STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi YANG HANYA MEMERLUKAN INPUT URANIUM ALAM DALAM SIKLUS OPERASINYA. Rida Siti NM dan Zaki Su ud *

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM *

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

RANCANGAN NEUTRONIK REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb DAYA 200 MW(T)

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

Kelompok Peneliti Nuklir ITB Koordinator: Prof. Dr. Zaki Su ud

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON PADA TERAS REAKTOR NUKLIR DENGAN METODE ITERASI JACOBI PARALEL MENGGUNAKAN OPENMP

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir XVII, Agustus 2006 ( )

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

STRATEGI PENGEMBANGAN RISET DALAM BIDANG IPTEK NUKLIR DALAM RANGKA PENYIAPAN SDM YANG BERKUALIFIKASI TINGGI

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas 600 MWth dengan Uranium Alam sebagai Input Siklus Bahan Bakar

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

ANALISIS TINGKAT BAHAYA PADA PASKA PERLAKUAN DAUR ULANG PEMBAKARAN/TRANSMUTASI AKTINIDA. Marsodi, dan Mulyanto

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DENGAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

ANALISIS PERUBAHAN MASSA BAHAN FISIL DAN NON FISIL DALAM TERAS PWR

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

STUDI PERHITUNGAN KARAKTERISTIK REAKTIVITAS AYUN PADA SISTEM SUB-KRITIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

KEANEKARAGAMAN PREDATOR DAN PARASITOID HAMA MANGROVE DI KAWASAN RESTORASI TAMAN NASIONAL SEMBILANG SUMATERA SELATAN

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PENGARUH PENGAYAAN URANIUM TERHADAP NILAI FAKTOR MULTIPLIKASI EFEKTIF (k eff ) REAKTOR SUHU TINGGI HTR PROTEUS

REDUKSI ORDE MODEL REAKTOR NUKLIR DALAM DOMAIN FREKUENSI DAN WAKTU'

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

STUDI AWAL OPTIMASI BURNUP HTR-PM 150 MWT DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR U-TH

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Reaktivitas Reaktor Nuklir Sebagai Fungsi Burnup dan Waktu Operasi Reaktor a,1) Mohammad Heriyanto b,1) Giffari Alfarizy

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PERANCANGAN KODE KOMPUTASI UNTUK ANALISIS BURNUP 3 DIMENSI SATU SIKLUS PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

ANALISIS DAN KONSEP PENANGANAN AKTINIDA MINOR DALAM LIMBAH PLTN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ADS

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015

STUDI SENSITIVITAS KETINGGIAN TERAS REAKTOR DALAM DESAIN HTR PEBBLE BED ABSTRAK

PENGARUH DENSITAS URANIUM TERHADAP UMUR DAN BURN UP BAHAN BAKAR NUKLIR DI DALAM REAKTOR RSG-GAS DITINJAU DARI ASPEK NEUTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)

METODA ELEMEN HINGGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFUSI NEUTRON SATU DIMENSI DUA GRUP

IMPLEMENTASI METODE MULTIOBJECTIVE SIMULATED ANNEALING DALAM OPTIMASI SUSUNAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR PWR MENGGUNAKAN CODE COREBN

Transkripsi:

STUDI DESIN REKTOR CEPT BERPENDINGIN Pb-Bi YNG HNY MEMERLUKN INPUT URNIUM LM DLM SIKLUS OPERSINY Rida Siti NM dan Zaki Su ud * BSTRK STUDI DESIN REKTOR CEPT BERPENDINGIN PB-BI YNG HNY MEMERLUKN INPUT URNIUM LM DLM SIKLUS OPERSINY. Pada penelitian ini telah dilakukan studi disain sebuah reaktor cepat yang dalam siklus operasinya hanya memerlukan masukan berupa bahan bakar berbasis uranium alam. Dalam disain ini teras reaktor dibagi dalam beberapa bagian dengan volume yang sama. Selanjutnya pada bagian paling tengah ditempatkan bahan bakar berbasis uranium alam. Di sebelah luarnya diletakkan bahan bakar dengan kandungan plutonium yang lebih besar. Demikianlah semakin keluar kandungan plutonium masing-masing bagian teras dbuat semakin besar. Daerah dengan bahan bakar uranium alam dapat juga diletakkan di daerah paling luar. Pengaturan kandungan plutonium di masing-masing bagian mempertimbangkan kriteria bahwa kandungan pluonium di suatu bagian teras pada akhir satu siklus harus sama dengan kandungan plutonium yang diperlukan untuk memulai siklus operasi baru pada bagian tepat di luarnya. Dengan demikian pada akhir setiap siklus maka yang diperlukan adalah memindahkan bahan bakar dari satu bagian teras ke bagian di luarnya, sedangkan bagian paling luar diambil untuk pemrosesan ulang dan bagian paling tengah diisi bahan bakar berbasis uranium alam. Sebagai sampel telah diperoleh beberapa hasil untuk pembagian 4-5 bagian dengan perhitungan menggunakan kode komputer SRC dan FI-IB CH1. Reaktor cepat berpendingin Pb-Bi ini memiliki umur satu siklus selama 15-20 tahun per sub siklus. BSTRCT DESIGN STUDY OF PB-BI COOLED FST RECTORS WHICH FUEL CYCLE INPUT IS NTURL URNIUM. In this study conceptual design study of Pb-Bi cooled fast reactors which fuel cycle need only natural uranium input has been performed. In this design the reactor cores are subdivided into several parts with the same volume. The region with natural uranium is put in the central core while the outer region is arranged with increasing plutonium content. But in some cases region with natural uranium content can be put in the most outer part of the core. The arrangement of the plutonium content consider the criteria that the fuel in the certain part must be fit for fresh fuel in the next higher enrichment region. Therefore at the end of a long life operation we just need to supply natural uranium fuel to the blanket region and move other regions properly to the next regions. s an example using SRC and FI-ITB CH code system we have a core with 15-20 years life time per sub cycle. * KK Nuklir dan Biofisika, FMIP ITB,Gedung Fisika, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Telp. 022-2500834, Fax. 022-2506452, Email:szaki@fi.itb.ac.id 145

PENDHULUN Permasalahan pengayaan uranium yang dilakukan Iran dan menimbulkan krisis internasional menarik untuk kita cermati. Salah satu alasan Iran bersikeras mengembangkan sistem pengayaan uraniumnya sendiri adalah agar terjamin suplai bahan bakar Nuklir bagi PLTN yang akan dibangunnya. Iran khawatir bila suatu waktu setelah membangun PLTN beberapa buah jalur suplai bahan bakar nuklir dapat terganggu oleh kondisi politik internasional. Pada penelitian ini dilakukan studi awal untuk melihat kemungkinan meracang reaktor cepat yang setelah dilakukan start-up maka untuk selanjutnya hanya memerlukan suplai bahan bakar berupa bahan fertile seperti uranium alam atau thorium alam. Secara umum reaktor dibagi menjadi beberapa bagian dengan volume tiap bagiannya sama. Selanjutnya setelah satu periode operasi tertentu maka dilakukan proses pemindahan bahan bakar. Bahan bakar fertile masuk ke teras sedang bagian lain bergeser satu tahap. Gambaran lebih rinci dapat dilihat pada bagian konsep disain. Keuntungan dari konsep ini adalah bahwa kita dapat menyediakan bahan bakar nuklir sendiri tanpa memerlukan proses pengayaan uranium yang dapat mengundang kontroversi internasional seperti pada kasus Iran. KONSEP DESIN Dalam studi ini digunakan teras reaktor berbentuk silinder yang dibagi menjadi beberapa bagian dengan ukuran volume yang sama sepert tampak pada gambar berikut. wal Operasi khir Operasi C:X3 B:X2 :X1 Urani um alam C:X2 B:X1 :0 ( a ) ( b) input Gambar 1. Deskripsi teras reaktor yang digunakan dalam studi ini 146

Pada gambar 1.a teras reaktor aktif dibagi menjad 4 bagian : Bagian di bagian paling tengah dengan isi berupa bahan fertil uranium alam. Bagian B, diisi bahan bakar dengan pengayaan x1, bagian C diisi bahan bakar dengan pengayaan x2, dan bagian D diisi bahan bakar dengan pengayaan 3, dengan x3>x2>x1. Setelah satu perioda operasi reaktor (misal 5-20 tahun) maka akumulasi plutonium di bagian teras sudah setara x1, di bagian teras B plutonium telah menjadi x2 dan di bagian teras C plutonium telah menjadi x3. Dengan demikian maka bagian teras, B dan C dipindahkan satu tahap ke bagian luarnya (yang semula ditempati B, C dan D), sedang bagian tengah diisi bahan bakar fertil uranium alam yang baru. Dengan demikian reaktor ini siap menjalani tahap operasi berikutnya. Dalam studi ini pengkajian dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan survei parameter untuk mengetahui karakteristik beberapa parameter dominan. Parameter penting yang dipelajari diantaranya adalah lebar tiap bagian teras, kerapatan daya rata-rata teras, dan tinggi teras. Selanjutnya dilakukan optimasi tahap satu dengan tanpa memasukkan komponen hasil belah (FP) di awal operasi, dan tahap ketiga optimasi dengan memasukkan komponen hasil belah (FP) di awal operasi. METOD PERHITUNGN Dalam studi ini dilakukan perhitungan 2 dimensi multigrup difusi yang digabungkan dengan perhitungan burnup. Dalam implementasinya digunakan kode komputer SRC dan FI-ITB CH dalam analisa ini. Formulasi matematis perhitungan ini adalah sebagai berikut: Persamaan difusi multigrup dalam keadaan tunak: x G G g, D9 Ψ 9( r, t) + rg Ψg ( r, t) = ν 1 Ψ 1 ( r, t) + 1 Ψ 1( r, t) (1) 1 fg g 1 sg g g k g = 1 g = 1 Dengan keterangan indeks: g : menunjukkan nomor grup energi. D : konstanta difusi Σ r : penampang lintang makroskopik removal Σ s : penampang lintang makroskopik hamburan Σ f : penampang lintang makroskopik fisi v : jumlah rata-rata netron yang dihasilkan tiap fisi φ : fluks netron χ g : banyaknya netron hasil fisi yang terlahir ke grup g k eff : faktor multiplikasi eff 147

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan multigrup difusi dan perlu dipecahkan untuk mendapatkan distribusi netron dan daya reaktor di teras. nalisa Burn up Selanjutnya untuk mendapatkan informasi perubahan komposisi bahan bakar maka dilakukan analisa burnup. B Decay +n +n Decay C Gambar 2. Bagan analisa burnup Secara matematis : dn C = λ N σ agφg N + λb N B + σ cgφ g N C (2) dt g g di mana : λ N hilang karena peluruhan radioaktif σagφg N hilang karena tangkapan neutron oleh g λ BN B masuk karena peluruhan dari B ke C σ cgφ g N C masuk karena perpindahan dari C ke melalui tangkapan g neutron Ini diterapkan terhadap keseluruhan reaksi inti transuranium yang relevan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar 2. Persamaan burnup merupakan persamaan differensial orde 1 terkopel dan biasanya dipecahkan bergantian dengan persamaan difusi multigrup. Fluks netron dari hasil difusi multigrup digunakan untuk melakukan analisa burnup, selanjutnya perubahan komposisi akibat persamaan burnup pada gilirannya perlu dimasukkan dalam perhitungan kembali konstanta-konstanta difusi, penampang lintang reaksi, dsb. Jumlah inti berat yang dilibatkan adalah 29 mulai dari U-234 sampai Cm-249. 148

HSIL PERHITUNGN DN PEMBHSN Pada tahap pertama dilakukan survei parameter dengan parameter dasar sebagai berikut: Tabel 1 : Parameter teras acuan untuk survei parameter Parameter Nilai Power 600 MWth (acuan) Bahan Bakar UN-PuN Enrichment (reg. /B/C/D) 0% / 6% / 8% / 10% Coolant Pb-Bi Tinggi teras aktif 150 cm (acuan) Radius teras aktif 100 cm (acuan) Pada survei parameter pertama harga daya divariasi dengan parameter lain tetap sehingga hasilnya kerapatan daya berubah. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 2. Parameter : power density 1.1 Keff 1.05 1 0.95 0.9 0.85 Series1 Series2 Series3 Series4 0.8 1 3 5 7 9 11 13 15 Burnup time (year) Gambar 3. Perubahan k eff sepanjang burnup untuk berbagai harga daya : 200 MWt (seri 1), 400MWt (seri 2), 600 MWt (seri 3) dan 800 MWt (seri 4) 149

Tampak bahwa kenaikan kerapatan daya akan menyebabkan faktor multiplikasi naik lebih cepat. Hal ini disebabkan terutama oleh rasio produksi dibanding destruksi Pu- 241 karena di awal dimuat plutonium dari PWR. Pada tabel 2 ditunjukkan perubahan jumlah bahan fisil yang telah dikalibrasi ke Pu-239. Tampak dari Tabel 2 bahwa dengan kenaikan kerapatan daya maka akumulasi plutonium di teras bagian menjadi lebih tinggi akibat fluks netron yang semakin tinggi sehingga reaksi penangkapan netron oleh U-238 lebih tinggi lajunya. Demikian juga untuk bagian B, C dan D tampak bahwa kenaikan kerapatan daya meningkatkan laju produksi bahan fisil (plutonium). Tabel 2. Perubahan komposisi bahan fisil (relatif terhadap Pu-239) untuk parameter daya / kerapatan daya Region Region B Region C Region D Daya (MW) awal khir awal akhir awal akhir awal akhir 200 1.35E+20 5.22E+20 1.23E+21 1.58E+21 1.60E+21 1.83E+21 2.00E+21 2.03E+21 400 1.35E+20 8.89E+20 1.23E+21 1.84E+21 1.60E+21 1.99E+21 2.00E+21 2.13E+21 600 1.35E+20 1.23E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.07E+21 2.00E+21 2.17E+21 800 1.35E+20 1.53E+21 1.23E+21 2.05E+21 1.60E+21 2.09E+21 2.00E+21 2.19E+21 Namun tentunya kenaikan kerapatan daya akan meningkatkan harga burnup di akhir periode operasi. Selanjutnya hasil survei parameter radius teras ditunjukkan pada Gambar 4 dan Tabel 3. Tampak bahwa peningkatan radius (dengan kerapatan daya yang tetap) meningkatkan faktor muliplikasi akibat jumlah bahan fisil yang lebih banyak. Namun dari pertumbuhan bahan fisil (plutonium) maka terjadi penurunan dengan bertambahnya radius untuk region. Sedangkan untuk region B, C dan D relatif tak berubah. 150

Parameter: Region width 1.2 Keff 1 0.8 0.6 0.4 0.2 Series1 Series2 Series3 Series4 0 1 3 5 7 9 11 13 15 Burnup time (year) Gambar 4. Perubahan k eff sepanjang burnup untuk berbagai harga radius teras : 80 cm (seri 1), 90 cm (seri 2), 100 cm (seri 3) dan 110 cm (seri 4) Tabel 3. Perubahan komposisi bahan fisil (relatif terhadap Pu-239) untuk parameter daya / kerapatan daya Radius Region Region B Region C Region D Teras (cm) awal akhir awal khir awal akhir awal akhir 80 1.35E+20 1.49E+21 1.23E+21 1.97E+21 1.60E+21 2.05E+21 2.00E+21 2.17E+21 90 1.35E+20 1.36E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.06E+21 2.00E+21 2.17E+21 100 1.35E+20 1.23E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.07E+21 2.00E+21 2.17E+21 110 1.35E+20 1.10E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.07E+21 2.00E+21 2.18E+21 Selanjutnya hasil survei parameter tinggi teras ditunjukkan pada Gambar 5 dan Tabel 4. 151

Parameter : xial heigh 1.1 K eff 1.05 1 0.95 0.9 0.85 Series1 Series2 Series3 Series4 0.8 1 3 5 7 9 11 13 15 Burnup time (year) Gambar 5. Perubahan k eff sepanjang burnup untuk berbagai harga tinggi teras: 130 cm (seri 1), 140 cm (seri 2), 150 cm (seri 3) dan 160 cm (seri 4) Tabel 4. Perubahan komposisi bahan fisil (relatif terhadap Pu-239) untuk parameter daya / kerapatan daya Tinggi Region 1 Region 2 Region 3 Region 4 Teras (cm awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir 130 1.35E+20 1.24E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.06E+21 2.00E+21 2.17E+21 140 1.35E+20 1.23E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.06E+21 2.00E+21 2.17E+21 150 1.35E+20 1.23E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.07E+21 2.00E+21 2.17E+21 160 1.35E+20 1.22E+21 1.23E+21 1.98E+21 1.60E+21 2.07E+21 2.00E+21 2.18E+21 Tampak bahwa peningkatan tinggi teras (dengan kerapatan daya yang tetap) meningkatkan faktor muliplikasi akibat jumlah bahan fisil yang lebih banyak. dapun untuk pertumbuhan bahan fisil (plutonium) maka harganya relatif stabil dengan bertambahnya radius untuk semua daerah. Dari hasil survei parameter di atas tampak bahwa hanya kerapatan daya yang tinggi saja yang memungkinkan realisasi teras dalam studi ini. Namun sebuah terobosan langkah dilakukan dengan meletakkan blanket di bagian paling luar dan 152

bagian lainnya dipindahkan ke dalam. Dengan ini dan selanjutnya dengan memasukkan bahan hasil belah (FP ) di awal siklus sesuai kondisi masing-masing bagian diperoleh salah satu hasil yang memenuhi kriteria disain seperti ditunjukkan dalam tabel 6 berikut. Tabel 6 : Parameter teras dengan mempertimbangkan FP Parameter Nilai Power 900MWth (acuan) Bahan Bakar UN-PuN Enrichment (reg. /B/C/D/E) 7% /9.75% /10.75% / 4.25%/0% Coolant Pb-Bi Tinggi teras aktif 150 cm (acuan) Radius teras aktif 105 cm (acuan) Diperoleh teras dengan k eff sedikit di atas 1 dan di akhir siklus menjadi 1.06. KESIMPULN Dari hasil pada survei parameter tampak bahwa reaktor dengan siklus bahan bakar yang hanya memerlukan bahan fertil (uranium alam) lebih mudah direalisasikan dengan kerapatan daya cukup tinggi (fluks netron cukup tinggi) sehingga plutonium yang berubah menjadi m-241 prosentasinya menjadi lebih kecil. Dengan kenaikan daya maka pola k eff terhadap waktu cenderung meningkat dengan burnup, demikian pula akumulasi bahan fisil khususnya di bagian blanket. Secara umum konsep disain dalam studi ini dapat dicapai dengan menggunakan teras reaktor yang dibagi dalam sejumlah bagian secara radial dan blanket di letakkan di bagian luar teras. DFTR PUSTK 1. DUDERSTDT, JMES J., Nuclear Reactor nalysis, New York: John Wiley & Sons, 1976. 2. OKUMUR, KEISUKE, The Comprehensive Neutronics Calculation Code System, JERI.Report, 2002. 153

3. WLTR, LN E. DN LBERT B. REYNOLDS, 1980. Fast Breeder Reactors, New York: Pergamon Press. 4. LBORTORIUM NUKLIR, FI-ITBCHI Program Sistem Simulasi Reaktor Nuklir. Bandung: ITB. 5. RID SITI NM, Studi Desain Reaktor Cepat Berpendingin Pb-Bi yang Hanya Memerlukan Input Uranium lam dalam Siklus Operasinya, Skripsi S1, ITB, 2006. 6. www.iaea.org DISKUSI EDWREN LIUN 1. Sejauh mana jenis reaktor ini dapat menjadi sistem yang applicable untuk mensuplai energi dimasa mendatang dan prospeknya? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam perkembangannya untuk menjadi sistem yang dapat diterapkan? RID 1. Reaktor cepat (Generasi IV) direncanakan mulai beroperasi secara komersil tahun 2025, walaupun beberapa negara maju sudah mulai membangun reaktor cepat. Konsep reaktor yang dipresentasikan disini masih di atas kertas. Konsep ini bisa jadi alternatif untuk solusi krisis energi di masa mendatang, tapi bukan menjadi solusi utama. 2. Kendalanya adalah : Teknologi yang dipunyai oleh Indonesia dan bahan bakar TOPN Hingga siklus keberapa Uranium alam yang awalnya sebagai banklet saja hingga benar-benar seluruh bahan bakar bakar berasal dari Uranium alam (yang telah diperkaya dalam teras)? 154

RID Untuk reaktor yang dibagi menjadi 4 bagian dengan enrichment (dari region dalam ke luar) : 0 %, 6 %, 8%, 10%, satu siklus operasi reaktor memerlukan waktu 20 tahun. Jadi reaktor akan berisi bahan yang bersal dari blanket saja dalam waktu 80 tahun. Untuk reaktor yang dibagi menjadi 5 region : 7%, 9.75%, 10.75%,4.25%, 0%, siklus operasi reaktornya 15 tahun. Jadi reaktor berisi bahan yang berasal dari blanket saja dalam waktu 75 tahun. DFTR RIWYT HIDUP 1. Nama : Rida Siti Nur aini M, S.Si 2. Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis, 18 gustus 1984 3. Instansi : Fisika-ITB 4. Pekerjaan / Jabatan : Mahasiswa 5. Riwayat Pendidikan : (setelah SM sampai sekarang) S1 Fisika- ITB (2002 2006) 6. Publikasi (Makalah) : Studi Desain Reaktor Cepat Berpendingin Pb-Bi yang hanya memerlukan Input Uranium lam dalam Siklus Operasinya 155