
TAJUK SUBYEK BAHAN PUSTAKA

3. Pengindeksan Dokumen

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin

RAGAM BAHAN PUSTAKA. UMUM: Mencakup semua bidang ilmu pengetahuan KHUSUS: khusus yang hanya mencakup salah. menurut bagian-bagian dan seksi-seksi

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN

MENGGUNAKAN DDC. Oleh: Fiqru Mafar

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

Perpustakaan sekolah

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1.8 Pengertian, Tujuan dan Tugas Pokok Perpustakaan

ANALISIS SUBJEK VERBAL

oleh: HETTY GULTOM, S.Sos.

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

Perpustakaan sekolah SNI 7329:2009

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TAJUK SUBYEK. Oleh: Gatot Subrata, S.Kom

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS

TEMU KEMBALI BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STKIP PGRI SUMBAR

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Informasi berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu Instansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

BABII LANDASAN TEORI. memudahkan pengguna/pemakai dalam mencari koleksi yang dibutuhkan salah

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

Disusun Oleh : Mulyati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Informasi. Sugeng Priyanto LOGO

BAB III METODE PENELITIAN

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan adalah suatu tempat yang berisi bermacam-macam koleksi dan

PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK. Pengindeksan kata Derivative indexing. 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

PEMBUATAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI TERBITAN BANK INDONESIA KHUSUS KAJIAN EKONOMI REGIONAL TAHUN DI PERPUSTAKAAN KPW BI WILAYAH VIII

BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG

MODUL I TERBITAN BERSERI SEBAGAI SUMBER INFORMASI

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017

PELATIHAN KLASIFIKASI BUKU DAN PEMBUATAN KARTU KATALOG BUKU BAGI PETUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) DI KOTA SINGARAJA.

PENELUSURAN PUSTAKA. The known is finite, the unknown infinite; intelectually we stand upon an islet in the

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengguna perpustakaan itu sendiri. Sebelum koleksi perpustakaan

Pengembangan Koleksi. Presented by Yuni Nurjanah. Pengembangan Koleksi Modul 4 by Yuni Nurjanah

KETERAMPILAN MAHASISWA BARU DALAM MENGGUNAKAN PERPUSTAKAAN

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD)

Perpustakaan perguruan tinggi

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

LAPORAN. Kajian Penggunaan Daftar Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional : Studi Kasus di Bidang Pengolahan Bahan Pustaka. 0leh

Peranan User Education Dalam Memahami. Karakteristik dan Kebutuhan Pemustaka

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Teknologi Informasi Perpustakaan

Katalog dan Minat Baca

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

BAB II KAJIAN TEORI. Koleksi referensi disebut juga koleksi rujukan atau bahan acuan. Koleksi

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

Katalog Induk. Jaringan Perpustakaan APTIK (JPA) Oleh : Vincentius Widya Iswara

PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT

Modul II PERPUSTAKAAN

BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH YANG EFEKTIF DAN EFISIEN. Yunus Abdul Halim

Sri Mentari 1, Malta Nelisa 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

TES. Pustakawan Dalam Pengelolaan Database. Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya. 2. Nama BapakIbu/Sdr tidak perlu dicantumkan.

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA PENGANTAR. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU):

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kompetensi Pustakawan Pengolahan. Qudussisara Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Mengukur Kualitas Perpustakaan Sekolah Menggunakan :

PEDOMAN PENYUSUNAN PAKET INFORMASI SPESIFIK LOKASI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN INDEKS ENSIKLOPEDI KOLEKSI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG PANJANG

KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

BAB III LANDASAN TEORI. Bahasa inggris, pembaca tentunya mengenal istilah Library. Istilah ini berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961

PETA KOMPETENSI DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI PUSTAKAWAN/ TENAGA PERPUSTAKAAN SMA/ SMK SE PEKANBARU

MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tajuk Subjek Ada beberapa alat temu balik informasi yang diketahui termasuk salahsatunya katalog subjek. Katalog subjek merupakan alat temu kembali informasi di perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui pengarang maupun judul bahan pustaka yang dicarinya. Oleh sebab itu katalog subjek merupakan salah satu sarana penting dalam penemuan kembali informasi. Subjek dapat didefinisikan sebagai topik yang dibicarakan dalam satu karya atau suatu disiplin ilmu yang terkandung dalam suatu karya. Sehingga tajuk subjek dapat diartikan kata, istilah atau frasa yang digunakan pada katalog atau daftar lain di dalam perpustakaan untuk menyatakan tema atau topik suatu bahan pustaka (Daftar Tajuk Subjek Untuk Perpustakaan, 1992: 25). Suatu entri subjek adalah entri katalog dengan topik subjek merupakan sebagai media penyusun. Defenisi tajuk subjek menurut (Trimo, 1989: 2 ) adalah suatu kata atau beberapa kata yang dipergunakan untuk melukiskan isi dari pada suatu buku ataupun topik. Topik subjek dapat disebut dengan Subject Heading, merupakan deskriptor yang dibentuk dari kata tunggal maupun majemuk dipilih dari teks dokumen yang berguna untuk memberikan penjelasan tentang deskripsi isi dari dokumen sampai kepada unsur ketepatan yang paling dalam. Sebelum penentuan tajuk subjek dari suatu dokumen terlebih dahulu mengadakan analisis terhadap dokumen atau suatu karya. Kegiatan ini disebut dengan istilah analisis subjek.

Penentuan tajuk subjek disebut juga dengan pengindeksan yang menghasilkan deskripsi indeks (Index Description) yang merupakan deskripsi ringkas mengenai isi dokumen, oleh karena itu semua tahap dalam pengindeksan subjek dipengaruhi oleh analisis subjek. Dalam pengindeksan dokumen, yang mengindeks harus mengetahui apa dokumen tersebut baik secara umum ataupun khusus. Oleh sebab itu pengindeks harus memiliki pengetahuan mengenai sifat, struktur dan hubungan yang terdapat diantara bidang-bidang pengetahuan. 2.2 Fungsi dan Tujuan Tajuk Subjek Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tajuk subjek diperlukan dengan alasan (Suwarno, 2007: 52) berikut : a. Adanya proses temu kembali informasi Artinya seorang pengindeks harus dapat memperkirakan kebutuhan informasi para pengguna. Hal ini terdapat pada tahap analisis subjek dimana pengindeks harus selalu bertanya bagaimanakah dokumen yang diharapkan pengguna dapat ditemukan kembali. b. Karena adanya kebutuhan informasi bagi pengguna perpustakaan Apabila dokumen yang relevan dengan suatu permintaan dapat diketahui eksistensinya di perpustakaan, maka hal ini ada kecocokan (Match) antara informasi yang ditemukan, dengan kata lain informasi yang terdapat dalam dokumen dalam batas-batas tertentu cocok dengan informasi yang dikehendaki. Kecocokan inilah yang merupakan inti dari penemuan kembali informasi. c. Banyaknya koleksi bahan pustaka di perpustakaan, sehingga pengguna mudah menentukan informasi yang bagaimana sesuai dengan kebutuhan. Bagaimanapun besarnya dokumen, perpustakaan tidak akan ada artinya jika dokumen yang relevan tidak dapat diketahui tempatnya bila diperlukan, oleh karena itu perpustakaan perlu membangun katalog yang merupakan suatu sistem penemuan kembali informasi (Information Retrieval System). d. Menyusun atau menyimpan di rak mempermudah petugas pada khususnya dan mempermudah pengguna mengakses langsung informasi yang terdapat pada bahan pustaka. e. Informasi langsung dapat dipecah-pecah menjadi kategori yang relatif tidak banyak.

f. Informasi dapat digolongkan berdasarkan kelas ilmu pengetahuan menjadi seri kategori yang disusun secara logis. Seperti telah diketahui bahwa perpustakaan membeli buku untuk kepentingan penggunanya. Katalog perpustakaan mencatat data mengenai buku itu sehingga pembaca dapat menemukannya dengan cepat. Karena itu harus mencatat data yang lengkap mengenai buku yang ada di perpustakaan. Sejalan dengan fungsi tersebut di atas, maka tujuan pembuatan katalog perpustakaan sebagaimana dikemukakan oleh pustakawan C.A. Cutter pada tahun, 1876 yang diangkat oleh Needham, 1971 sebagai berikut: a. Memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul, atau subjeknya secara cepat, tepat, dan akurat. b. Menunjukakan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau bentuk literatur tertentu. c. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakternya (sastra atau berdasarkan topik). 2.3 Prinsip-Prinsip dasar Penentuan tajuk subjek mempunyai prinsip- prinsip dasar menurut (Suwarno, 2007: 53) sebagai berikut: a. Penggunaan bahasa Indonesia b. Satu istilah untuk semua (keseragaman) c. Beroreentasi pada kebutuhan pembaca d. Istilah Indonesia versus istilah asing e. Penggunaan istilah yang spesifik f. Penggunaan istilah yang biasa digunakan g. Penggunaan transliterasi Menurut saya prinsip-prinsip dasar tersebut diatas mempunyai peran penting dalam penentuan tajuk subjek karena setiap bahan informasi, seperti: buku, majalah, peta, gambar, bahan audiovisual, dan lain-lain harus diorganisir

menurut cara yang sistematis agar dengan mudah dan cepat orang atau pengguna dapat menemukan bahan informasi yang diperlukannya. 2.4 Konsep-Konsep dalam Tajuk Subjek Dalam kaitannya dengan penemuan kembali informasi yang disebut indeks (Index) merupakan mekanisme fisik atau alat yang menunjukkan kepada penelusur bagian-bagian mana dalam gudang informasi yang secara relevan dengan suatu permintaan. Dalam penentuan tajuk subjek, seorang pengindeks harus tahu kandungan dari intelektual yang ada di dalam subjek mengandung 3 (tiga) konsep yang mendasari pembuatan katalog perpustakaan (Suwarno, 2010: 120) antara lain: a) Subjek Dasar atau Disiplin Ilmu yang dapat berupa : 1. Disiplin fundamental atau cabang ilmu utama yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok ilmu pengetahuan yaitu ilmu kemanusian, ilmu alamiah dan ilmu sosial. 2. Sub disiplin fundamental merupakan bidang spesialisasi dalam suatu disiplin fundamental. Misalanya, dalam kelompok ilmu-ilmu alamiah, subdisiplin yang merupakan spesialisasi atau cabang, antara lain ialah fisika, kimia, biologi, sosiologi, ekonomi, dan politik. b) Objek Pembahasan atau Fenomena, dapat diartikan konsep yang menunjukkan apa dokumen itu dan cara penyajian dokumen tersebut, dan dapat diartikan dengan konsep subjek yang dikaji dalam suatu ilmu atau sub disiplin, fenomena adalah benda atau wujud yang dikaji dalam disiplin illmu. Contoh: Sosiologi Kenakalan Disiplin Ilmunya : Sosiologi Fenomena : Kenakalan Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin ilmu dapat merupakan wujud konkrit (Concrity Entity) dan dapat juga merupakan ide abstrak (Abstract Idea). Fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep subjek menunjukkan dokumen itu mengenai apa. Fenomena yang dikaji dalam suatu displin ilmu merupakan perwujudan faset-faset disiplin terkait, oleh karena itu perlu diadakan analisis faset. Apabila fenomena merupakan perwujudan dari suatu

faset maka perlu ditetapkan urutan faset yang sering disebut kombinasi atau formula faset. Menurut Ranganatan dalam buku Suwarno hanya ada 5 (lima) faset fundamnetal yang memungkinkan terwujud dalam fenomena, antara lain : 1. Personality, yang wujudnya meliputi jenis, produk, atau hasil dan tujuan. 2. Matter, meliputi bahan atau material. 3. Energy, yang meliputi kegiatan atau masalah. 4. Space, yang meliputi tempat atau geografis. 5. Time, yang meliputi waktu dan periode. Contoh: Industri kayu jati di Lampung sebelum tahun 1987. Cara menganalisis: P : Kayu M : Jati E : Industri S : Jepara T : Sebelum tahun 1978 Faset P M E merupakan faset-faset yang khas untuk disiplin ilmu artinya subjek yang ditampilkan pada faset-faset P. Faset S dan T merupakan faset umum yang sama untuk semua disiplin. Sedangkan faset M dan E selalu terkait dengan subjek disiplin masing-masing. Kelima faset fundamental itu ditentukan harus selalu ada dalam setiap konsep subjek, oleh karena itu analisis subjek diperlukan untuk menentukan faset apa saja yang terwujudkan konsep subjek. Urutan faset yang digunakan pada analisis faset untuk pengindeksan subjek sebagai sarana temu kembali katalog perpustakaan harus menyatakan berdasarkan urutan atau formula faset yang ditetapkan sebelumnya.

Urutan faset yang ditetapkan oleh Ranganatan adalah P M E S T, berdasarkan urutan yang dibuat tersebut seolah-olah unsur yang ada harus berurutan, akibatnya menjadi kurang nyata, oleh karena itu urutan faset tersebut tidak mutlak. Contoh: Administrasi peminjaman buku di Perpustakaan POLMED Analisisnya : Disiplin ilmu : Perpustakaan Fenomena : Perpustakaan POLMED Faset P : Administrasi M E : Buku : Peminjaman Dengan demikian dikemukakannya urutan faset tersebut maka urutan subjek dokumen adalah : 1. Subjek dasar atau disiplin ilmu 2. Fenomena atau subjek disiplin 3. Faset yang formulanya P M E S T 4. Bentuk Contoh : Direktori partai politik di Indonesia Analisisnya : Disiplin ilmu : Ilmu Sosial Fenomena : Ilmu Politik Faset P : Partai S : Indonesia Based : Direktori

Yang perlu dicatat adalah bahwa batasan untuk satu faset ditentukan ciri pembagian, oleh karena itu tiap bidang pengetahuan tentunya mempunyai faset yang khas. Untuk dibidang itu terkecuali faset S dan T yang merupakan faset umum sehingga bisa terdapat pada semua bagian bidang pengetahuan. Di dalam faset ada 2 (dua) hubungan yang berupa fokus yaitu : 1. Hubungan generik atau genus spesies Yaitu hubungan antara fokus dengan faset yang sifatnya menyatu Misalnya: Karbohidrat, Protein, Vitamin, itulah fokus yang menyatu dengan faset gizi. 2. Hubungan yang beragam terdapat pada fokus yang berbeda seperti hubungan benda dengan kekiatannya. Misalnya: Besi, timah, baja dengan lebur. Bentuk dapat didefinisikan konsep yang menunjukkan subjek dokumen itu. Berbeda dengan fenomena atau subjek yang menunjukkan subjek itu mengenai apa. Dalam konsep bentuk dapat terbagi 3 (tiga) jenis yaitu : 1. Bentuk Fisik Bentuk fisik mengacu kepada medium yang digunakan dokumen tersebut. Dengan demikian bentuk fisik adalah wujud fisik dari suatu dokumen. Perlu diingat bentuk fisik tidak mempengaruhi subjek dokumen. Misalnya majalah yang memuat perawatan kulit yang isinya dibuat dalam bentuk CD. Dengan demikian bentuk fisik tidak mengubah bentuk subjek. Bentuk fisik yang biasanya dicatat dalam analisis subjek hanyalah bentuk-

bentuk yang penting untuk menampilkan atau menempatkan dokumen terkait, seperti: brosur, film, kaset. Tidak akan ditempatkan atau disusun bersama-sama dengan koleksi buku, dengan demikian bentuk fisik tidak harus dikeluarkan dalam analisis subjek. 2. Bentuk Penyajian Yaitu ciri tata susunan subjek dokumen. Bentuk penyampaian dapat menggunakan lambang misalnya bahasa tertentu misalnya bentuk abjad kamus, bentuk tulisan seperti ceramah dan laporan. Selain itu ada juga yang berbentuk kelompok tertentu. Contoh, Statistik untuk Penduduk. 3. Bentuk Intelektual Mengacu pada aspek yang diutamakan, dapat dikatakan disiplin fundamental adalah semacam bentuk penyajian karena lebih menunjukkan dokumen itu sendiri daipada dokumen itu mengenai apa. Contoh : 1. Sejarah pendidikan tinggi di ndonesia Sejarah merupakan aspek sejarah yang dikaji Konsep sejarah merupakan sub disiplin Pendidikan tinggi merupakan ilmu pendidik 2. Filsafah pendidikan Aspek yang diutamakan adalah filsafah dan sekaligus merupakan disiplin ilmu.

2.5 Jenis Tajuk Subjek Jenis-jenis tajuk subjek menurut (J.Tairas, 1985: 3), yaitu: a. Tajuk Utama (Main Heading ) 1. Kata benda sebagai subjek Jenis subjek yang paling sederhana adalah yang terdiri atas satu kata benda, ada kalanya dua kata benda dihubungkan dengan kata dan ditentukan sebagai subjek. 2. Tajuk Ajektif Sering kali subjek-subjek ditanyakan dalam bentuk frase adjektif, yang terdiri atas kata benda dan diikuti kata sifat Contoh: Anggaran Moneter; Binatang Langaka; Hukum Adminitratif; Doktrin Monroe; Masalah Cina; Bank Sentral; dan sebagainya. 3. Tajuk Frase Tajuk frase adalah tajuk yang dibentuk oleh dua kata benda yang digabungkan atau tidak dihubungkan dengan kata depan 4. Tajuk Gabungan Suatu tajuk gabungan dibentuk oleh dua atau lebih unsur yang sederajat, dihubungkan dengan kata penghubung dan. 5. Tajuk bentuk kombinasi Dalam bentuk tajuk frase dan tajuk gabungan kadang perlu mengadakan kombinasi-kombinasi tertentu. 6. Tajuk yang dibalik Dalam satu dua hal tajuk yang terdiri atas dua atau lebih katakata atau istilah-istilah perlu diadakan perbalikan. Alasan perbalikan: 1. Anggapan bahwa para pembaca akan mencari melalui istilah dasar, biasanya kata benda atai inti dari subjek bersangkutan Contoh: BEDAH, AHLI; INFORMASI, PUSAT. 2. Menempatkan istilah atau kata yang mempunyai arti luas di depan untuk mengumpulkan bersama semua aspek dari subjek yang luas itu, bila hal itu dikehendaki. b. Tajuk tambahan ( Sub-headings ) 1. Subdivisi menurut bentuk. 2. Subdivisi menurut tempat geografis. 3. Subdivisi menurut waktu. 4. Subdivisi menurut topik atau aspek khusus.

Menurut Ward dalam (Hasugian, 1999: 3) Pengolahan data fisik sebuah buku dikenal dengan nama pengatalogan atau katalogisasi. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan peraturan agar ada keseragaman. Pengatalogan berhubungan erat dengan kegiatan penentuan subjek dokumen, yang mempunyai 2 (dua) jenis tajuk subjek, antara lain : a) LCSH (Library of Conggres Subject Heading) Pada mulanya daftar ini digunakan hanya untuk kepentingan Library of Conggress di Amerika Serikat pada tahun 1898, tetapi perkembangannya kemudian menunjukkan bahwa perpustakaan lainnya perlu menggunkannya. Bahkan beberapa penerbit turut menggunakannya untuk menentukan heading dalam alat-alat bibliografinya. Demikan pula daftar ini banyak digunakan di perpustakaan yang sedang berkembang. Lama-lama dengan sendirinya subject heading tersebut disesuaikan terus dengan kebutuhan. LCSH ini adalah daftar tajuk subjek yang paling konprehensif di banding yang lainnya. LCSH digunakan dan dikembangkan oleh Library of Conggress (Perpustakaan Parlemen USA) sejak tahun 1897 sampai sekarang, dan yang terbaru ini adalah edisi ke-23 yang terbit pada tahun 1999 bulan Desember dan digunakan pada tahun 2000. Jumlah entri yang terdapat didalamnya 251.300 istilah untuk tajuk subjek. LCSH dikembangkan untuk perpustakaan yang besar koleksinya. Karena istilah di dalamnya sangat spesifik atau khusus. Susunannya sangat teknis sehingga lebih rumit di banding dengan lainnya. LCSH dapat digunakan bersama-sama dengan bagan klasifikasi DDC. Dengan demikian suatu perpustakaan boleh menggunakan 2 (dua) peralatan yang berbeda untuk

merumuskan bahasa indeks dokumen, sehingga di dalam penggunaan LCSH mempunyai petunjuk untuk mengetahui sistem istilah subjek, sebagai berikut : 1. User For (UF) Merupakan istilah yang digunakan untuk istilah-istilah yang ada dibawahnya, sebagai contoh dibawah ini: Bowling alleys UF Alleys, Bowling Bowling lanes Lanes, Bowling Maka salah satu bahasa di atas dapat diambil menjadi subjek yang sesuai dengan dokumen yang dibahas. 2. Narrow Term (NT) Merupakan istilah yang lebih kecil atau istilah yang lebih spesifik artinya di dalam menentukan subjek diambil kata yang paling khusus, sebagai contoh di bawah ini: Pengataloger (Kataloging) NT Classification Description Subject indexus Access point Maka kata yang diambil menjadi subjek bukan pengataloger melainkan salah satu dari kata di atas.

3. Broader Term (BT) Menunjukkan istilah bagian suatu ilmu yang lebih luas, sebagai contoh seperti di bawah ini: Bowie Group BT Geology, Straigrafich-Pennsylvanian Geology, Straigrafich-Permian Groups (Straigraphy)-Texas 4. Scope Notes (SN) Menunjukkan istilah itu mencakup perincian atau ruang lingkup, sebagai contoh : Chemistry SN Mencakup Ilmu Kimia Proses Kimia Uji Coba Kimia Analisis Kimia Laboratorium Kimia

5. Rilend Term (RT) Menunjukkan istilah yang berhubungan tetapi tidak sama, contoh : Bowman Family RT Baugh Family Bowers Family b) Search List Nama lengkap dari daftar ini adalah Sears List of subject Heading for Small Libraries, mula-mula diterbitkan pada tahun 1923 bentuknya lebih sederhana yang berukuran 30 kali lebih kecil dari LCSH dan pada tahun 1953 menerbitkan edisi ke-8. Biasanya Search List digunkan untuk perpustakaan kecil, perpustakaan sekolah dan kala terbitnya tidak beraturan yang jumlahnya koleksinya 50.000 buku. Bagi perpustakaan perguruan tinggi Search List tidak dipergunakan karena apabila ingin mempergunakannya harus mempertimbangkan daya gunanya. Banyak hal yang perlu mendapatkan tambahan dan perubahan.